Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Mengenang Guru Menulis, Anab Afifi

Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako

(CIO) — Kemaren pagi saya baca kiriman berita dari temen di grup literatur santri, bahwa pak Anab Afifi di bawa ke rumah sakit. Entah sakit apa yang dia derita. Melihat foto yang beredar terlihat hidung dan mulutnya di pasang alat bantu.

Saya nggak paham alat apa itu.

Tanpa ada yang mengkomandoi saya langsung doakan untuk kesembuhannya. Ada rasa sedih juga ngeliat kondisi pak Anab.

Padahal saat itu saya akan menjalani tes Swab di Puskesmas. Sayangnya sudah nunggu agak lama, petugasnya tidak ada di tempat. Lagi keluar.

Akhirnya tes Swab pun nggak jadi. Saya balik lagi.

Tetiba pagi ini, ramai sekali orang mengucapkan bela sungkawa, saya baca di grup. Ada apa ini.

Begitu tahu bahwa pak Anab yang meninggal, ya Allah rasanya sedih banget. Mataku langsung berkaca-kaca.

Saya berkenalan dengan pak Anab di facebook. Sekitaran tahun 2015.

Saya belum pernah bertemu langsung sama dia. Tapi pernah chatingan. Sekedar curhat atau apalah gitu.

Saya termasuk pembaca artikel dia. Baik yang di facebook maupun yang di media online. Seru kalau baca tulisan dia.

Saya belajar nulis dari dia. Saya ikuti cara menulisnya.

Dia selalu memotivasi dan tak pelit kasih tips menulis.

“Bagus itu, kamu bisa tulis mengenai serba-serbi dagang sembako, tulis saja!” begitu kira-kira komentar dia menyemangati.

Rasanya nggak karuan di tinggal guru. Saya nggak tau harus kemana lagi belajar.

Hanya doa terbaik untukmu wahai guruku. Selamat jalan, semoga gusti Allah menyambutmu dengan senyumnya dan membawamu pada surga yang super canggih itu. Aamiin.

Sedih banget.

Pak Anab Afifi ini orang baik.

(***)

Penulis: Anab AfifiEditor: M Syari Faidar