Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerpen True Story: Beberapa Kabar (Bagian 8)

BEBERAPA KABAR

Oleh: Mastiardi, Pelaku UMKM.

Hari Kedelapan Isolasi.

Ini adalah hari kedelapan. Setelah Jum’at lalu menerima kabar mengejutkan dan memulai isolasi mandiri.

Kecemasan, kepanikan menjadi satu. Namun tak saya tampakkan ke mereka. Saya menahannya.

Saat itu, langsung mengubah segala rencana, membatalkan beberapa kegiatan, memberitahu yang patut, mencatat stock logistik untuk segera dibeli, koordinasi resep obat dengan dokter dan hal-hal darurat lainnya.

***

Kabar pertama, istri saya katanya sudah berangsur dapat mencium aroma masakan. Dia katakan ketika membuka lauk pauk yang kami beli di ampera. Juga sup tunjang yang sejak kemaren dirinduinya.

Kabar lainnya, saya menerima laporan penjualan kue cucur hari ini melebihi penjualan hari kemaren. Mantap, UMKM terbantu.

Produk UMKM baru untuk saya pasarkan deal, juga telah diputuskan harga jual perbungkus. Yaitu kerupuk jengkol. Supplier pertamanya Ibu saya. Hihihi.

Saya melihat stock kerupuk jengkol Ibu saya yang biasa saya panggil Mak, melimpah. Mak belum mampu mendongkrak penjualannya saat produksinya meningkat.

Apalagi di kampung tempat Mak tinggal di Lubuk Bendahara begitu banyak rumah tangga memproduksi produk serupa.

Saat ke rumah Mak, saya mengamati cara Mak menokok kerupuk jengkol itu sampai jadi hanya butuh beberapa menit saja. Lalu, lanjut kepingan jengkol berikutnya.

Itu pun Mak saya tengok sudah pakai asisten produksi sekarang. Ayah saya yang membantu menjemurkan. Kerja sama produksi yang sangat sederhana hanya dengan 3 orang saja.

Sekarang ada puluhan tumpukan karung kerupuk jengkol yang sudah kering siap untuk digoreng memenuhi garasi rumah Mak.

Saya tidak begitu heran. Karena saat belum pensiun dari guru saja beberapa tahun lalu, kecepatan produksi Mak sudah bagus. Apalagi sekarang tali absennya juga sudah lepas. Dibantu asisten lagi.

Belum lagi Ayah yang ikut menjemurnya makin meningkatkan kecepatan produksi, karena Mak dan asistennya tinggal fokus menokok jengkolnya saja sampai menjadi lembaran pipih.

Sejenak saya membayangkan. Sebagai pecinta lingkungan, jika penjualan kerupuk Mak bisa saya maksimalkan, berapa ribu kamar mandi yang akan terjadi polusi?

Saya merasa berada di persimpangan pertimbangan. Lingkungan atau membantu mengurangi stock yang menimbun garasi rumah Mak?

Sudah lah, saya sudah terlanjur deal antara Produsen (Mak) dengan saya sebagai Distributor penjualan. Sebagai profesional saya tidak boleh ingkar janji. Apalagi sebagai anak.

Kabar yang paling menggembirakan adalah hasil swab saya keluar hari ini dan hasilnya “N E G A T I F”. Alhamdulillah. Pipi si Bungsu langsung terbayang, begitu juga dengan posko kegiatan, wirid kopi, dan lainnya.

Saya mengirim kabar baik tersebut ke beberapa orang yang memang saya beritahu sebelumnya tentang musibah yang kami hadapi, abang yang dokter, guru sastra saya — saya memanggilnya Suhu –, beberapa teman-teman di posko, sahabat-sahabat dekat dan juga Mak.

Mungkin saya akan menyelesaikan catatan berseri selama isolasi ini sekarang. Sudah delapan hari saya menghilang dari peredaran dan bahkan beberapa kali tamu datang tidak dibukakan pintu. Juga undangan-undangan yang tidak bisa dihadiri.

Maaf ya bos Nia tidak dapat hadir malam itu, karena mendadak harus isolasi. Maaf juga bang Fai yang datang ke rumah malam-malam tidak dibukakan pintu, Izul, Uni dan lainnya. Ini lah sebab saya tampak aneh beberapa hari yang lalu.

Semoga istri saya lekas sembuh, pulih kembali dan bisa beraktifitas sebagai mana mestinya. Saya mendapatkan pengalaman berharga dan memetik beberapa hikmah dari musibah ini.

Mari kita gunakan masker, rajin mencuci tangan, mencuci muka, jaga jarak dan patuhi protokol kesehatan. Belum ada yang tahu kapan wabah ini akan berakhir. Jaga diri dan jaga keluarga.

***

Sebagai tulisan penutup, saya mengirim semua catatan saya ini pada salah seorang guru sastra saya yang biasa saya panggil Suhu. Berencana ingin menerbitkannya dalam sebuah buku yang saat ini sedang menyelesaikan semua naskahnya. Semoga bisa lekas kelar.

Ini lah balasan dari suhu yang rendah hati itu, yang begitu dalam ilmunya, baik budinya dan bersahabat dengan semua orang.

“Cerita pendek yang sambung-menyambung dari sebelumnya dan saling berhubungan masuk dalam salah satu paragraf eksposisi yang bersifat proses naratif.”

“Kamu konsisten meletakkan paragraf yang menceritakan tentang terjadinya sebuah peristiwa yang berlangsung berdasarkan kronologi atau urutan waktu.”

“Bahkan alur cerita dan peristiwanya berupa kejadian yang disampaikan dalam bentuk cerita nyata (non-fiksi).”

“Kemampuan lugas dengan bahasa yang tidak ribet sanggup membuat pembaca untuk teguh dalam menikmati setiap tariannya, ada beberapa kesanggupanmu menciptakan kubangan pengalaman estetis kepada pembaca.”

“Perkuat unsur rangkaian waktu dan informasi. Tonjolkan unsur tindakan dan perbuatan bahkan hidupkan kembali latar suasana, tempat dan waktu.”

“#Catatan Seorang Suhu yang terperangkap di kubangan hikayat isolasimu”.

Lalu saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepadanya. Dan menodongnya jika naskah sudah lengkap untuk sudi membuat kata pengantar naskah buku tersebut.

(***)

Biodata Penulis:

Mastiardi, S.T

Dilahirkan di Lubuk Bendahara, 27 Juni 1983. Pernah menempuh pendidikan S1 Arsitektur UII Yogyakarta (Tamat 2006)

Ada beberapa karya-karyanya yang belum pernah dipublikasi, diantaranya:

Cerpen

Selamatan Salamek
Penyakit Lamin
Hari Eksekusi
Pendaratan di Paris
Barudin Hito
Puisi

Robohnya Tebing Sungai Kami
Kursi Langit
Mendayung Masa
Saat ini Mastiardi, S.T yang mantan Bankir ini berprofesi sebagai penjual pulsa, yang bergerak di UMKM dengan bendera bisnis Sakti Network (SN). Ia juga tercatat sebagai anggota Pegiat Literasi Rokan Hulu (PLR) dan Pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Rokan Hulu.