INDEKS

Cerbung: Aku, Buku dan Perjalanan Adaptasiku (2)

Oleh: Al Firdaus, Tenaga Pendidik.

(CIO) — Sang Cobra meronta-ronta. Pak Ustadz terkejut ia melompat sambil berlari.

Aku memukul ular tersebut sambil menghindar dari serangannya. Di tengah malam dengan posisi berhadapan dengan ular cobra yang siap membuka taring dan menggigit. Soal bisa atau racun jangan ditanyakan lagi ular cobra tergolong hewan yang memiliki bisa racun paling mematikan di dunia.

Aku mundur beberapa langkah ke belakang. Sang cobra pun berhenti mengurungkan niatnya untuk menyerang. Ular itu mulai menundukan kepalanya yang sejak tadi berdiri gagah seperti patung Piramida Mesir. Tak berlangsung lama para security menggencet badan ular dengan kayu dan alat jepit seperti sapu — alat ini biasa digunakan oleh petugas penangkapan ular yang berada di channel youtube petualang — Ular dengan cepat ditekan.

Esok paginya. Kita heboh dengan cerita ular cobra tadi malam. Status di whatsapp bertebaran tentang ular hitam mengkilat, dan bersisik cantik tapi mematikan. Ada yang menulis cobra mencari hujan, ada lagi yang bilang cobra kesepian mencari pasangan di bulan Desember. Ada lagi, cobra ingin menghibur diri dengan keluar malam ke area perumahan. Ada pula status yang lebih ngaco lagi cobra lapar ingin mencari tukang nasi goreng yang selalu berbunyi, tong..tong..tok di tengah malam.

Kehebohan berita tersebut menyebar di medsos dan akhirnya tim Damkar Jakarta Barat membawa ular cobra ke penangkaran hewan. Pada tim itulah ia tidak meronta-ronta. Ia nurut-nurut saja. Seperti sudah mengenal lama dengan para penakluk ular. Bahkan dalam hitungan menit sang penakluk ular dapat menenangkan ular tersebut dengan santai. Walaupun itu terlihat aneh. Tuhan Maha Agung. Ada orang yang diberikan kelebihan seperti itu. “Apakah mungkin Nabi Sulaiman seperti itu?” pikirku.

Sebenarnya aku sudah biasa melihat ular seperti itu tapi ularnya tidak sebesar ini. Ia hampir seperti lengan orang dewasa. Dan ia dapat berdiri. Itu yang membuatku heran sampai ketakutan. Lari terbirit-birit. Di Sumatera ular-ular seperti itu banyak ditemukan di hutan belantara. Sebelah hutan belantara ada pemukiman penduduk. Sangat jarang ular besar masuk kampung. Keluar pun ada paling cuma ular kecil. Dulu pun aku pernah menangkap ular cobra kecil biasa disebut ular sendok.

Aku mengejar ular cobra tadi sampai masuk ke sela-sela tumpukan kayu mati. Ia berada di posisi terjepit aku dapat menaklukannya. Sebelum tertangkap ia sempat menyerangku tapi aku melompat dan mundur ke belakang untuk menghindar. Kemudian aku kembali berbalik dalam upaya menangkapnya. Satu hal yang menjadi pelajaran penting dari Sang Cobra Jangan coba-coba mengajaknya bermain jika tidak ingin berujung pada kematian. Insting mereka diciptakan untuk membunuh.

Setelah menyerahkan ular cobra tersebut ke petugas khusus. Aku kembali rumah dengan suasana hujan yang mulai reda. Di tengah Covid-19 begini kami tidak dapat pergi jauh-jauh dari rumah. Bahkan ke Gramedia pun kami harus berpikir dengan cermat. Agar tidak berkumpul di tengah keramaian. Walaupun kami yakin bahwa pihak pengelola Mall dan instansi lain, yang berhubungan dengan fasilitas umum pasti mereka menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan sangat ketat.

(Bersambung…)

Profesi penulis saat ini sebagai Guru SD Tahfiz Jabal Rahmah dan SD Islam Cikal Cendekia Tangerang.

Exit mobile version