YOGYAKARTA(CIO) – Sejak dinobatkan menjadi Best Tourism Village tahun kemarin oleh UNWTO, Desa Wisata Gunung Nglanggeran kembali menerima predikat cerita terbaik di dunia.
Salah satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pernah menjadi kantong kemiskinan itu dahulu dikenal sebagai pemasok Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.
Bahkan, Nglanggeran lekat dengan istilah “Cedhak Watu Adok Ratu” yang berarti dekat dengan batu, namun, jauh dari perhatian raja.
Gunung Nglanggeran berada di Desa Nglanggeran, Kapanewon Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Menurut warga setempat, dahulu di Desa Nglanggeran sepi para pemuda karena pergi merantau menjadi TKI di luar negeri.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran, Mursidi, mengaku pernah menjadi TKI selama 5 tahun di salah satu Negara di luar Negeri dan sekira 2006 memutuskan pulang ke kampung.
Keputusannya untuk pulang ke kampung itu awalnya dirasakan berat karena di desanya tidak ada yang bisa harapkan. Mursidi kemudian memutuskan bergabung dengan Karang Taruna.
“Kami berpikir bagaimana potensi di desa kami itu dapat memberikan nilai manfaat kepada masyarakat termasuk juga mantan-mantan tenaga kerja yang sudah pulang,” katanya.
Pada tahun 2007, setelah melakukan identifikasi potensi di desanya, Karang Taruna Nglanggeran membentuk lembaga Badan Pengelola Desa Wisata (BPDW).
Namun setahun kemudian tahun 2008, BPDW berubah menjadi kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Diakui Mursidi, tidak mudah menyadarkan masyarakat terhadap potensi desanya.
“Pada prinsipnya itukan semangat membangun desa, kemudian syukur-syukur bisa berkontribusi ke desa ataupun masyarakat ataupun ke pemerintah juga sangat dibutuhkan sekali.” terang Mursidi.
Menurut Mursidi, bicara sukses itu tidak harus dinilai dari berapa harta, tetapi bagaimana keluarga ataupun diri sendiri bisa memberikan nilai manfaat bagi orang banyak. Salah satunya melalui kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Nglanggeran.
Nglanggeran yang sebelumnya tidak dikelola menjadi destinasi wisata kini telah merubah cara berpikir pemuda setempat. Mereka lebih betah di desanya ketimbang menjadi TKI di luar negeri.
“Kami senang tinggal di kampung halaman daripada merantau ke luar negeri,” ungkap sejumlah pemuda kepada media, Selasa (16/08/2022).
Sejak meraih ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017, Nglanggeran terus berbenah dan melakukan pemberdayaan desa tanpa henti.
Kerja keras Nglanggeran membuahkan hasil mendapat anugerah Best Tourism Village oleh UNWTO 2021 yang pada waktu itu badai pandemi menghantam pariwisata di Indonesia.
Gunung Nglanggeran yang menjadi salah satu 33 geosite Gunung Sewu Unesco Global Geopark telah menarik dunia untuk melakukan berbagai penelitian kegunungapian sekaligus berwisata alam.
Tempat wisata yang melibatkan ratusan sumber daya manusia (SDM) dengan berbagai macam latar belakang itu tidak instan menjadikan Nglanggeran seperti sekarang.
Proses panjang Nglanggeran hingga seperti sekarang tidak lepas dari peran Pemerintah Provinsi DIY melalui Dana Keistimewaan (Danais) dan masyarakat setempat.
Pemerintah DIY telah menyokong pembangunan amfiteater, embung, toilet homestay, pavingisasi lahan parkir, termasuk kegiatan dan acara-acara yang digelar Nglanggeran.
Dana Keistimewaan DIY itu juga digunakan untuk pendampingan dan peningkatan kapasitas pelaku wisata, hibah gamelan, dan dukungan event serta atraksi wisata.
Melalui para pemuda yang peduli terhadap desanya, Gunung Nglanggeran sejak 20 juta tahun itu mampu menunjukkan sisi keistimewaan Jogja yang kini telah tampil mendunia.(***)