Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Joko Intarto: Otak Sungsang

Penulis: Joko Intarto

——-
Jangan-jangan dunia ini sedang butuh orang-orang berotak sungsang. Sebab orang-orang berotak normal sudah tidak bisa lagi diharapkan.
——-

Prosesornya kemungkinan bobrok bobrok. Bisa jadi coding-nya ambyar. Karena terlalu lama terpapar virus jahat. Mulai korupsi, kolusi, nepotisme sampai aji mumpung: Mumpung (numpang) berkuasa.

Saya ada dalam barisan kelompok otak sungsang yang ikut mengumpulkan dana kemanusiaan untuk rakyat Palestina.

Saya tidak akan pernah menyesal menjadi penanggung jawab digital fundraising Lazismu untuk membantu saudara-saudara saya yang Muslim dan Kristen di Gaza dan wilayah Palestina lainnya. Hari-hari ini mereka begitu menderita akibat kekejaman pemerintah Israel. Sudah 70 tahun situasinya tidak kunjung membaik.

Saya tidak akan merasa malu seandainya yang bisa disumbangkan tidak seberapa. Saya juga tidak perlu besar kepala kalau donasinya bernilai luar biasa.

Melayani orang berderma tidak perlu pakai logika. Karena Tuhan membalas derma dengan pahala yang besarnya tidak bisa dihitung dengan angka. Begitu pun kepada orang-orang yang melayaninya.

Tidak harus berotak sungsang kalau hanya untuk membantu sesama manusia yang sedang menderita. Sebab kemanusiaan itu tidak ada di dalam pikiran, melainkan di dalam nurani, ”sistem sensor super” pada hati setiap orang.

Bila rasa kemanusiaan itu tidak ada lagi, bisa dipastikan, hatinya sudah sangat kotor dan keras. Tidak ada obat untuk hati yang membatu. Kecuali hidayah Tuhan. Sebelum mati.

Hidup itu laksana roda yang terus berputar. Sekali-sekali di atas. Sekali-sekali terbenam lumpur.

Semua orang bisa menjadi orang paling menderita. Biar pun kerja di lingkungan istana. Apalagi kalau jabatannya hanya ”staf”. Jabatan itu artinya jongos. Jangan jumawa.

Level jongos dalam bahasa jawa disebut gedibal: Lapisan kulit terluar pada telapak kaki. Kalau jalan tidak hati-hati, Anda bisa jatuh terpeleset karena menginjak tahi.

Biarpun bersorban tebal, saat jatuh kepala bisa terbentur lantai. Lalu terjadi pendarahan otak. Akhirnya stoke. Awalnya cedal. Kemudian lumpuh.

Saat itulah mereka butuh orang berotak sungsang yang akan membantu karena rasa kemanusiaan. Sementara teman-temannya sesama otak normal hanya berkata, ”Kasihan…”.(jto)