Oleh: Tim Pemenang Bapak Danang Rahmat Surono
(Cakrawalaindonesia.id) — Langit mulai jingga. Di sudut warung kecil dekat kantor lama, Pak Danang menyodorkan kopi hitam kepada beberapa rekan muda sambil berkata, “CFI itu bukan cuma gelar, bro. Tapi komitmen untuk menjaga uang rakyat tetap jujur.”
Tak ada panggung. Tak ada protokol. Hanya meja kayu panjang, suara tawa, dan sedikit keresahan yang mengendap dari pekerjaan hari-hari. Dari obrolan santai itu, lahirlah gagasan sederhana tapi besar: membentuk komunitas. Bukan komunitas formal, tapi yang hangat dan membumi. Namanya: Nongkrong Bareng.
Di komunitas ini, semua setara. Tak peduli kamu CFI muda dari pelosok atau senior dari ibukota. Yang penting satu: niat menjaga keuangan negara dengan hati.
Lalu lahirlah kegiatan: Ngopi Kasus — tempat para CFI berbagi cerita nyata dari lapangan. CFI Talks — panggung singkat untuk siapa saja bicara soal inovasi, kegagalan, atau ide liar. Open Mic — ruang tanpa sensor, tempat curhat dan keluh kesah dibagikan tanpa takut.
Mentoring pun jadi budaya. CFI senior mendampingi yang muda, bukan menggurui. Dari mentoring ini lahir Proyek Mini: menyusun SOP, audit dana BOS, pelatihan pelaporan desa. Bukan hasil besar, tapi dampak nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Saat komunitas mulai solid, muncul pertanyaan baru: “Apa mungkin suara kita didengar di atas?” Dari sinilah Forum Gagasan terbentuk. Hasil diskusi ditulis dalam Naskah Kopi — dokumen kecil yang padat dan tajam. Beberapa bahkan mulai jadi bahan pertimbangan lembaga negara.
Cerita dari pinggiran pun mulai dibawa ke tengah. Pak Edi dari Seram Timur, Bu Sari dari Kalimantan, hingga CFI muda dari Wamena — mereka semua kini punya ruang cerita. Program Sambung Pinggiran menyatukan yang jauh agar tetap didengar.
Lalu datang era digital. Nongkrong Online diluncurkan. Sederhana tapi hidup. Fitur diskusi, mentoring, etalase proyek, hingga peta komunitas. Semua bisa diakses dari HP kentang sekalipun.
Namun semua ini belum cukup. Karena menjaga integritas tak cukup dengan sistem. Harus ada yang menjaga hati. Maka lahirlah Dewan Etika Internal. Tempat bertanya, tempat saling jaga, tempat pulih ketika goyah. Kode etik komunitas pun disusun, bukan dari naskah hukum, tapi dari kesepakatan hati bersama.
Pak Danang tak pernah berniat membuat organisasi. Ia hanya ingin teman-teman CFI tidak merasa sendiri. Ia percaya: perubahan besar kadang lahir dari secangkir kopi.
Hari ini, Nongkrong Bareng bukan lagi program. Ia adalah gerakan. Gerakan yang tumbuh dari bawah, tumbuh dari rasa ingin saling jaga. Gerakan yang membuat profesi ini tidak hanya kuat secara teknis, tapi kokoh secara moral.
Nongkrong Bareng bukan gerakan Pak Danang. Ini gerakan kita semua — mereka yang percaya bahwa perubahan dimulai dari secangkir kopi, lalu tumbuh jadi keberanian untuk menjaga yang benar, meski sunyi.(*)