Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
NEWS  

Nikah Bareng Pitulasan Pengantin Berkostum Pejuang dengan Mahar Buku Tema Perjuangan

Akad nikah pasangan pengantin dengan latar belakang kendaraan perpustakaan keliling Puspita dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Keempat pasangan pengantin menyerahkan mahar seperangkat alat sholat dan buku-buku perjuangan saat pernikahan berlangsung di Balai RW 13 Malangan, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Ahad (07/08/2022). (Dok. Adham/CIO)

YOGYAKARTA(CIO) – Menyemarakkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-77, Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) menggelar Nikah Bareng Pitulasan di Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Ahad (07/08/2022).

Acara yang didukung oleh layanan Mobil Internet Kewilayahan (Monika), Perpustakaan Alternatif Kewilayahan Kota Yogyakarta (Puspita) dan Karang Taruna Malangan, meresmikan pernikahan kepada 4 pasangan.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, mengatakan tidak mudah dapat menghadirkan calon pengantin menjelang HUT RI dalam acara Nikah Bareng Pitulasan.

“Bahwa kehadiran empat pasangan ini bukan hal yang mudah, tapi lewat proses perjuangan. Kegiatan ini dilakukan menjelang hari ulang tahun kemerdekaan yang juga penuh perjuangan,” katanya.

Nikah Bareng Pitulasan dengan tema ‘Merajut hati, mencerdaskan bangsa, pantang menyerah, pulih lebih cepat, dan bangkit lebih kuat’ menjadi menarik karena keempat pasangan pengantin mengenakan kostum perjuangan.

Saat prosesi akad nikah keempat pasangan pengantin bahkan menyerahkan mahar berupa seperangkat alat sholat dan buku-buku bertemakan perjuangan bangsa Indonesia.

Di antara pengantin ada yang mengenakan kostum busana pejuang kemerdekaan Indonesia bergaya Sultan Hasanudin dan Sultan Safiatuddin.

Ada pula yang mengenakan pakaian lurik khas pejuang rakyat Mataram dan busana serba merah putih.

Suasana tampak berkesan saat kendaraan perpustakaan keliling menjadi latar prosesi pernikahan yang dihadiri oleh masing-masing keluarga pengantin.

Usai acara pernikahan, keempat pengantin kemudian di arak keliling bersama sejumlah komunitas sepeda onthel berkostum pejuang diikuti armada Puspita, Monika dan Fortais.

Sekda Aman berharap Nikah Bareng Pitulasan yang memiliki nilai kebersamaan itu dapat menggambarkan suatu perjuangan.

“Seperti halnya kemerdekaan RI yang penuh perjuangan,” katanya.

Keempat pengantin bersyukur pada momen HUT RI dapat melangsungkan pernikahan meski sebelumnya sempat terkendala saat mengurus surat-surat sebagai persyaratan pernikahan resmi.

Dari keempat pasangan pengantin usia tertua adalah 55 tahun dan termuda berusia 20 tahun.

Panitia Nikah Bareng Pitulasan menyebut acara dalam rangka HUT RI ke-77 itu sekaligus untuk membangkitkan semangat kegotong-royongan pasca pandemi.

“Salah satunya adalah semangat perjuangan dengan teknologi, literasi dan budaya membaca,” ujar Ketua Panitia, Ryan Budi Nuryanto.

Menurut Ryan, perjuangan sekarang tidak dengan angkat senjata melainkan dengan literasi dan teknologi.

Maka, pasca pandemi Covid-19 pihaknya mengajak untuk bangkit bersama membangun Indonesia untuk lebih maju.(***)