(Lakon 7)
PIPI LADO KAMBIYU
“Nak, pergilah tempat Mak Udo, minta satu kelapa yang sedang….”
“Baik Mak…” jawabku singkat. Sambil memperbaiki lilitan sarung yang ku kenakan aku bergegas menuju rumah Mak Udo, meminta kelapa sesuai perintah Mak.
Hari ini Jum’at, aku telah hafal dengan rutinitas harianku. Perintah Mak untuk meminta kelapa di rumah Mak Udo sudah termasuk dalam agenda tetap di hari Jum’at. Aku juga telah hafal, ukuran kelapa sedang yang dimaksud Mak. Sebuah kelapa yang tidak lagi muda, namun belum terlalu tua. Kambiyu Piowan bahasa kampungnya.
Kelapa tadi akan diolah Mak menjadi lauk kami siang ini, sepulang shalat Jum’at. Mak akan mengolahnya menjadi Pipi Lado Kambiyu. Hampir semua rumah di kampung kami pada hari Jum’at menyajikan lauk ini sebagai hidangan. Bukan tanpa sebab, Mak kami hanya akan belanja kebutuhan dapur dan keperluan lain di hari Sabtu. Hari pasaran di Pasar Baru Air Tiris. Maka, biasanya hari Jum’at semua perbekalan untuk satu minggu telah habis dan hanya menyisakan sedikit “Kapalo Maco” dan beberapa potong ikan salai Motan.
Kapalo Maco adalah bahasa kampung kami untuk menyebut Kepala Ikan Teri. Tiap hari selama sepekan kami selalu menikmati hidangan berbahan Ikan Teri. Goreng Teri Balado adalah salah satu menu yang sepertinya wajib ada di setiap hari. Campurannya bisa bermacam-macam. Bisa digoreng bersama Terong, Kacang Tanah, Kentang, Kacang Panjang bahkan Singkong. Tak lengkap rasanya jika makan tak ada Teri Balado di dalam piring.
Saat mengolah Ikan Teri atau Maco, Mak kami biasanya akan membelah Teri tersebut dahulu. Bagian isi perut yang berwarna hitam disisihkan untuk nanti dicampur dengan ampas kelapa atau Sipola Kambiyu bahasa kampungnya, dan dijadikan pakan ayam kampung peliharaan kami. Sedangkan bagian kepala, biasanya akan disimpan dalam kantong plastik dan digantungkan di atas Salayan atau para-para agar tak dimakan kucing. Nah, di hari Jum’at, saat persediaan makanan sudah habis, Kapalo Maco yang setiap hari disisihkan Mak tadi menjadi penyelamat. Ia akan menjadi menu andalan kami di hari Jum’at.
Mengolah Kapalo Maco menjadi Pipi Lado Kambiyu tidaklah susah. Ia akan digiling bersama cabai merah, bawang merah dan parutan Kelapa (Kambiyu Piowan). Cabai dan bawang digiling halus baru kemudian ditambahkan parutan kelapa dan Kapalo Maco, yang kemudian digiling bersama. Setelah selesai, sambel ini biasanya akan dihidangkan bersama rebus pucuk daun singkong yang diberi selembar daun kunyit dan sedikit garam. Tak ada menu lain hari ini, hanya itu saja yang kami nikmati dengan sepiring nasi hangat yang baru saja diangkat Mak dari periuk. Dan dengan menu sederhana ini saja sudah bisa membuat keringat kami bercucuran saat menikmatinya.
Pipi Lado Kambiyu ini juga bisa dibuat dengan berbagai varian rasa. Kadang Mak kami menyajikannya dengan ikan salai Motan, atau terkadang juga digiling dengan ikan asin Lomek yang dibakar sebentar di atas bara api. Semua sama nikmatnya.
Di sekolah kami, Bapak Kepala Sekolah bahkan mengajarkan kami sebuah lagu gubahannya sendiri. Aku masih ingat bagaimana pak Kaab Ja’far, kepala sekolah kami mengajarkan lagu yang kami nyanyikan bersama-sama
PIPI LADO KAMBIYU
Pipi lado kambiyu yo kambiyu
di potang Jum’at
Tabuek dari yo dari
si kambiyu mudo
2x
Lado Mudo campu Kapalo Maco
Tambah Ajinomoto
Ondek mak lomak rasonyo
2x
Lagu ini biasa kami nyanyikan di antara lagu kebangsaan yang kami kumandangkan setelah acara pembacaan Surat Pendek Juzz Amma dan kultum yang diadakan setiap Jum’at Pagi. Semangat kami menyanyikan lagu ini sedikit bisa menghempas kegetiran yang membayangi kami setiap kali membayangkan menu yang akan kami nikmati siang nanti.
(***)
Penulis: Agus Sutawijaya.