(CIO) — Tadi pagi, saya harus jalan kaki ke depan. Nyari alfa mart. Ini gara-garanya saldo untuk transaksi token sudah hampir limit.
Jalan kaki sepanjang tujuh ratus meter bolak-balik cukup sukses membuat saya berkeringat. Gila panas banget. Kalo tiap hari bisa olahraga jalan kaki, bisa-bisa berat badan turun drastis. Lebih ideal hehehe..
Pedagang kaki lima di sepanjang jembatan tol nanyain, “Mau kemana?” Saya jawab, “Mau ke alfa.”
Ada juga yang malah ngasih jempol, “Olah raga tah?”
Saya jawab, “Enggak, mau ke alfa.”
Ini karena saya pakai baju training olahraga. Jadi dianggap sedang olahraga jalan santai.
Sesudah dari alfa, di jembatan sungai ketemu bos Heri. Bos las rolling. Dia ngajakin ngebahas tentang banjir kemarin. Dia juga mengajak saya melihat selokan kecil. Buat jalur aliran air hujan. Agar air hujan tidak menggenangi tanah pondasi pinggir jembatan.
Jika intensitas curah hujannya cukup besar. Air biasanya menggenangi area itu, kalau dibiarkan lambat laun nanti bakal ngerusak bukan hanya aspal jalannya, tapi juga jembatan.
Katanya, “Biar usia jembatan relatif agak lama. Nggak cepat rusak,”
Dia ikut membereskan dan membersihkan selokan kecil itu. Agar batu, sampah dan kayu tidak menghalangi laju air ke sungai. Sikap pedulinya perlu diacungin jempol. Patut diapresiasi.
Maklum memang beberapa kali saya sering banget melihat orang buang sampah pas banget ke selokan. Kan menutupi dan menghambat aliran air.
Obrolan mengalir saja. Kita berdiskusi santai sambil berdiri. Dia menyoroti banyak pemimpin di dusun yang kadang kurang peka terhadap lingkungannya.
“Leh, gimana ya semuanya kepengen jadi pimpinan. Saling berebut. Yang sudah duduk enggak tahu gimana?!” ujarnya sembari makan kue.
“Aduhh pusing bos, kalo ngomongin kayak gituan. Mending enggak tahu ajalah.” sergah saya.
Pak Anab Afifi pernah memberi quote, “Tuhan Maha Adil menetapkan kemampuan dan maqom masing-masing orang.”
Selama orang menyadari dan menjalani fungsi sesuai maqomnya, ya hidupnya akan baik-baik saja.
Misalnya, ada yang memaksakan diri ingin tampil jadi pemimpin hebat, padahal maqomnya adalah: guru.
Jika tidak sadar, energinya akan habis dimakan obsesi.”
Pak Eko juga berujar, “Sepanjang sejarah kehidupan manusia, orang-orang yang luar biasa tampak biasa-biasa saja. Sedangkan orang-orang yang biasa-biasa saja selalu ingin tampak luar biasa.”
Kurang lebih demikian..
Sudah ya, ada pelanggan datang mau belanja..
(***)
Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako.