Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Serba-serbi Dagang Kang Sholeh: Munajat Pedagang

(CIO) — Seorang teman, menyapa saya saat lagi kulakan barang dagangan sore ini, dan bertanya, “Leh, di warung, gimana cara ente bermunajat kepada gusti Allah?”

Rupa-rupanya dia membaca tulisan-tulisan saya di facebook. Memang sebagian besar tulisan saya itu terkait serba-serbi dunia dagang yang saya geluti. Sengaja saya bikin cerita.

Susah juga menjawab pertanyaan dia. “gimana ya, karena saya ini pedagang. Munajat saya ya melayani pembeli dengan sebaik-baiknya.” jawab saya sekenanya.

Nggak tahu benar atau tidaknya. Mudah-mudahan saja ini jawaban mendekati benaran hehehe.

Teman saya itu ketawa, “saya kira kamu tiap malam jum’at ziarah kemana gitu? Ealaahh malah melayani pembeli, adduuhh..” temanku menimpali.

“Terus terang saya kurang begitu tertarik dengan kegiatan acara ziarah-ziarahan gitu. Bukan karena saya menolak acara kayak gitu ya. Nggak ada. Saya sih silahkan-silahkan aja. Nggak masalah. Malah pernah ikutan juga ziarah wali lima, diajak saudara, sekalian refreshing. Ya pernah ngerasain.” jelasku ke dia.

Petugas parkir ikut nimbrung dan berpendapat, “Leh, benaran loh. Itu pedagang Madura kalo tiap malam jum’at itu ziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Saya tahu.”

Emang ada urusan apa?” Saya tanya ke petugas parkir.

“Ya biar dagangnya lancar,” jawab petugas parkir.

“Ohh,..”

“Ya sudah, bapak coba mulai saat ini amati, sampai setahunan ya. Apakah dagangnya berkembang atau tidak? Setelah mereka ‘istiqomah’ melakukan itu. Bapak amati benar ya. Nanti saya tanya lagi tahun depan.”

“Siap leh. Buat apaan?” tanya dia.

“Ya jadi pengetahuan kan. biar nggak katanya-katanya gitu.” jawab saya.

“Leh munajat kayak kamu gitu berat nggak?” tanya teman yang lain.

“Ya cukup berat juga. Kalo mood saya lagi oke ya semua lancar. Kalo moodnya lagi di bawah ya sesegera saya keluar, nggak ngadepin pembeli.” jawabku.

“Apalagi kalo harga-harga naik. Ibu-ibu pasti ngedumel. Yang kena sasaran saya. Ya jadi bingung sendiri.” imbuh saya.

Teman saya itu ketawa hahaha. Ada-ada saja katanya.

Nasib pedagang sembako ya gitu. Sering banget dimanyunin ibu-ibu. Itu kalo harga barang naik. Tapi kalo turun lagi, senyumnya sampe balik juga semringah. Wkwkwkwk..

(***)

Penulis : Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako.