Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Teka-Teki Covid-19 dan Doa Penangkalnya

Oleh: Aproni Samsuri, Guru Pesantren.

(CIO) — Tren paparan Covid-19 masih tinggi sehingga pemerintah berencana mengetatkan PSBB Jawa-Bali. Sebaliknya rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk pembelajaran tatap muka pada Januari 2021, kayaknya bakal dipending dahulu.

Di jagat medsos Covid-19 berhasil membelah masyarakat menjadi tiga golongan, satu golongan tidak percaya adanya covid-19, dan dua golongan percaya adanya virus ini, namun berbeda dalam menyikapinya.

Golongan yang pertama masyarakat yang sama sekali tidak percaya adanya virus ini, bagi mereka isu covid-19 hanya konspirasi orang-orang jahat. Saya dapati sendiri mereka berani bersumpah bahwa virus ini hanya hoaks semata.

Golongan yang kedua masyarakat yang percaya adanya covid-19 namun berlebihan dalam menghadapinya.

Sedangkan Golongan ketiga adalah golongan yang percaya adanya Covid-19 dan menyikapinya secara proposional.

Ketika saya hendak masuk ke sebuah ruangan tiba-tiba dari dalam, seorang teman dengan memakai APD ala tenaga medis, memintaku berhenti dahulu untuk dia semprot seluruh tubuh saya dengan desinfektan, sampai bawah sepatu saya pun dia semprot, padahal pihak kantor tidak memberlakukan protokol seketat itu, cukup pakai masker dan cuci tangan kita bisa diterima di kantor itu.

Golongan yang ketiga adalah golongan yang percaya adanya Covid-19 dan menyikapinya secara proporsional. Mungkin saya termasuk golongan ini –he he he– benda wajibnya adalah masker serta hand sanitizer, tidak lupa juga konsumsi penguat imunitas tubuh.

Menulis tentang Covid-19 ini, saya teringat sebuah kisah yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang sempat viral pada awal-awal virus ini masuk Indonesia.

Yaitu kisah tentang salah satu ikhtiar yang bisa kita teladani sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran wabah penyakit.

Alkisah, Kholifah Umar beserta rombongan dari Madinah hendak menuju Syam, sampai hampir memasuki Syam, beliau mendengar bahwa terjadi wabah di Syam.

Beliau pun berhenti kemudian bermusyawarah, singkat cerita akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Madinah.

Beliau putuskan hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Ketika kita mengikuti standar protokol kesehatan guna memutus rantai penyebaran Covid-19, dan di sisi lain disekitar kita banyak yang sangat longgar –bahkan menyepelekannya– maka bisa jadi ada kekecewaan di hati.

Tapi ingat bahwa ikhtiar yang kita jalankan apabila kita niatkan untuk menjaga kehidupan orang banyak, maka ada pahala yang besar disana. Allah berfirman:

وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعا

“Dan barangsiapa yang memeliharanya (kehidupan seorang manusia), maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya” (QS Al-Maidah: 32).

Disamping ikhtiar tersebut, seorang muslim dianjurkan untuk berdoa memohon keselamatan dan dijauhkan dari wabah penyakit.

Berikut doa yang diajarkan Rasulullah SAW agar terhindar dari penyakit.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُوْنِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya.”(HR. Abu Dawud)

(***)