Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Masalah Kampar dalam Bahasan Media

(cakrawalaindonesia.online) – Saya melakukan riset kecil-kecilan mengenai bahasan media tentang Kampar, baik offlline maupun online, baik media yang berbasis di Kampar maupun luar Kampar, dari rentang Januari 2019 sampai dengan September 2020.

Kalau ada yang mempertanyakan metodologinya, nanti kita diskusikan lain waktu secara lebih khusus. Analisis ini menggunakan teorinya Mc Quail, hal yang dilihat adalah bahasan media dalam Politik, Isu Budaya, Permasalahan Sosial, Kekuasaan dan Efek, Kebijakan dan Pencitraan.

Jadi riset kecil-kecilan ini melihat apa yang diberitakan media massa tentang Kampar sejak Januari 2019 sampai dengan September 2020.

Cekidot ….

Kesimpulan risetnya :

68% Bahasan media tentang Kampar adalah persoalan politik,

12% permasalahan sosial seperti kriminalitas, pornografi dan lain-lain, sisanya masalah ekonomi.

(Masalah politik ini seperti – Kampanye dan propaganda politik. Partisipasi pemilihan warga dalam demokrasi, perebutan kekuasaan)

Kalau ada yang bertanya, berapa besar porsi media membahas Pendidikan dan kebijakan pemerintah dibidang ekonomi, terutama terkait terobosan ekonomi, investasi, Pertanian dan UMKM?. Jawabannya hanya 7,6%.

Teman-teman sekalian, Berita muncul tentunya karena ada hal yang bisa diberitakan, begitulah kira-kira wartawan menyimpulkan.

Kalau tidak ada pemberitaan, atau minim pemberitaan maka kesimpulannya tentu karena tidak ada yang pantas diberitakan, alias tidak ada nilai beritanya, betul???

Hmmmmm,,,, baiklah…

Berdasarkan riset sederhana ini, dari tahun ke tahun sepertinya geneologi pemberitaan media tentang Kampar dan persoalan-persoalan Kampar itu adalah masalah politik, artinya yang ada di depan adalah masalah-masalah politik.

Imbas dari terdepannya politik, makanya tidak heran kalau teman-teman melihat pemberitaan Pembangunan Kampar dari tahun ke tahun mayoritas terkait Politik dan Pencitraan Pemimpinnya, karena tujuan pembangunan adalah untuk komoditas politik.

Makanya lagi, tidak heran juga kalau muncul ungkapan sebagian orang “Politik Kampar jadi barometer bagi daerah lain di Riau” benar-benar sebuah pernyataan URAKAN!!! kenapa? mari kita lihat.

Jadi Generasi awal hingga sekarang, di cekoki pikirannya soal ini, Kampar is Politik, and we are the political subject. Idiom-idiom ini sepertinya mensyaratkan pencitraan, jadi tidak usah heran jika kebijakan Pemerintah Daerah hanyalah bungkus pencitraan pemimpinnya, maka lahirlah Pemimpin yang kerjaannya bagi-bagi Sembako padahal bisa dilakukan oleh Dinas Sosial atau bahkan Pak RT, atau lahirlah proyek-proyek yang secara dampak bagi pembangunan ekonomi perlu diperdebatkan kontinyuitas manfaatnya.

Atau lahirlah kebjikan-kebijakan lain dari Pemda yang pernah ada sebelumnya yang kerangka besarnya adalah politik. Bukan terobosan ekonomi, pendidikan, penguatan Usaha Kecil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kontinyuitas sumber daya pertanian, tapi hanya sekedar politik pencitraan yang tidak berdampak panjang bagi masyarakat.

Maka tidak heran, jika suatu kebijakan misalnya tiba-tiba muncul, lalu tiba-tiba hilang, ada bantuan Sapi, bantuan Singkong, bantuan Bibit gotah, bantuan lain-lain eh tiba-tiba lagi hilang entah kemana. nah hal itu karena memang tidak dipikirkan untuk jangka panjang, tapi hanya sekedar pencitraan meraih perhatian masyarakat dalam kerangka politik pencitraan.

Jadi kalau kita lompat agak jauh, maka tidak heran, ketika Pemilu terjadi (apapun pemilihannya, baik pemilu Kepala Daerah, Pemilu Legislatif, Pemilihan Kepala dan Ketua lain-lain, yang paling di depan adalah unsur politik, Unsur kompetensi posisinya jauh dibelakang!!!!!). Dan Media, ya mau tidak mau berdasarkan riset sederhana saya tadi mendapatkan berita tentang ini-ini saja dan bergerak diseputaran ini.

Dari kajian ini juga bisa dilihat, bahwa karena minimnya perhatian pada kompetensi maka jangan heran, pemberitaan tentang kebijakan-kebijakan lain agak minim terbaca. misalnya Pendidikan di Kampar tidak ada terobosan, soal ekonomi dan investasi tidak ada kemajuan, soal kreativitas pemimpin dalam melakukan terobosan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat jauh panggang dari api, soal-soal lain yang out of the box dalam memunculkan ide dan kreativitas menggerakkan birokrasi, menggerakkan BUMD, menggerakkan Perusahaan-Perusahaan yang beroperasi di Kampar untuk kesejahteraan Rakyat Kampar tidak begitu banyak atau bahkan tidak terbaca sama sekali?

Apalagi bicara soal transparansi pengelolaan APBD alias uang rakyat agar digunakan untuk rakyat dan bisa dipantau oleh rakyat, hmmm sama sekali tidak ada. Kreativitas anggaran bagi kemakmuran masyarakat, jauh sekali. Yaaa beginilah nasib Kampar.

Lantas?, Putus asa?…
Tentu tidak!!!!!!

Berdasarkan kajian pula, Generasi muda jumlahnya saat ini 70% dari keseluruhan populasi masyarakat Kampar. Generasi ini mayoritas terdidik.

Dari generasi inilah kita berharap, generasi yang terdidik dan baru muncul akhir-akhir ini yaitu teman-teman generasi milenial nan baru tumbuh bisa membabat habis faham-faham di atas, muncullah sebagai generasi terdidik yang memiliki kompetensi, kuasai Birokrasi, Kuasai lembaga-lembaga pemerintahan tentu jangan lupa kembangkan terus skill dan kompetensi, buang habis istilah “Kampar sebagai Barometer Politik daerah di Riau” ISTILAH INI SUDAH SOAK, SUDAH TIDAK RELEVAN dan NORAK, biarkan istilah itu jadi makanan orang-orang tua.

Ganti istilah itu dengan “Kampar sebagai Baromater Daerah lain di Propinsi Riau bahkan Nasional dalam Kreativitas Pemerintah Daerah membangun dan Mensejahterakan Masyarakatnya, Kampar Kabupaten Out of The Box dalam kebijakan-kebijakan Pembangunan sehingga berdampak pada kemajuan masyarakatnya, Kampar yang Pendidikannya maju sebagai Barometer Daerah lain di Riau, Kampar yang Ekonominya jadi Barometer Daerah lain di Riau, yang investasinya bagus, Kampar yang jauh lebih maju karena Pemimpinnya KOMPETEN, BERWAWASAN, BERPIKIR JAUH KEDEPAN, PINTAR, CERDAS DLL” saatnya menciptakan idiom yang RELEVAN dan membuat bangga untuk hal-hal yang positif.

Masa orang-orang pintar, anak-anak muda berpendidikan mau dipimpin oleh orang-orang “…………..”! (hehehe isi sendiri ya)

Ingat, suara Anak Muda bukan sekedar umur, tapi Idealisme Perjuangan berdasarkan kreativitas, inovasi dan Kompetensi.

Ke depan pemberitaan media tentang Kampar mudah-mudahan bergeser dari mayoritas pemberitaan politik ke pemberitaan Prestasi. Tabik!!!!

Penulis Opini: Gusti Amri

Penulis: Gusti AmriEditor: M Syari Faidar