(CIO) — Di antara ribuan buku yang tertata rapi di Teratak Literasi, serasa berada di batas horison dunia paralel. 🙂
Di antara ribuan buku yang tertata rapi di rak buku, ada satu buku yang teramat menggoda buat di telusuri lekuk huruf dan rangkaian kata-katanya.
Tere Liye. BEDEBAH di UJUNG TANDUK.
“Di Negeri Para Bedebah, pencuri, perampok, bagai musang berbulu domba. Di depan, wajah mereka tersenyum penuh pencitraan. Di belakang penuh tipu-tipu.”
“Di Negeri di Ujung Tanduk, pencuri, perampok, berkeliaran menjadi penegak hukum. Di depan, di belakang, mereka tidak malu-malu lagi.”
“Tapi setidaknya, Kawan, dalam situasi apapun, petarung sejati akan terus memilih kehormatan hidupnya. Bahkan ketika nasib di ujung tanduk. Dia akan terus bertarung habis-habisan, bersama sahabat sejati. Karena esok, matahari akan terbit sekali lagi. Bersama harapan.”
Di Novel Umum 15+ ini, aku baru saja melahap 3 episode –semuanya tersaji dalam 24 episode–. Novel ini memiliki halaman yang cukup luas, ada 411 halaman. Wah, baru memasuki episode 3 saja biji mata sudah 5 watt. Ngantuk. 🙂
Di Episode 1, Duel, bercerita tentang pertarungan tinju bebas di klub rahasia antara THOMAS yang baru pulang dari transaksi bisnis dengan membawa bayaran satu koper emas batangan. THOMAS bertarung bebas tanpa memperebutkan gelar dengan SI BABI HUTAN.
Pada Episode 2, Serangan Mematikan. Pertarungan sangat sengit, jual beli serangan dan pukulan terjadi. Muka kedua petarung sudah lebam dan berdarah. Memasuki akan dimulainya pertarungan ronde ketiga sebagai ronde penentu, ada serangan dari jendela kaca. Sebuah helikopter memuntahkan peluru dari senjata mesin Kord –senjata yang bisa memuntahkan tujuh ratus peluru dalam satu menit. Traktat! Tat! Tat! Tat! Serangan yang membabi buta.
Thomas, Junior, Bujang –Si Babi Hutan dan Salonga mencoba menyelamatkan diri dari serangan itu. Di saat Kord reload mengisi peluru, ada jeda. Junior — remaja berusia 18 tahun–dengan wajah tenang tanpa ekspresi membidik. Dor! Tembakan jitunya menembus kaca helikopter dan peluru bersarang di dahi pilot. Helikopter oleng, lalu jatuh, meluncur deras dan meledak.
Terus, cerita berlanjut dengan aksi kejar-kejaran di jalanan kota dengan beberapa penembak yang keluar bagai hantu. Ada yang memakai kendaraan minivan serta belasan Kawasaki Ninja H2R yang terus memberondong mereka dengan tembakan tanpa henti. Tratatat! Tat! Tat! Tat!
Episode 3, Apa yang Telah Kau Lakukan, Thomas? Thomas, Junior, Bujang –Si Babi Hutan dan Salonga akhirnya selamat setelah Thomas sebagai driver melakukan manuver meloncatkan mobil dari pembatas jalan tol dan tidak lagi bisa dikejar oleh pemburu bersenjata.
Setelah mendengar cerita dari Thomas, Bujang akhirnya membuang sekoper emas batangan di parit sawah.
Thomas komplain, “itu bayaran ku_”. Bayaran setelah berhasil melakukan transaksi bisnis jual beli lahan pegunungan di Bhutan.
Penasaran dengan lanjutannya? Iya jelas, ceritanya sangat menarik dan berkelas. Novel karya Tere Liye ini di terbitkan oleh Penerbit SABAKGRIP. Harga di Pulau Jawa Rp. 89.000,-.
(***)
Penulis: M. Syari Faidar, Journalism