Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerpen: “Ganti Hidung”

Oleh: Agus Sutawijaya.

(CIO) — Teka-teki kenapa selama ini aku harus menderita sakit kepala yang nyaris tak tertahankan sedikit demi sedikit mulai mendapatkan jawaban. Setelah menjalani pemeriksaan maraton, dan konsul ketiga dokter spesialis, dokter akhirnya mendiagnosa bahwa sakit kepalaku terjadi berulang akibat dari adanya “deviasi sedang siptum nasi ke kanan”, bahasa yang sama sekali tak kupahami.

Namun berdasarkan penjelasan dokter spesialis THT, kira-kira maksudnya terjadi pembengkokan tulang rongga hidung di kanan. Diagnosa awal itulah sumber malapetaka selama ini. Dan solusinya adalah “Bedah”.

Kata “Bedah” dari dokter telah cukup untuk membuat ritme jantungku meningkat. Namun seperti layaknya muslim Indonesia kebanyakan, aku masih bersyukur bahwa ternyata yang harus dioperasi adalah hidungku.

Aku gak bisa membayangkan bagaimana rasanya, jika hasil CT Scan menggambarkan bahwa ada gangguan di “Otak” dan harus bedah tengkorak. Sayang bangetkan, sebab “Otak” ku masih orisinil, dan jarang dipake, pokoknya no minus lah. Aku gak suka “Gelay”.

Kemarin mbak Ambar Rustantini menanyakan kabarku melalui aplikasi pesan instan. Mbak ku sing ayu dewe ini bertanya kenapa hidungku bisa bengkok. Secara, aku memiliki desain hidung yang “minimalis”.

Aku pun menjawab sekenanya, “jangankan mbak, aku aja gak tau mbak, udah ngaca berkali-kali tapi aku liat kalau aku udah ganteng maksimal. Bentuk wajah proporsional, dengan hidung tegak presisi, meski dalam size agak mini” jawabku.

“Itu dia, mbak liat hidung Agus baik-baik aja, atau dulu Agus pernah jatuh gak? Dari motor, atau dari mana gitu selain jatuh cinta..” tanya mbak ku menyelidik penuh perhatian. Beliau memang seperti itu, perhatian dan penuh kasih sayang

“Dulu banget sih mbak, waktu aku masih kecil pernah jatuh dari motor” jawabku mencoba mengumpulkan kenangan ketika aku tertidur saat naik ojek yang mengakibatkan aku harus jumpalitan di aspal. Itulah juga mungkin yang membuat wajahku mirip almarhum Taufik Safalas, padahal sebelum jatuh, dulu kata Mak, aku mirip Primus Yustisio.

“Nah, mungkin itu dia sebabnya dek…” balasnya.

“Tapi mbak, Agus rasa ada penyebab lain deh” timpalku.

“Apa..” tanyanya penasaran.

“Mungkin karena posisi tidurku mbak” jawabku.

“Loh, kok bisa ?” tanyanya makin penasaran.

“Iya mbak, sejak nikah aku selalu tidur di sebelah kanan, istriku di sebelah kiri, jadi setiap cium dia hidungku tertekan ke kanan, dua puluh tahun nyium dia, bukan ga mungkin tulang hidungku jadi bengkok ke kanan.” aku coba menjelaskan dengan sedikit argumen.

“Bisa jadi dek, coba ganti.” jawabnya yang segera kusambar.

“Menurut mbak, kalau kasusnya seperti itu, aku harus ganti kasur apa ganti istri…? Tanyaku “polos”.

“Ganti istri gundulmu, ganti posisi tidurmu Bambang!!” Tiba-tiba suara di seberang sana berubah keras dan menakutkan. Aku salah apa coba?

Menurut Azizah Nur Siak Noni MaRos Rina Ummu Bintang Dmynt Mia Yenty Amel salahku di mana, sampe mbak ku marah?

(***)

Pekanbaru, 04032021
Ditulis sambil duduk nunggu giliran dipanggil dokter.

Penulis: Agus SutawijayaEditor: M Syari Faidar