Sekolah Angker – Kamu pernah tidak mengalami pengalaman horror? Ngomong-ngomong ini adalah pengalamanku sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah dasar.
Namaku adalah Nova Saefudin dan aku tinggal di Kabupaten Cirebon. Pada saat aku sekolah dasar kelas tiga, sekolahku mengalami krisis kelas. Jadi hanya terdapat kelas empat hingga kelas enam saja. Sedangkan kelas satu hingga kelas tiga berada di sekolah lain yang sudah lama tidak terpakai alias kosong.
Sekolahku itu sudah kosong selama bertahun-tahun. Di sekolah itu juga terdapat sekolah paud, tepat di sebelah gedung kelas satu hingga kelas tiga. Masih dalam satu lingkungan sekolah.
Pada suatu hari, di sekolah paud tersebut pernah terjadi sebuah kecelakaan yang memakan korban salah satu muridnya. Ceritanya begini, sekelompok murid sedang bermain ayunan di dalam ruangan sekolah. Ayunan itu bisa menampung beberapa orang di dalamnya. Ayunan tersebut sudah terisi penuh oleh anak-anak paud, dan sisanya ada sekitar empat orang ikut mengayunkan.
Mereka sangat menikmatinya, baik yang duduk di ayunan maupun yang bertugas mengayunkan. Namun insiden di luar nalar pun terjadi. Salah satu anak yang ikut mengayunkan itu mengaku melihat bayangan aneh menyerupai anak perempuan. Bayangan itu membuat anak yang melihatnya menjadi kehilangan fokus dan membuat jari yang berada di belakang ayunan terdorong dan tertekuk hingga patah.
Anak tersebut menangis sejadinya, para orang tua murid pun berdatangan dengan wajah bingung. Salah satu guru paud pun segera tanggap menangani anak tersebut. Darah terus mengucur membasahi lantai, dan anak itu tak henti-hentinya menangis. Keesokan harinya, ayunan tersebut sudah tidak boleh digunakan lagi.
Setelah kejadian tersebut, tersiar kabar pula ada kejadian janggal di kelas dua SD. Di dalam kelas tersebut terdapat seorang murid laki-laki yang duduk sendirian. Bangku di sebelahnya tak pernah terisi murid lain. Anak laki-laki itu selalu melindungi bangku kosong tersebut. Dia mengatakan, “di sini ada orang, dia temanku.”
Hal itu pun lantas membuat semua orang merasa heran, terutama guru yang mengajar. Karena, mau dilihat dengan mata telanjang pun bangku itu kosong. Tidak ada seorang pun yang mendiami. Salah satu guru pun memberanikan diri untuk bertanya kepada anak laki-laki tersebut.
“Budi (bukan nama asli), bapak ingin bertanya. Sebenarnya, siapa temanmu yang duduk di sebelahmu?”
Budi kemudian menjawab dengan wajah polos, “aku tidak tahu namanya Pak Guru, katanya dia tinggal di belakang sekolah.”
Pak Guru itu langsung teringat ketika Budi mengatakan di belakang sekolah, pasalnya di belakang sekolah tidak ada rumah, melainkan tanah kosong dan tempat pemakaman. Pak guru itu menelan ludah. Wajahnya mulai menandakan ketakutan, tangannya gemetar dan sedikit berkeringat.
Budi lalu menunjuk salah satu jendela sambil mengatakan, “itu Pak Guru, mamahnya.”
Pak Guru itu kemudian menoleh ke arah jendela dan dia melihat tidak ada orang, Pak Guru tersebut lantas menyuruh Budi untuk segera pulang, karena jam sekolah pun sudah selesai setengah jam yang lalu.
Cerita Budi itu kemudian menyebar luas, dikenal sebagai murid ghaib yang ikut bersekolah. Kejadian-kejadian ganjil pun silih berganti terjadi. Masyarakat sekitar sudah sangat yakin kalau penyebabnya adalah sekolah kosong itu digunakan kembali, dan ada pengaruh dari tanah kosong beserta kuburan di belakang sekolah yang terkenal sangat angker.
Sehingga ketika melihat ada aktivitas manusia lagi di sekolah setelah bertahun-tahun lamanya, mereka makhluk ghaib merasa tertarik. Pihak sekolah pun kemudian memutuskan untuk mengadakan suatu ritual khusus agar makhluk ghaib yang selama ini mengganggu para murid tidak terjadi lagi.
Ritual itu dilakukan serentak di semua kelas. Langkah pertama adalah dengan menyiapkan nasi kuning tumpeng lengkap dengan aneka lauk seperti ayam panggang, telur, dan lain sebagainya. Selain tumpeng, ada juga sesajen. Setelah tumpeng dan sesajen itu dipersiapkan di depan kelas, guru menyuruh semua murid untuk melakukan do’a bersama.
Dengan membacakan ayat kursi dan surat-surat pendek, diharapkan dapat mengusir energi negatif di setiap kelas. Selanjutnya, tumpeng yang sudah disiapkan tadi dibawa mengitari kelas sambil mengalunkan sholawat. Ritual pun selesai dan proses belajar-mengajar pun berlangsung seperti biasa.
Pertanyaannya, apakah dengan adanya ritual tersebut sudah selesai? Seminggu berlalu, aku berangkat sekolah seperti biasanya. Mamaku mengantarkan sampai di depan gerbang sekolah. Di kelas, aku duduk di bangku paling belakang dan sendirian. Aku duduk di belakang sendirian selama belajar.
Pelajaran pertama selesai, saatnya istirahat. Aku dengan siswa yang lain setelah jajan nongkrong di depan WC yang jaraknya hanya satu langkah panjang dari kelasku. Meskipun di situ aku tidak sendirian beserta dengan teman-teman sekelas, aku merasakan ada hadirnya orang lain selain teman-teman sekelasku. Di dalam WC benar-benar sangat tidak nyaman, aku pun mencoba keluar dan sedikit lebih menjauh.
Salah satu temanku merasa heran dengan gelagatku, dia lalu berkata “Nov, ada apa?”
Aku jawab, “tidak ada.” Aku tidak mau suasana senang mereka menjadi ketakutan ketika aku menceritakan yang kurasakan.
Aku dari kecil diketahui sudah sensitif dengan kehadiran makhluk ghaib. Saking sensitifnya, aku sudah berulangkali mengalami kesambet makhluk gaib baik dari kebun, rumah-rumah kosong maupun tempat-tempat yang diyakini dihuni oleh mereka. Mamaku sudah sangat hafal ketika aku sakit, kalau misalnya obat dari dokter tidak mempan menurunkan sakitku, itu artinya aku sedang terkena sakit yang tidak biasa.
Biasanya aku dibawa ke orang pintar dan mendapatkan sebotol air mineral yang di dalamnya sudah terkandung ajian-ajian atau semacamnya. Dan ya baru bisa sembuh. Hingga sekarang, aku masih sensitif. Mamaku bahkan benar-benar melarangku untuk keluar rumah pada Dzuhur dan Maghrib serta tidak boleh bermain di tempat yang diyakini angker.
Lonceng berikutnya pun terdengar, tanda pelajaran terakhir segera dimulai. Aku pun bersiap-siap di dalam kelas. Tak lama, guru pun masuk dan melanjutkan materi minggu lalu. Matematika adalah mata pelajaran yang paling aku benci. Makanya, alih-alih aku memperhatikan guru dan papan tulis di depan, aku melamun menatap jendela ke arah keluar.
Semakin lama, pikiranku semakin kosong dan mataku tak pernah berkedip dari jendela. Angin yang berhembus, semakin membuatku nyaman untuk tidak melihat ke depan kelas. Setelah beberapa lama, aku menatap jendela yang tidak ada apa-apa, perlahan seperti ada sekelebatan putih melintas.
Aku tetap tidak bergeming, pikiranku benar-benar kosong sekarang. Masih dengan posisi yang sama, tepat di jendelaku terlihat seperti ada wajah yang seram, rambutnya acak-acakan, matanya merah dan memiliki taring. Namun, aku masih tidak bergeming. Rasa takut seperti lenyap dan terus menatap dengan tatapan kosong. Tak terasa, sekitar satu jam bengong, akhirnya waktu pulang pada pukul dua belas siang.
Aku berjalan keluar kelas menuju ke luar gerbang sekolah. Suhu badanku sangat tinggi, aku lantas ngomong kepada mamaku yang datang menyusulku.
“Ma, Nova sepertinya demam.”
“Hah demam? Perasaan tadi pagi kamu sehat-sehat saja.” Mama lalu memegang keningku, dan merasakan panas suhu tubuhku naik drastis dari saat pagi lalu.
“Aneh bener,” lanjutnya. “Ya udah nanti besok berobat, kalau sekarang dokternya sudah tutup.”
*****
Sekolah Angker (Kisah Nyata) – Saat Malam Hari Tiba
Malam hari, atau lebih tepatnya jam dua pagi. Aku sedang tidur, tetapi mengalami mimpi buruk. Kamu pasti pernah merasakan mimpi buruk ketika demam yang aneh seperti bermimpi bola kecil yang semakin membesar, atau mimpi aneh lainnya yang tak pernah kamu alami sebelumnya.
Aku juga merasakan hal yang sama pada tidur malam itu. Di dalam mimpi, aku sedang dikejar-kejar oleh sekumpulan batu yang begitu banyak dan besar-besar. Akibat mimpi buruk itu, aku terbangun dari tidur. Kukira, mimpi buruk itu akan berakhir. Keringatku membasahi pakaian dan kasurku, nafasku juga sangat terengah.
Setelah menegakan badanku, aku menengok ke seberang tempat tidur, di situ aku melihat sesosok makhluk yang wajahnya sama dengan yang kulihat pada saat sekolah, namun sekarang aku melihat seluruh badannya. Dia terus berdiri, mengajakku untuk pergi bersamanya. Rambutnya kucal, matanya melotot berwarna merah, taringnya panjang, dan kukunya pun panjang.
Hal yang membuat menakutkan lagi adalah payudaranya yang sangat besar dan menjuntai ke bawah. Sudah bisa menebaknya? Yup, menurut mitos di tanah Jawa, makhluk ini dikenal dengan nama Wewe Gombel. Dia kerap kali keluar di depan seorang anak kecil dan mengajaknya ke suatu tempat angker untuk dijadikan anaknya.
Hal serupa terjadi padaku. Tubuhku tidak bisa menolak ketika dia mengajakku keluar dari kamar. Aku seperti dihipnotis olehnya, benar-benar tidak sadar dan tidak bisa menolaknya. Hingga mama yang selama ini tidur di sebelahku terbangun, dia segera menarik tanganku lalu berkata, “Nova, kamu mau ke mana?”
Setelah mendengar suara mama, makhluk itu tiba-tiba saja menghilang. Aku benar-benar menjadi sangat tidak karuan, aku mengigau tanpa henti dengan nafas yang terengah-engah. Keringatku terus bercucuran sambil berkata, “Ma, orang tadi kemana?”
Mamaku kemudian menjawab, “orang mana?” dia melihat sekeliling dan tidak melihat siapapun. Akibat kejadian tersebut, penghuni rumah yang lain pun ikut terbangun dan kaget. Ada nenek dan bibiku, mereka juga ikut membantuku untuk sadar.
“Iya tadi, ada orang berjalan, payudaranya sangat besar,” lanjutku. Aku masih belum sepenuhnya sadar. Aku juga menceritakan mimpi buruk tadi yang aneh.
Kemudian, nenekku segera mengambil air mineral yang sudah diberikan do’a dan menyuruhku meminumnya. Aku meminum air tersebut perlahan, dan berangsur tenang. Sekitar jam setengah tiga pagi, aku kembali melanjutkan tidurku dan syukur tidak ada lagi hal aneh.
Keesokan harinya, bukannya aku berobat ke dokter seperti rencana mama tadi siang, aku justru dibawakan ke orang pintar dan memang benar, itu semua karena aku melamun pada saat sekolah kemarin. Kata beliau, aku sudah kena target Wewe Gombel, tapi untungnya masih bisa diselamatkan sebelum di bawa lebih jauh oleh makhluk tersebut.
Setelah banyak mendapatkan banyak sekali kejadian di luar nalar di sekolah tersebut, akhirnya sekolah itu sudah tidak digunakan lagi sekarang. Sekolahku juga sudah dibangun tiga kelas baru. Sekarang, gedung sekolah itu sudah beralih fungsi menjadi gedung kesenian, dan sekolah paud sudah dipindahkan ke tempat lain yang tidak jauh dari tempat awal. Semoga dengan dirapikannya tempat tersebut, bisa menjadi lebih baik.
(***)
Nova Saefudin
Cirebon, 06 Juli 2022