Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerbung: Golongan Darah AB (11)

Cerita Bersambung
Cerbung: Golongan Darah AB (11) (Dok: Alfi Bi-Ka/Cakrawalaindonesia.online)

Bab 11
Golongan Darah AB

Ambulance yang membawa Ustman ke Rumah Sakit Rempoa telah sampai di depan RS. Mr Alki memegang tangan Ustman. Seluruh anggota badan Ustman terasa lemas seperti tak ada energi. Matanya perlahan terpejam. Ketika mobil berhenti beberapa perawat sudah menunggu. Mr Alki nampak panik bukan main.

“Tolong teman saya. Tolong,” Mr Alki terus memohon.

Ustman dinaikan ke atas ranjang roda untuk pasien. Perawat meluncur dengan cepat menuju ruangan khusus. Dengan cekatan beberapa perawat memasang alat infus. Baju Ustman pun sudah diganti oleh perawat, kini ia mengenakan baju pasien.

“Bapak tunggu di ruangan ya,” perintah perawat wanita yang membawa papan absen.

Mr Alki segera duduk dengan gelisah. Tak henti-hentinya Mr Alki terus berdoa. Semoga Utsman baik-baik saja. Menit demi menit berlalu cepat. Perawat yang tadi membawa Ustman datang lagi.

“Tolong isi fomulir dulu ya, di sini,” pinta Perawat itu.

“Suster keadaan teman saya bagaimana sekarang?” Mr Alki menyela sambil mengisi formulir pasien.

“Oh itu temannya?” ia bertanya.

“Saya kira itu adiknya. Agak mirip wajahnya,” sambung Suster.

“Kami anak asrama masjid Suster, teman saya ditemukan tergeletak di masjid. Kemarin kami mengejar maling dan bertarung dengan maling. Teman saya, yang bernama Ustman itu tertusuk pisau,” ujar Mr Alki di depan Suster.

Seorang suster berikutnya datang dengan membuka pintu ruangan khusus Suster.

“Bu pasien yang baru datang tadi sudah sadar. Ia sempat pingsan karena kehabisan darah,” kata Suster yang masih muda dengan wajah putih bersih memberi tahu Suster yang sedang berbicara dengan Mr Alki.

Mr Alki mendengar itu semringah dan berucap, ”Alhamdulillah. Moga ini pertanda baik.” ucapnya.

“Pasien tersebut membutuhkan darah yang banyak Bu,” ujarnya pada Suster.

Baru saja mendengar kabar baik. Mr Alki kembali dikejutkan mendengar kabar yang kurang enak. Ustman membutuhkan darah.

“Kalau boleh tahu golongan darahnya apa ya Suster?” ia bertanya dengan nada pelan.

“Teman Pak Alki,” begitu panggilnya pada Mr Alki. Sebelumnya ia risih karena dipanggil Pak. Biasanya ia sering dipanggil dengan Mr.

Dengan cepat Suster melanjutkan keterangannya, ”Tepatnya golongan darah AB.”

Mendengar itu Mr Alki tertunduk lemas. Itu golongan darah yang agak sulit dicari. Apalagi ini hari masih subuh. Mr Alki meminta waktu sebentar ke Suster untuk berpikir. Ia baru ingat kalau belum shalat subuh. Akhirnya Mr Alki bergegas mencari mushollah yang ada di sekitaran komplek Rumah Sakit.

Mr Alki menoleh ke kanan dan kiri. Ia melihat petunjuk arah yang membawanya ke mushollah, dengan langkah kaki yang dipercepat. Ia menyelesai wudhu dengan sempurna sebagai persyaratan wajib shalat. Di wajahnya mengalir perlahan partikel air sebesar butiran beras. Ia melangkahkan kakinya menuju musholla kecil milik rumah sakit Islam swasta itu.

Karpet biru tebal sudah menunggu sebagai alas para jamaah yang akan hadir guna menunaikan shalat di musholla Rumah Sakit. Walaupun hanya untuk beberapa orang saja, musholla itu terlihat cukup bersih dan nyaman. Tempat shalat, antara jemaah laki-laki dan perempuan pun dipisah.

Mr Alki masuk dengan kaki kanan. Ia terkejut ternyata ada beberapa jamaah lain yang akan shalat tetapi masih menunggu imam.

Mr Alki mencoba meminta salah seorang dari mereka untuk menjadi imam.
“Silakan Pak, Imam!” pinta Mr Alki.

Iya menyahut lagi, ”Nanti saya yang qomatnya Pak.” ujar Mr Alki sambil melemparkan senyumnya kepada yang lebih tua.

“Mas saja ya.” balasnya sambil mempersilakan Mr Alki untuk mengimami shalat.

Mr Alki pun merasa tidak enak dan waktu shalat sudah lewat. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menjadi imam di musholla Rumah Sakit itu.

Dua raka’at ia tutup dengan salam. Ia merapatkan kaki untuk duduk bersila. Ia bertasbih, tahmid, dan takbir sebagai pembuka, kemudian ditutup dengan doa. Ia mengangkat tangannya ke atas sambil menundukan wajah.

“Ya Allah, Engkaulah yang mengenggam kekuatan di atas dunia. Semua tunduk atas perintah-Mu. Sembuhkanlah saudara kami Ustman. Mudahkan untuk saya menolongnya ya Allah. Agar ia dapat kembali ke masjid kami tercinta.” begitulah do’a yang Mr Alki panjatkan kepada Allah SWT.

Telepon genggam merk Nokia Mr Alki berdering. Ia segera mengangkatnya. “Iya Ustadz. Saya sudah di rumah sakit,” terangnya kepada Ustadz Ismail yang berbicara di balik telepon.

“Ustman bagaimana keadaannya?” tanya Ustadz Ismail.

“Tadi beberapa dokter sudah menangani Ustman. Mereka sedang mencari golongan darah AB. Ustman kehabisan darah Ustadz. Tadi di dalam ambulance darahnya banyak mengalir sampai kain yang menutupi lukanya berganti warna menjadi merah tua,” ujar Mr Alki menerangkan kepada Ustadz Ismail.

Mendengar kabar dari Mr Alki mengenai keadaan Ustman, Ustadz Ismail sedikit khawatir.

“Apa perlu kita bikin pengumuman ke jamaah kalau kita butuh golongan darah AB?” tanya Ustadz Ismail pada Mr Alki.

Mr Alki menjadi sedikit tenang. Bisa jadi hal itu menjadi solusi agar lebih cepat lagi dalam mendapatkan golongan darah AB. Karena seorang yang memiliki golongan darah AB harus ada antigen golongan darah A dan B. Dan golongan darah itu termasuk golongan darah yang sangat minim maka terjadi kombinasi antara A dan B. Golongan darah AB merupakan golongan darah paling langka di dunia.

“Apa mungkin anak asrama Masjid ada yang memiliki golongan darah AB,” pikir Mr Alki sendiri sambil mendengar Ustadz Ismail berbicara di telepon.

Telepon ditutup ketika kabut pagi tiba-tiba sudah menyapa Mr Alki di area Rempoa. Udara pagi yang segar membuat dirinya harus memastikan bahwa Ustman baik-baik saja.

Mr Alki pun lagi menunggu temannya yang akan bergantian dalam menjaga Ustman. Ia duduk di pos security dan memesan bubur. Karena setiap hari selalu ada bubur pagi yang ngetem di pos. Mr Alki pun menyempatkan diri untuk ngobrol santai dengan para security Rumah Sakit.

Mobil Avanza berwarna putih keluaran tahun 2019 memasuki pintu Rumah Sakit. Dengan sigap security yang bertugas, membukakan pintu gerbang Rumah Sakit. Mobil pun berhenti untuk diperiksa terlebih dahulu.

“Selamat pagi Pak!” sapa Securty dengan tenang.

Alki seperti mengenal mobil tersebut.
“Saya akan bertemu dengan pasein bernama Ustman Pak,” jawab seorang Ustadz yang berada di dalam mobil.

Security menjawab dengan sopan,” Silakan Pak.”

Tanpa disadari Ustadz Ismail membuka pintu kaca mobil. Melihat Mr Alki sedang makan bubur. Mr Alki pun terkejut. Ia pun menghentikan makan buburnya sejenak guna menemui Ustadz Ismail yang sedang memarkirkan mobil.

“Sudah habiskan dulu buburnya Alki.” kata Ustadz Ismail dengan memasang wajah tersenyum sambil keluar dari mobil diikuti oleh Kemi, anak masjid Jabal Rahma.

Akhirnya Ustadz Ismail pun duduk bareng makan bubur bersama Mr Alki.
“Bang bubur dua lagi ya!” pinta Mr Alki pada Tukang bubur.

Tukang bubur mengiyakan dengan pelan. Ustadz Ismail mengambil posisi duduk di sebelah pos security. “Pak mohon ijin ya numpang duduk sambil makan bubur,” ucapnya pada security yang berada di dalam pos. Mereka pun mengiyakan permohonan itu.

“Utsman gimana?” tanya Ustadz Ismail.

“Kita masih kekurangan golongan darah AB stadz,” balas Mr Alki.

“Siapa yang punya stock darah itu ya,” sahut Ustadz Ismail lagi.

Tak lama kemudian bubur pun datang.
Kemi menimpali. “Beberapa hari lagi keluarga Ustman akan datang dari Sukabumi. Katanya mereka ingin melihat kondisi Ustman,” terang Kemi pada Mr Alki.

“Tenang nanti saya yang akan menjelaskan kejadian ini dengan orang tua Utsman. Supaya mereka tidak terlalu khawatir,” jawab Ustadz Ismail.

“Terus dengan kampusnya bagaimana Ustadz?” tanya Mr Alki.

“Nanti biar dibuatkan surat keterangan dokter. Biar Utsman dapat dispensasi dari pihak kampus. Bahwa Ustman sedang sakit,” terang Ustadz lagi.

“Untuk sementara waktu kamu, Alki pulang dulu ke asrama. Kamu harus mengajar di sekolah kan?” sahut Ustadz Ismail.

Ia melanjutkan, Kemi yang akan mengganti sementara waktu untuk berjaga di Rumah Sakit ini.

(…bersambung)