Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Harga Minyak Goreng Makin Melangit

(CIO) — Dua hari yang lalu, saya mendapat info dari teman yang bekerja sebagai karyawan di sebuah agen minyak curah. “Minyak 15.500,” begitu isi pesan singkat whatsapp-nya.

“Wow, naik lagi ya?” tanya saya spontan. Ia mengiyakan.

Harga dari agen sudah tembus Rp 15.500,- berarti harga ecerannya bisa sampai Rp 16.500,- hingga Rp 17.000,-.

Mendengar kabar itu pelanggan saya, terutama pedagang kue gorengan dan ibu-ibu rumah tangga, langsung ngedumel.

“Jualan lagi begini. Tapi bahan bakunya naik. Gimana ini? Aneh,” keluh pedagang gorengan langganan saya.

“Usaha (dagang) nggak boleh kemana-mana? Semua jalan disekat. Gimana dapat uang? Eh tahu-tahu harga minyak naik selangit, duuhh,” imbuhnya.

“Ayo naik semua. Terus saja naik,” kata seorang ibu terlihat geram. “Besok apa lagi yang naik!!” nadanya meninggi.

“Kondisi ekonomi rakyat kian sulit aja, kami wong cilik cuma bisa pasrah,” ujarnya.

“Suami kerja, hanya cukup buat ngehidupin hari ini, semua serba sulit,” ucap ibu itu ketus.

Memang akhir-akhir ini harga minyak masih belum stabil. Entah besok turun atau bisa jadi malah naik lagi. Saya lagi menunggu informasi lanjutan.

Keluhan langganan saya itu beralasan. Dengan kondisi sekarang yang tidak menentu, dan kebijakan PPKM yang dilakukan pemerintah berlevel-level itu, tentu mengganggu atau mengurangi tingkat penjualan usaha kue gorengannya.

Apalagi ketika bahan baku usahanya ternyata terjadi kenaikan, artinya ia harus menambal merogoh kocek modal usahanya.

Waktu saya tanya pihak agen kenapa harga minyak naik terus. Pihak agen bilang, “tidak tahu.”

Saya sih berharap bantuan sosial untuk masyarakat segera cair. Agar bisa membantu pendapatan dan secepatnya meningkatkan konsumsi masyarakat. Kasihan masyarakat di bawah yang pendapatannya dari hasil harian. Harus mendapati kondisi hari-hari ini yang serba tidak nyaman.

(***)

Penulis: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako