Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerbung: Aku, Buku dan Perjalanan Adaptasiku (5-Selesai)

Oleh : Al Firdaus, Tenaga Pendidik.

(CIO) — Dengan keadaan diri sedang terpuruk dan mencoba untuk bangkit dalam berkarya terkadang saya terheran-heran sendiri. Karena mengingat waktu itu saya sudah tidak punya harapan lagi untuk menulis. Karena hampir 90 kali penolakan. Itu membuat saya benar-benar frustasi. Tapi saya tidak ingin berkecil hati. Saya bisa berkaca dengan para penulis hebat seperti JK Rolling, Andrea Hirata, Pramudiya, mereka semua orang yang tertolak dalam berkarya diawalnya. Sebelum mereka seperti saat ini.

Saya pun bertekad menjadikan diri saya seperti 3M yang tertulis di IG saya. Menulis, Membaca dan Mengajar. Sudah itu saja. Mengajar akan membuat saya bahagia karena menyebarkan kebaikan. Sampaikan walaupun satu ayat. Ada energi baru yang saya dapat ketika melihat anak-anak dapat melakukan sesuatu yang baik.

Membaca pun sama, ada gairah, hasrat yang muncrat ketika membaca novel Bang Tere Liye, Andrea Hirata, A Fuadi dan Bang Benny Arnas. Semangat menjadi berlipat-lipat lagi untuk menulis dengan lebih bergelora. Ingin membuat hal yang baru. Bisa juga membuat suatu yang belum ada menjadi ada alias berimajinasi dalam sebuah tulisan. Seperti film Lord of Dring, Avatar, cerita Sherlock Holmes. Hal tersebut sangat menarik bahkan dapat menggugah selera dalam diri saya. Bahwa saya harus melakukan suatu yang dapat menjadi kenangan selama saya hidup. Termasuk dari karya tulis.

Di tengah pandemi ini memang semua serba tidak pasti alias banyak resiko di luar sana. Tapi ketidakpastian tetap harus kita pelajari, jalani, dan optimis.

Kita patut bersyukur dengan adanya pemerintah yang tanggap dengan virus ini. Semua masyarakat diajak untuk peduli. Membuat kita sadar bahwa hal sepele seperti mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak hal tersebut menjadi cara untuk memerangi virus tersebut.

Dan sekarang patut diapresiasi juga perlahan-lahan tapi pasti mulai sadar diri. Yang akhirnya menuntut kita untuk selalu 3M –mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak–tadi. Tapi setidaknya kita sudah berusaha maju. Dengan hal tersebut urat nadi ekonomi kita yang tadi melambat sekarang mulai stabil lagi. Sekolah pun nantinya akan direncanakan kembali buka pada bulan Juli 2021. Walaupun tentunya, semua harus dikaji lagi. Apalagi virus bukan hanya ada di Indonesia tapi juga di negara-negara lain.

Di tengah pandemi ini, kita juga mulai diuji dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Sebagai bangsa yang memiliki solidaritas tinggi. Pasti saling tolong menolong, bantu membantu dan guna meringankan penderitaan yang lain, itu sudah menjadi budaya kita.

Pada saat pandemi ini pula keimanan sosial kita diuji apakah kita cuma memikirkan diri kita sendiri atau orang lain. Jika memikirkan diri sendiri, iman kita dianggap lemah bahkan disebut belum beriman, laa miinu’ hatta yuhibba lii akhiihi. Jika mementingkan orang lain maka itu menjadi kebaikan yang abadi baik di dunia maupun di akhirat.

(***)