Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
CerPen  

CerPen: Lepas Dara, Karya: Muhammad Lutfi

Lepas Dara
CerPen: Lepas Dara, Karya: Muhammad Lutfi

Cakrawalaindonesia.id – Dua bulan sudah beralalu. Aku sangat merindukan dirinya mala mini saja datang kembali ke rumahku. Setelah kemarin juga kita bertemu, dia kecup pipiku dan memagut bibirku. Setelah itu hilang. Sampai sekarang lenyap entah kemana.

Aku sudah putus sekolah demi hubungan yang lebih baik antara dia dan aku. Dia terpaksa harus meneruskan sekolah. Sebab lelaki nanti adalah tulang punggung keluarga. Sekarang serba kompetitif dan sulitnya minta ampun kalau mau cari uang.

Beruntung aku tinggal di rumah nenek. Dirawat nenekku di sini. Aku bisa bebas dari hardikan kedua orang tuaku dan keinginan mereka padaku. Hidup kami berdua di kampung. Jauh dari bising perkotaan. Hanya beberapa saja yang mirip perkotaan.

Lelaki itu sudah menjanjikan datang mala mini jam segini. Dia akan melakukan hal yang sama kembali seperti yang pertama kali kulakukan. Aku sudah bersiap dengan semuanya. Dia terlihat datang dengan helm hitam besarnya itu.

Dia menyapaku dan senyam-senyum, aku sudah paham maksudnya. Dia minta ini kembali. Aku ajak dia masuk kamar. Lalu dia melepaskan baju. Dia tindih aku yang sudah tak berdaya. Dia berikan sedikit goyangan membuat sesuatu pada tubuhnya mencair.

Ada sesuatu yang keluar. Dan itu membasahi rambutku. Baunya anyir, seperti lidah buaya. Lelaki itu belum berhenti juga. Dia ciumi punggungku dan membalikkan badanku. Dia lebih bersemangat.

Aku merasa seperti ditusukkan sesuatu. Seperti dimasukkannya batang sapu lantai ke situ. Aku hampir tak kuat. Aku juga merasa semakin semangat dan semakin menyerahkan diriku. Dia putar-putar badanku terserah dia mau.

Malam itu nenek sedang tidak di rumah. Dia sedang dijemput ayahku untuk menengok saudara ibu yang sedang sakit. Kebetulan aku yang disuruh menjaga rumah. Lelaki yang baru kukenal sebulan dan kita pacarana selama beberapa hari itu sudah membuat aku jatuh hati padanya.

Memang selain wajahnya yang lumayan tampan, dia juga ramah, murah senyum, dan pandai menjatuhkan hatiku. Aku suka padanya sejak dia merayu-rayu aku di jalan. Malam itu tuntaslah semua.

Pertama kali sebenarnya saat kami sudah mulai berpacaran. Dia datang ke rumahku. Meminta aku untuk keluar rumah. Dia nyatakan cinta padaku. Aku masih harus berpikir untuk menerimanya atau tidak.

Dengan berat hati aku menerimanya. Walaupun dalam hati ini ada perasaan yang mengganjal. Selama beberapa hari, dia rutin datang ke rumahku. Dia selalu datang dan menemani diriku di rumah. Kemudian hal itu terjadi.

Dia meminta sesuatu. Aku tak bisa menolaknya. Karena aku sudah jatuh cinta padanya. Dia membuka celanaku. Dan tanpa irama pelan, dia langsung tancapkan saja masuk semuanya. Rasanya sungguh perih dan sakit. Kulihat miliknya ada bercak darah.

Selaput daraku sudah terputus. Dia lelaki pertama kali yang melakukan ini padaku. Aku merasa kesakitan. Aku menangis dan bersedih. Aku takut kalau dia meninggalkanku dan tidak bertanggungjawab dengan semua perbuatan dia padaku ini.

Aku ditenangkannya. Dipeluknya aku dan diciumi pipiku. Rambutku diusap-usap. Aku jatuh dalam pelukannya. Aku percaya bahwa lelaki ini adalah jodoh terbaikku. Mungkin ini jalan takdir dan yang sudah Allah kirimkan untukku.

Setiap hari dia masih selalu datang ke rumahku. Tidak perduli malam hujan, dia kalau ada maunya selalu datang ke rumahku. Kalau pas keadaan rumah sepi, kami bisa melakukannya. Tapi kalau pas keadaan rumah rame, kami terpaksa mengundur lakukan itu.

Biasanya dia punya tempat untuk melakukan itu padaku. Aku selalu disuruhnya tengkurap. Sambil dia tindih aku. Nampaknya dia memang mencintai aku. Aku rasakan cintanya bergitu kuat mengalir di tubuh dan dadaku.

Dia lumat bibirku sampai habis dan aku kepanasan. Dia menjadi orang yang liar setiap kali sudah menyentuh badanku. Aku merasa seperti manusia yang dihisapi lintah dan terkuras habis dayaku. Keringat di tubuhku mengucur habis sampai tak ada sisa.

Dua bulan aku telah ditinggalkannya. Dia sekarang sudah tidak kelihatan lagi. Dulu dia berjanji untuk menikahiku dan selalu bersamaku. Bahkan dia berjanji untuk menjadikanku wanita yang selalu bersamanya.

Tetapi semua itu hanya omong kosong. Dia nampak tidak ada lagi. Setelah kejadian dia membuka hp dan aku marahi. Sepertinya itu alasan dia agar ada jalan untuk menjauh dariku. Aku sudah mengerti dan paham maksudnya.

Dia berkata kalau sekarang ini kita putus dan tidak ada hubungan apapun. Dia pun tega mengirimkan sebuah pesan kepadaku. “Dasar bajingan bodoh,” pesan dia kepadaku. Aku merasa seperti ditusuk pisau ulu hatiku.

Rasanya sakit, perih, sedih. Bahkan aku mau bunuh diri saja. Tidak ada yang bisa menolong aku kembali. Lelaki itu sudah berkhianat. Alangkah malangnya diriku ini. Terpukul dan terhina seperti orang yang telah habis semuanya dirampok dan dicuri.

Karena kejadian itu, aku masih trauma dengan lelaki. Tidak ada yang bisa aku ungkapkan dan aku ajak ngobrol selain diriku dan nenekku. Aku masih trauma bila ada orang yang ingin kenal dengan aku.

Sampai suatu waktu, anak seorang teman dekat ayahku, yang habis pulanng dari pondok dijodohkan denganku. Selain wajahnya yang kalem, dia juga pintar mengaji. Mana mungkin aku menolaknya.

Dia lelaki idaman para pria. Hanya ada satu kata pilihan, yaitu menerimanya. Kami dipertemukan di dua kursi yang saling berhadapan. Tangan kami saling berjabatan, kemudian menerangkan diri kita masing-masing. Seperti anak baru masuk sekolah.

Dia berbicara tentang pengalamannya selama di pondok. Aku sedikit bicara dan tak mau banyak bicara. Aku takut kalau dia tahu bahwa aku ini sudah tidak perawan lagi. Apakah dia tetap mau menerimaku.

Aku sudah menjadi barang di dunia ini. Lelaki brengsek yang dulu sudah melakukan perbuatan bejat padaku atas dasar suka sama suka, kini sudah menikah dengan wanita lain. Aku mendapatkan kabar itu dari salah satu temanku yang masih kenal dengannya.

Lebih kagetnya lagi ketika temanku itu menunjukkan foto pernikahan lelaki itu. Aku jadi makin panas hati. Tidak sanggup aku menahan diri dan kubanting pot. Vas pot pecah. Temanku terbingung dengan semua itu.

Dia bahkan beranggapan kalau aku ini sedang cemburu. Sebenarnya memang cemburu dan aku tidak bisa menyembunyikan wajah kecemburuanku ini. Aku merasa hina dan malu. Aku merasa dipermalukan sekali.

Rasanya seperti sepah dibuang. Lebih parah lagi, aku ini seperti barang sampah yang tidak berguna. Kalau saja ada sampah yang lebih baik dari sampah, maka itu adalah orang yang terlalu baik hati buat merawat sampah.

Lelaki yang dikenalkan kepadaku itu mengajak aku secepatnya menikah. Aku mau bagaimana lagi. Selagi ada orang yang mau menerimaku, aku merasa bahagia sekali. Tetapi aku takut nantinya dia tahu kalau aku tidak perawan.

Seminggu sebelum pernikahan dia mengajakku mencari cincin sepasang untuk diresmikan sebagai tanda orang suami-istri. Dia menggandeng tanganku. Aku bisa merasakan dalam hati dia mencintaiku setulusnya. Dalam hatinya dia berbunga-bunga bisa menggandeng tanganku.

Aku sungguh merasa bersyukur, Tuhan masih mau mengirimkan seorang lelaki baik hati yang mau menerima aku setelah keperawananku hilang direnggut oleh mantan pacarku. Aku sangat mensyukuri itu.

Dia memilihkan cincin yang aku mau. Dia memintaku untuk memilih. Aku pilih saja cincin biasa yang bentuknya oval dan tidak berkarat. Dengan emas 24 karat. Cincin itu dia beli sepasang. Ditaruh dalam kotak cincin yang warna merah.

Pernikahan akhirnya tiba. Kami didudukkan di kursi dan disiram kembang oleh kedua orang tua kami. Dia menciumiku di kening. Kami berfoto bahagia. Tak ada yang tak bahagia ketika wanita bisa menikah.

Namun aku lihat, lelaki mantanku yang bajingan itu datang ke acara pernikahanku. Sambil membawa istrinya dia turun dari mobil mercy dan melihatku. Aku ragu, aku sendiri tidak mengirimkan surat undangan untuknya. Kenapa dia datang.

Ternyata dia datang menemui kawanku yang juga kawannya. Mereka berbicara sebentar, kemudian dia lenyap lagi. Aku takt ahu apa maksud lelaki itu. Aku dalam hati timbul geram dan marah sekali. Ingin sekali kulempar sepatu kepadanya.

Malam ini, kami sangat bahagia. Suamiku akan melakukan hal pertama yang wajib kita lakukan setelah menikah. Dia menindihku. Mengingatkanku tentang lelaki itu. Suamiku memeluk dan menciumiku. Bayangan lelaki itu nampak dalam ingatanku.

Sebenarnya dalam hati aku masih mencintai dia. Tak bisa aku melupakannya begitu saja. Dia lelaki yang telah merenggut keperawananku. Suamiku merasakan mulai ada yang janggal. Kenapa darah perawan tidak keluar dariku.

Aku bertanya padanya. Tetapi dia berhenti dan diam di tepian ranjang. Membalikkan badan membelakangiku. “Kamu kenapa, sayang? Apa ada hal yang kamu pikirkan?” tanyaku juga dalam ketakutan.

Tetapi suamiku tetap diam saja. Dia memegang kepala sambil memukuli kepalanya sendiri. Ternyata dia sudah tahu, kalau aku tidak perawan. Dia memakai sarung dan baju. Kemudian dia keluar. Memilih tidur di luar meninggalkan aku. Aku menangis semalam menyesali hal yang telah lelaki brengsek itu lakukan padaku dulu.

Desember 2022

Tentang Penulis

Muhammad Lutfi, S.S. lahir di Pati, tanggal 15 November 2022. Merupakan anak pertama dari pasangan Slamet Suladi, Spd., Mpd., dan Siti Salamah, Spd. Sedang melanjutkan kuliah pascasarjana di UNNES. Bidang sarjana sastra Indonesia diselesaikan di UNS. Buku yang pernah ditulis, puisi: Aku dari East City, Taka, Gugat, Mata Sengsara. Cerpen: Bunga Dalam Air, Tabula Rasa, Pelaut. Novel: Senja, Bisma Pahlawan Hidup Kembali, Berlayar, Zahra dan Kotak Pandora. Drama: Asuh, Elegi. Buku filsafat: Kakawin Wiradarma, Serat Tri Aji. Bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Jaken. Bergiat di komunitas Rumput Sastra. Mendirikan TBM Rumput Sastra dan mendirikan redaksi cyber sastra. Dulu juga sempat bekerja sebagai jurnalis selama 4 bulan, kemudian sebagai guru di SMK swasta. Juara yang pernah diraih: juara 1 penulisan puisi, juara 1 tulis puisi, juara 2 penulisan puisi UNS, juara 3 lomba puisi di sastra Asean Vaganza. Beberapa karyanya berupa esai, cerpen, kritik sastra, dan puisi, serta naskah drama dipublikasikan di: solopos, apajake, balai bahasa bali, balai bahasa semarang, Kompas, koran amanah, koran Selangor, koran suara serawak, semesta seni, ellipsis.