Cakrawalaindonesia.id – ChatGPT OpenAI baru-baru ini diberikan peringatan keras oleh Komisi Perlindungan Informasi Pribadi Jepang pada Jumat (02/06/2023).
ChatGPT OpenAI atau layanan chatbot berbasis AI diperingatkan untuk tidak mengumpulkan data pengguna yang bersifat sensitif tanpa izin.
ChatGPT OpenAI Diwajibkan untuk Meminimalkan Data yang Bersifat Sensitif
Dalam sebuah pernyataan yang diberikan oleh Komisi Perlindungan, OpenAI diwajibkan untuk meminimalkan data pengguna yang bersifat sensitif yang berhasil dikumpulkannya untuk pembelajaran mesin.
Komisi Perlindungan Jepang juga tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan yang lebih tegas apabila ChatGPT menimbulkan masalah di masa yang akan datang.
Menurut Firma Analitik, Similarweb Jepang merupakan sumber lalu lintas terbesar nomor tiga yang ada pada situs web ChatGPT.
Sam Altam selaku CEO OpenAI pun dikabarkan telah bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida untuk tujuan ekspansi di Jepang.
Karena menjelang KTT para pemimpin Kelompok Tujuh (G7), Fumio Kishida akan bertugas sebagai pemimpin diskusi tentang pengaturan AI.
Uni Eropa selaku penentu tren global dalam regulasi teknologi pembentuk gugus tugas pada ChatGPT saat ini juga sedang mengerjakan apa yang akan menjadi rangkaian aturan pertama untuk mengatur sistem AI.
Di lain sisi, penyebaran chatbot yang dapat dikatakan sangat cepat tentunya membuat regulator harus bergantung pada peraturan yang ada untuk menjembatani kesenjangan yang sedang terjadi.
Regulator Italia Garante pun telah membuat ChatGPT offline sebelum akhirnya perusahaan setuju untuk melakukan instalasi fitur verifikasi usia serta membiarkan pengguna Eropa memblokir informasi mereka agar tidak digunakan kembali untuk melatih sistem.
Minggu lalu, Altman mengatakan bahwa OpenAI tidak memiliki rencana yang begitu baik untuk meninggalkan Eropa setelah sebelumnya menyarankan agar startup mungkin melakukannya jika peraturan Uni Eropa terlalu sulit untuk dapat dipatuhi.
