Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Joko Intarto: Zakat Milenial

(CIO) — ‘’Sudah bayar zakat? Di masjid mana?’’ tanya mertua saya tadi sore.

‘’Bayar melalui aplikasi online,’’ jawab saya.

‘’Saya belum sempat ke masjid nih,’’ sambung mertua.

‘’Apa saya bayarkan sekalian melalui aplikasi online?’’ tanya saya.

Mertua saya ternyata tetap memilih bayar zakat melalui masjid di dekat rumah.

Itulah sepenggal dialog saya dengan mertua. Dua orang dari generasi yang berbeda.

Dari penggalan dialog itu, bisa ditarik sebuah kesimpulan: Generasi muda memiliki gaya hidup yang berbeda sama sekali dengan generasi tua. Termasuk gaya hidup dalam membayar zakat.

Secara kebetulan, saya menerima kiriman hasil rekapitulasi sementara perolehan zakat Lazismu yang berasal dari digital channel. Laporan hanya mengenai perolehan zakat saja, tidak termasuk infak dan sedekah.

Ada tiga digital channel pembayaran zakat yang saat ini digunakan Lazismu:
– Platform crowdfunding www.lazismu.org
– Platform crowdfunding www.kitabisa.com
– Platform marketplace www.tokopedia.com dan www.bukalapak.com

Perolehan masing-masing kanal digital itu beragam. Platform Lazismu menghasilkan paling banyak. Sedikit di bawahnya adalah perolehan dari Kitabisa. Angka terendah berasal dari Tokopedia dan Bukalapak.

Artikel ini tidak bermaksud untuk membandingkan antara platform satu dengan platform lainnya, melainkan untuk mencermati munculnya fenomena baru dalam gaya hidup berzakat.

Dari fenomena tersebut, bisa ditarik beberapa rekomendasi:
1. Institusi tradisional keagamaan seperti masjid dan kantor pelayanan zakat tidak lagi menjadi satu-satunya kanal pembayaran zakat.
2. Digital channel harus dikelola dengan lebih profesional, karena jumlah zakat yang ditunaikan melalui platform digital tidak bisa dibilang kecil.
3. Tenaga amil zakat harus terus menambah kapasitas dirinya dalam bidang teknologi informasi.
4. Lembaga amil zakat mau tidak mau harus bertransformasi menuju ‘’amil digital’’.

Gaya hidup digital adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Di situlah kaum milenial.(jto)

Penulis: Joko Intarto.