(CIO) — Menebak isi hati warga Muhammadiyah itu seperti memprediksi skor akhir pertandingan sepak bola: Banyak melesetnya.
—-
Ramadan baru saya berlalu. Umat Muslim baru selesai menunaikan zakatnya. Tiba-tiba terjadi peristiwa kemanusiaan yang sangat memilukan di Palestina.
Dimulai dari perampasan tanah di Bait Jarrah yang berimbas demonstrasi di kompleks Masjid Al-Aqsa. Demo itu menyebabkan pasukan militer Israel menyerang kompleks yang disucikan tiga penganut agama itu, ketika umat Islam tengah menjalankan salat tarawih.
Reaksi terhadap serbuan itu muncul di seluruh dunia. Israel pun panen kecaman. Di Gaza City, Hammas membalas dengan menembakkan ribuan roket yang menimbulkan kerusakan parah di sejumlah kota Israel. Perang pun tak terelakkan.
Militer Israel kemudian menggempur Gaza City. Tapi Hammas melawan. Ratusan korban di pihak Palestina dan Israel berjatuhan.
Hampir dua pekan tragedi kemanusiaan itu dipertontonkan Israel secara telanjang. Disaksikan jutaan atau bahkan miliaran pasang mata dari seluruh dunia.
“Mungkinkah aksi penggalangan dana bantuan untuk Palestina masih direspon masyarakat? Bukankah mereka baru saja menunaikan zakat?” tanya saya dalam hati.
Yang dibayar melalui Lazismu saja tercatat lebih dari Rp 60 miliar. Sebanyak Rp 10 miliar disetor secara online.
Perolehan zakat di Lazismu tahun ini lebih tinggi dibanding masa pandemi tahun 2020 yang sekitar Rp 55 miliar. Khusus setoran online naik lebih dari 100 persen. Tahun lalu Rp 4 miliar.
Warga Muhammadiyah ternyata gagal digembosi. Meski “kampanye” diam-diam dan terbuka agar masyarakat menyumbang orang miskin di dalam negeri ketimbang membantu Palestina begitu massif.
Apalagi sejak Lazismu dan MuhammadiyahAid merilis foto dan video keberhasilan mengirimkan bantuan bahan pangan dan peralatan medis ke Gaza City. Kepercayaan masyarakat semakin tinggi.
Hari ini penggalangan genap berlangsung seminggu. Total donasi telah mencapai Rp 10,6 miliar. Sebanyak Rp 2,5 miliar ditunaikan melalui kanal pembayaran online.
Entah gelar apa lagi yang akan diberikan untuk mereka yang peduli pada Palestina. Setelah cap sebagai “orang-orang berotak sungsang” tak digubris.(jto)