Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Puisi Dwi Indriani Masruroh: Kala Bumi Berfilsafat

Kala Bumi Berfilsafat

Oleh: Dwi Indriani M.

Langit yang bergelombang
Laut yang berawan
Udara yang mengalir terang
Air yang berhembus ketenangan

Adakah yang tahu maknanya
Ketika bumi berbolak balik kodratnya
Kala bumi mulai berfilsafat dengan manusia
Adakah yang memahaminya

Kita hanya merasa benar kala kita menang
Kita merasa menang kala kita seakan mengetahuinya
Kita merasa mengetahuinya kala kita menyaksikannya
Kita merasa menyaksikannya kala kita melihatnya

Tahukah, engkau
Tak ada yang pasti dihadapanmu
Bahkan masa mu entah kapan akan meninggalkanmu
Semua yang ada hanyalah pandangan semu

Kala bumi berfilsafat
Manusia tak akan mengerti hakikat
Bahkan kemunafikan jadi tabiat
Karena adab sudah tak bermartabat

Kala bumi berfilsafat
Hanya akal yang kuat jadi penyelamat

Banyuwangi, 29 Desember 2020

(***)

Sandiwara Kertas

Oleh: Dwi Indriani M.

Banyak peran yang dijalani dalam sandiwara
Baik buruk hanya salah satu nilai sandiwara
Ketika sandiwara terlahir nyata
Maka tak ada lagi kemurnian rasa

Sandiwara kertas ketika peran bermakna jual
Kemanusiaan hanya jadi dagangan
Kepedulian hanya sebagai tontonan
Tapi pengkhianatan jadi tuntunan

Dalam sandiwara kertas berperan
Hanya sebagai alasan dalam pembenaran
Ketika disalahkan berkata hanya berperan
Tapi dunia telah mengalami kehancuran

Dunia penuh dengan sandiwara kertas
Yang hasilnya dapat dinilai dengan kertas
Harga diri bahkan dibeli dengan kertas
Martabat hanya bernilai nominal kertas

Itulah kenyataan sandiwara kertas

Banyuwangi, 1 Januari 2021

(***)

Bahari di Daratan,
Bagai Gelombang Tak Kelihatan

Oleh: Dwi Indriani M.

Ingat awan dalam kumpulan kegelapan
Menyelimuti langit siang tak berbintang
Bersembunyi dibalik tebalnya awan
Sungguh, dalam tatapan bertebaran ingin melihat kebenaran

Selimut awan menggumpal
Menutupi pandangan yang telah bebal
Tak lagi dapat melihat harapan bergumpal
Kini seakan menjadi perkumpulan begundal

“Ah, aku lapar”
Ketika banyak kata lapar yang terlempar
Tak dapatkah para kaisar mendengar?
Sungguh hingar bingar yang kebelingar

Bahari luas yang di daratan
Tertutupi kehidupan yang berkerlipan
Walau gelombang tak kelihatan
Telah sebabkan jutaan kematian tak terelakkan

Sungguh suatu penipuan
Dalam bentuk yang tak dapat dihilangkan
Menunjuk kebenaran yang menjurus pada jurang kematian

Banyuwangi, 5 Januari 2021

(***)

Biografi Penulis:

Dwi Indriani Masruroh
Lahir di Banyuwangi, 30 Agustus 1994.

Pendidikan terakhir: SMK Negeri 1 Banyuwangi tamat tahun 2013

Putri dari Jumiran (Ayah) dan Siti Julaehak (Ibu)

Penulis: Dwi Indriani MasrurohEditor: M Syari Faidar