JAKARTA(CIO) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perkuat kerjasama dengan perguruan tinggi dalam mencegah radikalisme yang berkembang di dalam dan luar lingkungan kampus.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan pelibatan civitas akademik merupakan implementasi konsep pentahelix di mana akademisi turut berkontribusi dalam program pencegahan BNPT.
Boy Rafli menuturkan, kegiatan keagamaan di lingkungan kampus kerap digunakan jaringan teror untuk menarik simpatisan. Selain itu, propaganda radikal yang beredar di media sosial menambah kerentanan mahasiswa yang aktif berinteraksi di dalamnya.
Menghadapi fenomena tersebut, civitas akademik harus peka dan aktif dalam melakukan edukasi nilai agama yang baik, serta penguatan nilai-nilai konsensus bernegara.
“Terorisme itu tidak sungkan memakai narasi agama, biasanya mereka menyetujui kekerasan ekstrim, kita harus tarik garis demarkasi yang jelas bahwa ini bukan ajaran agama, mari kita perkuat wawasan kebangsaan perkuat pemahaman terhadap empat konsensus dasar dan moderasi beragama,” papar Boy Rafli saat bertemu dengan Rektor dan Dekan Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) seperti dilansir dari laman resmi BNPT, Kamis (07/07/2022).
Rektor Universitas Brawijaya Widodo mengatakan pencegahan terorisme BNPT dan civitas akademik dapat dilakukan melalui tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Widodo sependapat dengan Kepala BNPT bahwa edukasi cinta tanah air penting bagi mahasiswa sehingga ke depannya akan ada aktivitas yang mengkaji ideologi sehingga terbentuk kerangka berpikir yang terbuka dan inklusif.
“Generasi muda perlu waktu untuk memahami jati dirinya, sehingga universitas juga menyiapkan unit aktivitas kemahasiswaan atau kegiatan yang meningkatkan profesionalisme, membangun cara pandang mahasiswa yang terbuka, toleran terhadap perbedaan, kita bisa bekerja sama dengan BNPT di Kawasan Terpadu Nusantara dalam rangka proses pengabdian masyarakat,” tutur Widodo.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Fauzan mengatakan saat ini seluruh aktivitas kampus selalu di bawah pengawasan tenaga pendidik sehingga kampus bebas dari gerakan radikal.
Dia pun mengatakan nilai kebangsaan menjadi hal yang penting tidak terlepaskan dari proses belajar mengajar. “Kami harus menbangun kesadaran bahwa negara ini tidak mungkin digotong oleh satu golongan, apa lagi sebagai lembaga pendidikan yang notabene membangun peradaban ke depan tentu wawasan nilai kebangsaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” kata Fauzan.(***/Bhakti Hariani)