Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerpen: Elegi Esok Pagi (3)

Oleh: Agus Sutawijaya.

(CIO) — Suasana Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Adam Malik berubah menjadi sangat ramai dan menegangkan. Kepanikan melanda seluruh yang ada disana. Puluhan pasien masuk hampir bersamaan. Raungan ambulance yang antri di dropping zone IGD menambah tegang suasana. Puluhan petugas polisi, warga dan petugas medis berjuang melawan waktu demi menyelamatkan begitu banyak korban tabrakan pagi itu. Herman dan ayahnya merupakan salah satu korban di antara mereka.

Hari itu kenyataan pahit kembali harus dihadapi Herman. Ayahnya tak bisa diselamatkan, sementara ia harus dirawat akibat beberapa luka terbuka ditubuhnya. Aku masih sempat melihat bekas luka di bagian bawah telinga, memanjang ke bawah dagu. Aku sempat bertanya apa penyebab luka itu, namun seperti biasa ia hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.

Lebih tragis lagi, saat ia butuh kasih sayang, justru makian yang ia terima. Rosnah ibu tirinya, histeris di rumah sakit demi mengetahui suaminya tak bisa diselamatkan.

“Dasar anak terkutuk. Kau bunuh ibumu saat melahirkanmu, kau bunuh nenek yang merawatmu, kini kau bunuh suamiku..” umpatnya histeris.

Beberapa orang warga dan perawat berusaha menenangkan dan membawanya keluar ruang perawatan. Di sudut ruangan, Herman melihat adik tirinya menangis tersedu, memandang nanar ke arahnya.

“Kau memang anak terkutuk! Semua orang yang menyayangimu mati… anak terkutuk…” Rosnah masih juga memaki saat ia dibawa keluar oleh petugas. Kata-kata itu selalu terngiang ditelinganya sepanjang hidupnya.

Dua minggu lamanya Herman dirawat di RS. Adam Malik. Tak satu orang keluarga pun yang datang menjenguknya. Bersyukurlah, ada keluarga pasien lain yang satu ruangan dengannya yang kasihan melihat keadaannya. Jika ada yang bertanya di mana keluarganya, Herman hanya diam. Tatap matanya kosong. Dikuatkannya hatinya agar air matanya tak menetes. Kata-kata ibu tirinya kuat membekas di alam bawah sadarnya. Hati kecilnya bertanya, benarkah semua itu. Benarkah ia adalah penyebab dari semua kematian orang-orang yang mencintainya. Usianya masih terlalu kecil untuk memahami apa makna takdir. Namun kata-kata itu begitu dalam membekas di hatinya.

‐——————————————————–
Besok lagi ya…..
Di tulis saat bosan melanda, masih di kamar yang sama di temani istri tercinta yang tertidur kelelahan.

Makasih kiriman Yobo Bomboloni Spesialnya Yenty Amel. Luvyu. Box nya sengaja dibikin terbalik biar Juli Yanti gak bisa baca tulisan di kartunya ntar dia iri lagi gak pernah dikirimi Bomboloni super lezat.

#kwa
#nulisaja

(***)

Penulis: Agus SutawijayaEditor: M Syari Faidar