Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Tips Menghilangkan Kebosanan

(CIO) — Entah mengapa pagi ini terasa banget bosannya. Malas aja bawaannya. Kurang semangat.

Rutinitas harian ini kadang juga membuat jenuh. Pengen suasana baru. Pengen menjauh dulu dari segala aktivitas jual beli. Pengen nyantai. Pengen sendiri.

Ya nikmati suasana baru diluar.

Sambil belanja, saya manfaatin waktu untuk keliling menyusuri jalan yang belum pernah saya sambangi. Menikmati alam kampung.

Barang belanjaan sekalian dibawa. Biar enggak bolak-balik.

Dan sengaja juga enggak mau dengerin suara mesin mobil truk dijalanan. Yang lalu lalang itu. Yang bising dan bikin telinga tala.

Dari kampung ke kampung lainnya coba susuri. Jalan setapak pun dijajal. Toh masih bisa dilewati motor. Takut nyasar sih enggak. Ini pikiran kadang meloncat ke warung. Barang belanjaan barangkali ditungguin. Ahh lupakan saja.

Perut sudah kasih sinyal. “Woii gue laper ini!!” kira-kira begitu bunyi alarmnya wkwkwkwk. Nyuruh segera diisi. Pertanyaannya makan apa? padahal lagi malas makan. Pagi juga belum sarapan. Baru minum segelas air putih saja.

Bingung nentuin menunya. Ketoprak? nggaklah. Baso? juga nggak. Docang? lagi nggak selera. Empal gentong? agak bosan. Nasi kuning? Enggak juga. Menu makanan yang ada dipikiran keliatannya enggak ada yang istimewa, hmmm.

Apa ya? Kayaknya nasi Padang. Ya nasi Padang. Pengen coba. Lama juga nggak nyantap nasi Padang, makanan asal Minangkabau, Sumatra Barat itu.

Ku putar motor mencari ruko lapak makanan nasi Padang. Ketemu juga, lokasinya samping AB Chicken di Plered.

“Silahkan mas, mau makan disini?” tanya seorang perempuan pramusaji.

“Ya makan disini.” jawab saya.

“Silahkan mas ambil sendiri nasinya?” kata pramusaji yang berkaca mata itu.

“Mbak ambilin aja ya,” jawab saya.

“Silahkan mas ambil sendiri aja.” katanya tegasin.

“Diambilin sama mbak saja, nanti lauknya yang itu,” saya menunjuk menu ayam crispy yang dikasih bumbu. Ntah apa namanya. Aduhh lupa nanya.

Saya termasuk orang yang lebih suka diambilkan. Kalo ambil sendiri kadang selera makannya jadi agak hilang hehehe.

Manja? Enggak tahu juga.

Tapi yang saya rasakan lebih pas kalo diambilin. Porsinya seberapanya kan jelas. Biar enakan ngebayarnya.

Kalau ambil sendiri, takut kebanyakan atau terlalu sedikit.

Saya duduk dideretan bangku paling belakang sebelah kiri. Bersebelahan sama tempat cuci tangan. Disitu saya duduk sambil bersantap.

Pramusaji yang sekaligus sebagai kasir itu, berjalan ke belakang. Dan duduk tepatnya dibangku paling belakang sebelah tengah. Depan saya.

Dengan logat Jawa tlTengah-an Yogyakarta dia berbincang dengan karyawan lainnya yang dari logatnya sih khas asal Tegal, Jawa Tengah. Sesekali dia memandang saya. Dan sepertinya mau ngomong ke saya. Itu insting saya. Cuma saya sungkan.

Saat mau ambil handphone di tas, saya baru nyadar. Kalo saya pakai baju bertulis Yogyakarta. Baju yang saya beli pas plesiran ke Candi Borobudur dan Malioboro.

Mungkin mbak berkaca mata itu mau nanya tentang domisili saya kali ya. Mungkin dikira saya orang Jogja yang lagi merantau di sini. Atau mungkin-mungkin yang lainnya. Entahlah. Atau emang saya aja yang kepedean wkwkwkwk.

Sembari menikmati nasi Padang, saya perdengarkan lagu sabda alam, cover Once Mekel dari handphone ku.

“Sejenak ku terlena. Akan kehidupan yang fana. Nikmat alam semesta, nusa indah nirmala..” –ikut menyanyi tapi tanpa suara, kalo enggak gitu takut bikin kacau rumah makan ini. setidaknya nggak bikin polusi suara hehehe.

Ternyata tips agar bisa kembali semangat itu sederhana yakni jalan-jalan, makan makanan yang disukai dan dengarin musik.

Setelah itu lanjut lagi dagang.

(***)

Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako.