Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Kuliner Lawas Tahun 90-an Primadona Mahasiswa di Yogya

YOGYA (CIO)—Kuliner lawas di Yogya yang paling dikangeni para alumni mahasiswa adalah Sega Langgi berisi nasi beserta lauk pauk.

Sega Langgi yang berisi nasi, teri, mie letek, dan irisan telur dadar, itu pernah menjadi pimadona bagi mahasiswa di tahun 90-an.

Di masanya, Sega Langgi hanya dapat ditemui di sepanjang kawasan Jalan Diponegoro tak jauh dari Tugu Jogja.

Selain Sega Langgi, mahasiswa juga menggandrungi nasi teri dan oseng tempe milik Surajiem yang berlokasi di Pingit, Kalurahan Bumijo, Kapanewon, Yogya.

Meski lokasinya di kampung perkotaan yang sempit, menu lawas sederhana milik Surajiem masih diserbu pelanggannya mantan mahasiswa yang pernah kuliah di Yogya.

“Sekarang berjualan di rumah saja,” kata Surajiem pemilik warung nasi teri yang dulu pernah buka di sekitar kawasan Pingit dan Jalan Diponegoro, Senin (30/5/2022).

MENU andalan warung mahadiswa milik Surajiem berupa oseng tempe kering, sambal teri, jamur, sop sayur, kikil, kepala ayam, ceker, tempe dan tahu bacem serta goreng. (Foto CIO)

Surajiem menyebut banyak pelanggan yang dulunya kuliah di Yogya, setelah sukses di daerahnya, bisa dipastikan datang ke warungnya. Mereka bernostalgia semasa menjadi mahasiswa di Kota Pelajar.

Pelanggannya justru datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat.

“Banyak mas, ada yang dari Jakarta, Sumatera dan Kalimantan. Mereka membawa anak-anak dan istrinya,” katanya.

Kata Surajiem, pelanggan yang dulunya rata-rata mahasiswa itu kangen dengan cita rasa nasi teri dan oseng kering buatannya.

Sebelum datang biasanya para pelanggan lawas akan menghubungi melalui telepon seluler.

Satu porsi nasi teri, sayur, oseng tempe kering, dan dua tempe goreng dengan satu gelas minuman teh panas, dibandrol Rp 10.000. Berbeda saat masih berjualan di luar yang cukup membayar Rp 300.

SURAJIEM saat melayani pelanggan di terad rumahnya yang disulap menjadi warung. (Foto CIO)

Warung milik Surajiem buka dari pukul 17.00-22.00 WIB. Ia mengaku tidak sekuat dulu yang harus berjualan mulai pukul 03.00 WIB.

Di era digital seperti sekarang Surajiem masih melayani ratusan pelanggannya meski persaingan dunia kuliner terbilang ketat.

“Sekarang sudah banyak orang berjualan makanan secara online sedangkan saya gagap teknologi,” ucapnya sambil tersenyum.

Persaingan dunia kuliner di Yogya tidak membuat Surajiem menggulung tikar. Usaha kulinernya justru semakin ramai meski harus bersaing di jaman digital. (adham)