YOGYA (CIO)—Warga Yogya mengembangkan pengolahan sampah dengan metode Eco Enzyme untuk mengurangi sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DIY.
Darurat sampah yang berulangkali terjadi menggerakkan warga Kampung Gemblakan, Danurejan, Kota Yogya, mendirikan Rumah Eco Enzyme untuk mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk cair serba guna.
Limbah organik seperti sayuran dan buah-buahan, dikumpulkan dan diolah dengan cara difermentasi selama tiga bulan.
Sisa sayuran dan buah-buahan yang dipilih harus masih segar dan tidak busuk agar menghasilkan olahan eco enzyme yang berkualitas, kata Martini salah seorang relawan Eco Enzyme.
“Sedangkan sampah organik yang tidak lolos akan diolah dengan metode lodong sisa dapur, kami menyebut ‘Losida’,” ujar Martini, Kamis (16/6/2022).
Losida adalah pengolahan sampah dengan cara menanam pipa ke dalam tanah yang dihubungkan ke bak penampungan sampah.
Dengan Losida pengolahan sampah organik sisa sayuran dan buah-buahan tidak harus dalam kondisi masih segar.
Dijelaskan, cairan eco enzyme dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sanitizer, deterjen, sabun cuci piring dan sabun mandi.
Namun, kata Martini, tidak semua cairan eco enzyme dapat diproduksi secara maksimal karena sudah digunakan warga untuk pupuk organik tanaman.
“Dalam satu bulan (Rumah Eco Enzyme) dapat menghasilkan hingga 30 liter cairan eco enzyme,” katanya.
Selain untuk pupuk, cairan murni eco enzyme dapat digunakan sebagai pembersih lantai dan peralatan dapur.
Bahkan, kata relawan lain di Rumah Eco Enzyme, cairan eco enzyme dapat digunakan sebagai cairan penjernih kolam.
Martini tidak sendiri, ia bersama 58 relawan lain yang aktif ikut mengolah limbah rumah tangga di Rumah Eco Enzyme.
Dari pantauan CIO, Yogya menghasilkan sampah hingga ratusan ton per hari. Jumlah itu belum termasuk limbah rumah tangga yang dibuang di sungai menyebabkan bencana banjir.
Eco Enzyme ditemukan dan dikenalkan pertama kali oleh Dr Rosukan Poomvanpong.
Dr Rosukan Poomvanpong adalah pendiri Health Farm Thailand sekaligus orang pertama di Asia yang mendapat gelar Ph.D dalam pengobatan alternatif.
Meski belum diproduksi banyak, hasil pengolahan sampah Rumah Eco Enzyme diberikan secara gratis dan tidak diperjualbelikan untuk membantu pemerintah setempat mengurangi sampah. (tim cio)