Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Pendidik Itu Bukan (Cuma) Guru

Pendidik
Pendidik Itu Bukan (Cuma) Guru

Cakrawalaindonesia.idPendidik itu bukan cuma mengajar, bukan tentang menyampaikan suatu pesan, bukan hanya mentransfer sebuah kata-kata lisan dan tulisan. Itu semua barulah kemampuan terendah dari seorang pendidik.

Ketika ia berbicara di manapun kata-kata yang keluar adalah sebuah kata-kata seorang pendidik, tingkah laku nya baik terlihat maupun yang tidak terlihat adalah tingkah laku seorang pendidik, bahkan caranya berjalan, caranya menggerakkan tangannya, caranya ia menggerakkan bibirnya untuk tersenyum, menggunakan lidahnya untuk bertutur kata, dan caranya ia menggerakkan seluruh anggota tubuhnya adalah seorang pendidik.

Intinya adalah seorang pendidik adalah seorang teladan. Seluruh gerakannya mulai bangun tidur hingga tertidur kembali adalah gerakan seorang pendidik.

Seorang pendidik itu adalah seorang pembelajar, dia tidak berhenti hanya dalam situasi dan waktu tertentu, belajar tidak sebatas hanya untuk menguasai materi (teori), tetapi belajar untuk terus bisa memahami situasi, kondisi, dinamisasi, manusia atau seseorang yang menjadi objeknya.

Selama objeknya adalah manusia, maka kewajiban seorang pendidik adalah memahami karakteristik dari manusia itu sendiri yang amat beragam.

Bagi saya pendidik itu bukan (hanya) seorang pengajar, ini yang perlu digaris bawahi, karena ketika kita mendefinisikan seorang pendidik adalah seorang pengajar maka kita hanya akan menempatkan seorang pendidik ini dalam sebuah situasi, tempat, dan waktu yang terbatas, sementara tidak bagi seorang pendidik yang sebenarnya. Tak ada batas ruang dan waktu bagi seorang pendidik untuk mendidik.

Tak ada kata menyerah, tak ada kata tidak bisa. Seorang pendidik harus terus belajar mencari alternatif dan berbagai solusi, karena seyogyanya ruang tanpa batas ini adalah sebuah ruang belajar bagi seorang pendidik itu sendiri. Bersikap profesional, objektif, rasional, respect berdasarkan penelitian dan data yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari emotional feel.

Satu contoh saja kita bisa belajar banyak dari seorang Customer Service, bagaimana caranya menyambut dan melayani para Customer-nya dengan sangat baik, dengan karakteristik para Customer yang sangat beragam, ada yang menyenangkan begitu pula sebaliknya, tetapi mereka tetap memberikan pelayanan terbaiknya dengan senyuman lebar khasnya dan dua kata saktinya; mohon maaf dan terima kasih.

Seorang pendidik itu wajib dewasa dan tidak boleh BAPERAN, ini sangat penting, karena ini tentang bagaimana seorang pendidik bisa mengendalikan aspek emosional-nya di dalam dirinya untuk tetap dalam kondisi yang rasional, kemampuan ini wajib dimiliki bagi seorang pendidik.

Bagi seorang pendidik sejati ia akan menempatkan dirinya di dalam posisi yang tidak lebih baik dari objeknya sendiri, ia adalah seorang yang paling banyak membutuhkan pembelajaran, bukan objeknya, karena pastinya seorang pendidik tidak mungkin serba tahu.

Lalu Siapakah Para Pendidik yang Dimaksud?

Yang paling utama adalah orang tua, kemudian masyarakat (lingkungan), tokoh agama, dan yang paling akhir adalah guru/dosen (akademis) di sekolah/perguruan tinggi.

Kenapa orang tua menempati urutan pertama? Karena pada hakikatnya tugas mendidik anak (seorang manusia) ada di pundak orang tuanya sendiri mulai bangun tidur hingga tidur kembali, orang tua-nyalah yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.

Kedua adalah masyarakat (lingkungan sekitar) tempat di mana anak-anak tumbuh dan berkembang setiap saat. Lingkungan memiliki kewajiban dalam rangka mendidik siapapun yang ada di dalam jangkauan mereka, karena anak-anak ini adalah anak-anak kita semua, lingkungan memberikan dampak yang sangat signifikan dan lingkungan menjadi salah satu faktor utama seseorang memutuskan dimana mereka akan tinggal.

Ketiga tokoh agama, walaupun tidak setiap waktu ada tetapi mereka juga memiliki sebuah andil yang sangat besar tanpa ruang dan waktu di dalam mendidik anak-anak kita secara langsung dan tidak langsung.

Dan yang terakhir adalah para guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi, mereka juga memiliki sebuah pengaruh, tetapi yang membedakan dengan 3 pendidik sebelumnya adalah; guru/dosen memiliki batasan ruang dan waktu, tidak selamanya mereka akan mendidik seorang manusia, ada batasan jam dalam sehari, ada batasan hari dalam sepekan, ada batasan tahun dalam setiap kelulusan-nya.

Orang tua tidak dibayar untuk mendidik anak-anaknya, bahkan orang tua harus membayar juga di samping mereka mendidik anak-anaknya. Lingkungan dan tokoh agama juga tidak dibayar walaupun tidak terikat. Namun para guru/dosen, mereka dibayar, disinilah tekanan-nya yang sering luput dalam perhatian kita. Apakah kita rela menyerahkan seluruh proses pendidikan kepada mereka dengan bayaran tertentu itu? Apakah kita bisa memahami maksud tersebut?

Jangan pernah memindahkan tanggung jawab mendidik anak-anak kita kepada para guru/dosen semata, karena sekali lagi mereka memiliki jangkauan dalam batasan ruang dan waktu. Sebaik-baik seorang pendidik adalah orang tua, orang tua yang memilihkan lingkungan yang terbaik untuk tumbuh kembang anak-anaknya.

Teringat tentang materi 18 tahun yang lalu tentang “Karakteristik Jalan Dakwah dan Karakteristik Objek Dakwah”. Karena sekali lagi seorang pendidik bukan hanya tentang seberapa banyak mentransfer target-target materinya. Mereka pun harus belajar tentang karakteristik jalan seorang pendidik dan karakteristik para manusia yang di didik. Selamat belajar dan bertumbuh menjadi seorang pendidik.

21-07-2023
Husen Al-Banna ✏️
Dari Pak Husen Al-Banna TU SD Tahfdiz Jabal Rahmah Ciputat Tangsel