Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Perairan Lokal Terancam Lele Dumbo Predator yang Dibudidayakan

Perairan Lokal Terancam Lele Dumbo Predator yang Dibudidayakan

CIO—Di Indonesia ikan lele menjadi santapan lezat karena tekstur dagingnya yang lembut dan gurih. Namun, tahukah Anda ekosistem perairan lokal di Indonesia telah rusak akibat penyebaran ikan lele?

Ikan lele asal Afika yang diperkenalkan pada tahun 1980-an diketahui mengandung lemak Omega-3 yang membantu mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh manusia.

Lele mengandung kalori, lemak, protein, natrium, vitamin B12, selenium, fosfor, dan tiamin.

Berdasarkan data dari Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), ikan lele merupakan salah satu spesies ikan invasif atau Invasive Alien Spesies (IAS).

Ikan lele dumbo yang bernama latin Clarias Batrachus memiliki kepala datar bemata kecil dengan empat pasang kumis di sekitar mulut.

Tubuhnya yang memanjang dan mengecil ke arah ekor terdapat sirip di bagian punggungnya dengan luas dua pertiga dari panjang tubuhnya.

Clarias Batrachus merupakan predator yang dapat ditemukan di sungai, sawah, rawa, kolam, selokan, dan bahkan pada genangan banjir dengan tingkat air keruh yang tinggi.

Secara umum ikan lele disebut Walking Catfish karena dapat berjalan di darat yang tersebar di Asia dan Eropa.

Di Indonesia, ikan lele memangsa jenis ikan lain dan mendominasi habitat asli perairan lokal sehingga berdampak buruk terhadap populasi ikan endemis.

Pada umumnya ikan lele berwarna coklat gelap atau hijau kehitaman yang bagian bawah pada tubuhnya berwana putih.

Ikan lele diduga sengaja disebar sehingga menjadi penyebab musnahnya berbagai ikan asli perairan lokal. Padahal, ikan lele di Indonesia hanya untuk dikonsumsi bukan dilepaskan hidup-hidup.

Di Indonesia, melepaskan dan menyebarkan ikan lele di sungai masih dianggap tidak berbahaya dan biasa.

LIPI menyebut ikan lele ini merupakan jenis lele dumbo yang dapat merusak ekosistem perairan lokal serta termasuk ikan introduksi dan invasif asing.

Hal itu merujuk pada Permen KP Nomor 41 Tahun 2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari luar negeri ke dalam Negara Republik Indonesia.

Menurut para peneliti, ikan rakus yang memiliki kebiasaan mencari makan pada malam hari ini dapat tumbuh hingga 1,7 meter dengan berat 60 kilogram memakan apapun, termasuk bangkai.

Lantas jenis ikan lele apa saja yang sudah masuk ke Indonesia?

Lele Dumbo

Lele asal Taiwan ini diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1985.

Pertumbuhannya yang cepat dengan pakan yang hemat dan dapat dipijah setiap tahun menjadi kebutuhan pangan yang mudah dibudidayakan.

Lele jenis ini pertumbuhannya lebih cepat dari lele lokal.

Lele Lokal

Lele lokal spesies Clarias Batrachus merupakan ikan lele asli perairan Indonesia.

Lele jenis ini berbeda dengan lele dumbo yang memiliki daging lembek. Daging lele lokal cenderung gurih dan tidak berlemak.

Lele lokal sangat jarang dibudidayakan karena pertumbuhannya yang lambat dan boros pakan.

Lele Sangkuriang

Lele hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, memiliki daging yang digemari untuk dikonsumsi.

Lele jenis ini banyak dibudidayakan karena kebutuhan pakan lebih hemat dari lele dumbo.

Lele Sangkuriang juga bertelur lebih banyak dari lele dumbo dan lokal.

Namun, kualitas bibit lele Sangkuriang tidak terlalu bagus untuk dilakukan pembenihan lagi.

Lele Phyton

Disebut lele Phyton karena kepala dan kulitnya mirip ular Phyton.

Lele jenis ini memiliki tubuh lebih panjang dengan ekor bulat berbeda dari lele pada umumnya.

Kelebihan lele Phyton tahan terhadap cuaca dingin dan memiliki mortalitas yang rendah.

Lele Masamo

Lele dengan petumbuhan cepat dan lebih tahan terhadap penyakit ini membutuhkan pakan lebih banyak.

Lele hasil pengembangan yang dilakukan oleh salah satu pabrik pakan di Jawa Timur ini harga indukannya bisa empat kali lipat.

Lele Mutiara

Ini adalah lele yang memiliki keunggulan dibanding lele sebelumnya yang disebut di atas.

Disebut Mutiara karena kependekan dari Mutu Tinggi TiadaTara.

Selain unggul, bibit lele ini sangat berkualitas sehingga banyak dibudidayakan untuk dikomersialkan.

Pertumbuhannya bisa mencapai 40% dengan adabtasi lingkungan dan suhu yang baik serta memiliki FCR yang rendah.

Meski dibudidayakan keberadaaan ikan lele harus selalu dipantau agar tidak berpindah tempat dari kolam ke sungai perairan lokal. (Adham)