Menakar Debar
Oleh: Nirma Herlina Ghanie
Menakar debar ketika biasa menjadi tak biasa
Lalu tak bisa kembali menjadi biasa
Gemuruh awan menunggu angin mendatangkan hujan
Nyatanya hanya kilat yang bermain dan lenyap pada kesunyian
Nyeri langkah melejang asa
Sekerumun rindu merunduk berjalan ke tempat tak bernama
Pamit pada entah ke siapa
sebab siapa memilih menjadi siapa-siapa
Tiada nyatanya ada
Berhenti adalah bermula
Hening cara bicara paling bijaksana
mengukur kedalaman rasa
menakar debar dengan logika
Demi mendung yang jatuh di atas kursi taman berdebu
Turunlah hujan meski itu hujan batu atau salju
Epilog pencarian tentang siapa-siapa menjadi siapa
Dengan kejujuran paling neraka bukan kebohongan surga berselimut diam yang paling buta
(Pasir Utama, 30 Oktober 2020)
***
Profesi penulis saat ini sebagai Tenaga Pendidik di SMP Muhammadiyah Rambah Hilir.
Selain itu penulis juga aktif sebagai Ketua di Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Rokan Hulu.