(CIO) — Luasnya lahan tidur di Kabupaten Kampar tampaknya menjadi perhatian khusus bagi Pj. Bupati Kampar. Hal ini tersirat dari keinginannya menjadikan Kabupaten Kampar swasembada pangan; wacana yang sesungguhnya terus digulirkan oleh para bupati pendahulunya dan belum pernah terwujud.
Niat baik itu tentu harus disambut dengan baik. Jangan pula terburu-buru menyambitnya dengan tanggapan-tanggapan negatif. Terkait program 100 hari kerja dalam bidang ketahanan pangan, DR. H. Kamsol merencanakan pemanfaatan 500 ha lahan tidur di Kabupaten Kampar untuk ditanami padi dengan tata kelola yang lebih profesional.
Bila sebagai anggota masyarakat saya boleh turut sumbang saran, sebaiknya Pj. Bupati Kampar mulai memikirkan langkah yang tepat demi perbaikan manajerial di lingkungan Dinas Pertanian serta Dinas Ketahanan Pangan di Kabupaten Kampar. Rencana mendatangkan tenaga ahli pertanian untuk mewujudkan niat baik tersebut akan kecil artinya bila stakeholder terkait tidak mampu mengejawantahkan ide DR. H. Kamsol dalam kerja nyata di lapangan serta kurang progresif dalam meningkatkan peran aktif masyarakat tani di Kabupaten Kampar.
Berkaca dari yang sudah, swasembada pangan hanya menjadi angan-angan masyarakat tani di Kabupaten Kampar, karena silih bergantinya pucuk pimpinan di negeri ini selalu mengembuskan angin segar bahwa petani akan sejahtera bila program tersebut berjalan dengan baik, tapi nyatanya? Kita masih menyantap beras yang datang dari luar daerah, dan nasib petani kita masih Senin-Kamis.
Evaluasi jabatan saat ini sangat penting dilakukan oleh Pj. Bupati Kampar. Jangan lagi mengajak masyarakat untuk one day no rice sedang kita bukanlah warga Depok. Pilihlah program yang lahir dari buah pikir yang berdasarkan khazanah budaya lokal Kabupaten Kampar. Jangan asal enak disebut dan sok British tapi wagu. Malu!
Dan, ini kalau boleh ya, saran terakhir, perkuat komunitas UMKM sehingga ketika swasembada pangan berhasil diwujudkan dapat diteruskan menjadi produk-produk hilir yang pastinya mampu menghidupi banyak keluarga selain petani. Pembangunan berkelanjutan? Itu yang kami masyarakat inginkan.
(***)
Penulis : Benni Ihsan.