YOGYA (CIO)—Penanggalan Hijriyah ditetapkan setelah hijrahnya Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alayhi wassallam di masa kekhilafahan Uma bin Khatab.
Meski setelah 14 abad kemudian Islam belum membuat kalender Islam secara umum yang memenuhi standar syar’I, namun, pada tahun 1984 kalender Islam muncul pertama kali di Asia Tenggara.
Hal ini diungkapkan pakar Falak Muhammadiyah, Susiknan Azhari, di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu kemarin.
“Kalender Islam global yang lebih canggih di Asia Tenggara pertama kali digagas oleh Mohamad Ilyas,” ungkapnya.
Belakangan diketahui Mohamad Ilyas adalah orang Malaysia yang sejak lama serius mendalami penanggalan Islam sekaligus arah kiblat.
International Lunar Date Line (ILDL) menjadi salah satu gagasannya yang terkenal di antara karya-karya lainnya dalam membangun sistem kalender Islam.
Ia terus melakukan penelitian terhadap penanggalan kelender Islam meski banyak pihak yang mengatakan gagasannya tidak bisa diterima.
“Ada tiga ulama yang menulis karya ilmiah kalender Hijriyah internasional secara detail yang bukunya sudah diterbitkan,” katanya.
Ketiga buku tentang kalender yang ditulis tiga ulama itu di antaranya karya Nidlal Qassum berjudul Itsbat asy-Syuhur al-Hilaliyyah wa Musykilah at-Tauqit al-Islamy yang ditebitkan pada tahun 1997.
Di Indonesia, sambung Azhari, ada buku kalender Islam global pertama berjudul Awal dan Akhir Ramadhan: Mengapa harus Berbeda? karya Hasbi ash- Shiddieqy diterbitkan tahun 2002.
Buku tersebut menjelaskan tentang matlak dan rukyat serta acuan sumber dari Makkah.
Meski para ulama dalam penelitiannya berbeda pendapat dalam merumuskan kalender Islam, namun kata Azhari, mereka berjalan dengan tujuan yang sama.
“Kalender Islam adalah hutang peradaban yang harus dilunasi,” selorohnya.
Muhammadiyah sebagai salah satu Organisasi Islam terbesar di dunia merasa bertanggung jawab terhadap hal itu.
“Ini yang kemudian menjadi salah satu amanat Muhammadiyah ke-47 di Makasar tahun 2015, sebagai pesyarikatan akan memperjuangkan terwujudnya kalender Islam Global.”
Meski masih menggunakan kalender hijriah wujudul hilal, sosialisasi terhadap penanggalan kalender Islam global terus dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dengan menerbitkan kalender Islam lengkap 12 bulan. (tim cio)