SUMBA(Cakrawalaindonesia.id) –
Mala de huhu ana muri (Wahai manusia, kita adalah ciptaan SANG ESA)
kata manuatu nya na rami da (Kita menjaga hutan dan semuanya)
Abi pogu binu moru (Jangan pernah menumbangkan pohon muda)
Abi patulakungu api (Jangan membakar ladang sembarangan)
Wuru wenya – guku gaila ta juga roru (Nyanyikan lagumu guku Gaila dengan iringan Jugga’)
Kata pamula pungi ai pahailung (Agar kita pun rajin menanam pohon)
Kata redu rawa ta talalu (Supaya kita pun bangga)
Bata jawa ya tana da…Tana Huba (Bahwa kita adalah generasi penjaga Pulau Sumba)
Potongan lantunan Lagu Tanah Eluhur yang didendangkan para penyanyi, turut memeriahkan Pagelaran Budaya Sadar Bencana Mitigasi Bencana Melalui Kearifan Lokal dengan tema “Madung Ati Ba Hanganya Nam Haduka” yang memiliki makna Ketangguhan dan Kesiagaan dalam menghadapi bencana, yang dihelat di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Jumat (1/9).
Pagelaran kali ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Sumba Tengah menyelenggarakan Budaya Sadar Bencana dengan menghadirkan beragam pentas tari dan lagu-lagu khas Sumba Tengah yang akan memberikan dan menyampaikan pesan mitigasi bencana. Tarian dan lagu akan dipersembahkan siswa-siswi dan masyarakat di lingkungan Sumba Tengah.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang langsung hadir dalam kegiatan ini mengatakan, disamping memiliki keindahan alam yang luar biasa, Indonesia juga menjadi laboratorium bencana karena hampir semua jenis bencana ada di Indonesia.
“Mengingatkan kita semua bahwa di satu sisi kita tinggal di negara yang kaya raya yang melimpah sumber daya alam kekayaannya, tetapi di sisi lain juga bencana senantiasa mengancam kehidupan kita setiap saat termasuk di Pulau Sumba. Tahun 1977 ada bencana tsunami besar melanda Pulau Sumba dan tahun 2021 sebagian saudara-saudara kita juga alami bencana Siklon Tropis Seroja,” ucap Suharyanto.
“Sehingga tentu saja adik-adik dan anak-anak sekalian harus paham bahwa kita hidup di negara, yang bencananya bisa terjadi setiap saat,” lanjutnya.
Meskipun dalam tiga tahun terakhir bencana di wilayah ini tidak banyak, dengan adanya fenomena El Nino Sumba Tengah selama beberapa bulan ke depan diperkirakan akan mengalami kekeringan.
“Tiga tahun terakhir ini relatif bencana di Pulau Sumba terkendali tetapi dalam dua hingga tiga bulan yang lalu dan ke depan sampai dengan September, Oktober November, masyarakat di Sumba Tengah ini akan terdampak El Nino atau kekeringan. Ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Karena itu dalam kesempatan ini saya menghimbau kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” tutup Suharyanto.
Pada kesempatan yang sama, Paulus S.K. Limu selaku Bupati Sumba Tengah menyatakan, pemilihan kesenian tradisional sebagai cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bencana merupakan langkah yang tepat.
“Kesenian tradisional dapat menjadi alat edukasi yang efektif dalam menyampaikan pesan- pesan penting tentang persiapan bencana dengan cara yang menarik dan mudah di mengerti semua lapisan kepada masyarakat,” ungkap Paulus.
Lebih lanjut dirinya menungkapkan, penanganan bencana tidak hanya bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja, perlu peran masyarakat untuk memiliki kemampuan mitigasi bencana guna meminimalisir dampak bencana.
“Budaya sadar bencana harus ditumbuhkan karena menjadi bagian penting dalam mewujudkan masyarakat tangguh bencana. Masyarakat harus berperan aktif untuk menumbuhkan kesadaran dan upaya dalam mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana,” tutur Paulus.
Dalam kesempatan ini, Kepala BNPB memberikan dukungan operasional penanganan darurat bencana kekeringan yang diterima oleh Bupati Sumba Tengah, antara lain dukungan dana siap pakai sebesar lima ratus juta rupiah, mobil dapur umum satu unit, pompa air pemadam kebakaran enam unit dan pompa acon untuk persawahan enam unit.
Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan secara fisik, namun juga mengamplifikasi Budaya Sadar Bencana secara luas melalui kanal media sosial BNPB sehingga masyarakat secara luas dapat turut serta menikmati acara dengan muatan budaya setempat sekaligus menyebarluaskan kearifan lokal Sumba Tengah ke seluruh penjuru Indonesia.