Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

FIKRI (bocah) RAMAH nan BAIK HATI

(CIO) — Malam baru saja datang. Kubelah gelap temaram dengan kayuhan sepeda polygon. Niat hati hendak berkeliling kampung mencari inspirasi sekaligus penggalian potensi.

Belum sampai seribu kayuhan, seorang bocah menghampiri dan berkata, “Asyik ya om olahraga malam pakai sepeda Ayah.”

“Siapa Ayah?”, selidikku penuh tanya.

“Itu lho, bapak yang punya sepeda ini, kami anak-anak sekampung ini memanggilnya Ayah,” terangnya.

“Oh itu, ya tadi pinjam sama dia, buat keliling kampung,” ujarku mengiyakan pertanyaannya.

“Siapa namamu dek?” tanyaku.

“Fikri, om,” ucapnya tegas.

Tak lama berselang datang tiga orang teman bermainnya Fikri. Jadi malam itu aku berkeliling kampung ditemani oleh empat bocah. Malam yang terasa indah, mengingatkan kembali kenangan ketika aku seumuran mereka.

Pukul sepuluh. Malam terus merambat mengejar pagi. Kami akhirnya berpisah, sambil berjanji untuk besoknya melanjutkan kembali misi keliling kampung yang belum rampung.

***

Pagi merayap mengejar siang. Kulangkahkan kaki menyusuri jalanan kampung sendiri. Tepat di pasar kampung, kembali aku berjumpa dengan Fikri. Kali ini keakraban mulai tercipta. Kami saling bertanya tentang apa saja yang singgah di kepala. Percakapan yang renyah. Tak ada sekat antar sesama. Meskipun rentang usia kami teramat jauh berbeda. Tak ada lagi kasta.

Jalanan aspal kami telusuri. Tak lupa ku abadikan perjalanan dengan Fikri–bocah kelas tiga SD– melalui handycam yang beberapa hari ini selalu setia menemani. Suatu saat nanti perjalanan kami bisa jadi histori bahwa aku pernah membelah kampung bersama Fikri yang bercita-cita jadi TNI. Kelak ketika ia besar nanti.

Kekaguman akan keramahan dan kemurahan hatinya semakin menjadi. Manakala mobil-mobilan mainannya dipinjamkan kepada temannya, hanya karena temannya itu berkata, “Bagus sekali mainanmu.”

Spontan Fikri berkata, “Kalau mau dipakai untuk bermain, pakai saja nanti dua hari lagi dikembalikan ya,” ujarnya sambil menyerahkan mainan mobil-mobilan yang sudah dimodifikasi olehnya.

Banyak informasi yang bisaku peroleh dari seorang bocah yang ayahnya bekerja sebagai security di salah satu perusahaan perkebunan sawit. Aku bahkan diajak berkeliling oleh Fikri ke beberapa rumah yang akan mendapatkan program bantuan “bedah rumah” dari pemerintah provinsi.

Hari mulai sore, perjalanan kami akhiri dengan menyaksikan turnamen vollyball putra se-Kecamatan. Tentu saja sambil menikmati penganan dan minuman instan yang dijual dilapak pedagang tak jauh dari lapangan pertandingan.

Sepeda polygon yang dipergunakan untuk keliling kampung sudah dikembalikan ke pemiliknya. Jadi ketika sesi pemotretan untuk dokumentasi cuma numpang nangkring di atas motor orang yang sedang parkir.

Sontang, 18 Oktober 2021.

(***)

Penulis: M. Syari Faidar, Journalism.