Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Guru Masa Kini

(CIO) — Beberapa bulan terakhir hujan cukup deras mengguyur Kota Tangerang dan sekitar. Bahkan BMKG memprakirakan ada curah hujan yang ekstrim. Sekolah Dasar Islam Cikal Cendekia Tangerang, terkena curah hujan yang cukup tinggi. Di depan sekolah kami tergenang air. Apalagi sekolah kami merada di area langganan banjir.

Para guru pun harus tetap ke sekolah dengan diberi jadwal bergantian. Ada beberapa guru yang melakukan pembelajaran di kelas masing-masing. Ada yang di ruang UKS, di luar kelas bahkan ada yang di taman sekolah.
Setelah cukup lama para guru dan siswa melakukan pembelajaran jarak jauh akhirnya ada kabar yang membuat kami gembira. Bahwa pemerintah Tangerang membolehkan pembelajaran 100% tatap muka per kelas.

Kami pun dari pihak sekolah menyiapkan berbagai hal terkait dengan protokol kesehatan. Seperti tempat mencuci tangan, masker, alat pendeteksi suhu tubuh, kursi-kursi yang diatur agak berjarak, ruang kelas di isi separuh meja dan kursi, penyemprotan setelah proses pembelajaran, penjemputan para orang tua yang sudah diberi pembatas jarak. Setelah pembelajaran sekolah pun para siswa harus langsung pulang ke rumah masing-masing tidak ada waktu kumpul-kumpul lagi di sekolah.

Pembelajaran pun dapat dilaksanakan dan terlihat sangat jelas para siswa sangat bahagia. Tapi selain itu perubahan yang nampak sangat jelas dari postur tubuh mereka. Tubuh para siswa terlihat lebih tinggi. Wajah mereka pun terlihat tembem, mungkin efek rebahan di rumah. Hal tersebut wajar mengingat aktivitas mereka hanya di rumah saja. Menurut kami sebagai guru yang penting mereka sehat dan imunnya kuat.

Perubahan lain, anak-anak itu sangat akrab dengan digitalisasi. Mereka sangat mahir dalam menggunakan smartphone. Walaupun begitu mereka harus tetap menjadi perhatian orang tua dan para guru untuk membatasi kegiatan mereka dalam berinteraksi dengan smartphone.
Karena mereka masih belum dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Maka disinilah tugas edukasi seorang guru untuk mengarahkan mereka ke aktivitas yang positif.

Alhamdulillah SD Islam Cikal dengan adanya kurikulum berbasis karakter dan Tahfiz Al Qur’an, anak-anak dapat dikendalikan. Kurikulum karakter adalah bagaimana kita sebagai pendidik menanamkan kepada anak-anak kita sejak dini tentang berbuat baik. Seperti mencintai Tuhan, berbuat jujur, menyayangi teman, menghormati guru dan orang tua, mencintai lingkungan, bersikap percaya diri dan pantang menyerah.

Begitu juga dengan kurikulum tahfiz Al Qur’an, anak-anak SD Islam Cikal Cendekia diwajibkan menyelesaikan Juz 30 dari surat An-Nas sampai An-Naba secara lancar. Para siswa yang telah menyelesaikan Juz 30 harus diujikan lagi atau yang biasa kita sebut dengan Sertifikasi Juz 30. Setelah mereka lulus mereka akan diberikan sertifikat Juz 30.
Pembelajaran tahfiz Al Qur’an dikelas dibuat semenarik mungkin seperti menebak ayat dari surat pendek, menebak arti dari persurat. Bahkan menyambung ayat. Terkadang ada beberapa siswa yang ditunjuk oleh guru untuk memberikan soal pertanyaan kemudian yang akan menjawab teman mereka sendiri. Hal tersebut merupakan komitmen kami sebagai guru dalam memberikan pendidikan yang terbaik untuk para murid. Alhamdulillah pada pada tanggal 24 Januari 2022 sekolah Islam Cikal Cendekia ditunjuk menjadi Sekolah Penggerak ke-2 dan Sekolah Karakter.

Hal ini disampaikan langsung oleh Camat Pinang Kota Tangerang, Kaonang saat berkunjung langsung ke Sekolah Dasar Islam Cendekia Tangerang. Mendengarkan kabar baik dari Camat Tangerang tentu kami senang dan itu merupakan amanah yang harus kami jalankan 100%. Artinya bahwa kami sebagai guru harus terus belajar mengasah kemampuan kami dalam bidang apa pun.

Baru-baru ini pun kami sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti Adiwiyata. Ini merupakan pengalaman yang bagus untuk kami sebagai guru, dalam rangka mempersiapkan Adiwiyata pun dibutuhkan dokumen yang tidak sedikit setidaknya ada 16 dokumen yang harus kami persiapkan.

Pertama; Administrasi Sekolah, kedua; Identifikasi Potensi dan Masalah Lingkungan Hidup, ketiga; Buku Satuan KTSP, keempat; RPP Kelas 1-6, kelima;  Kebersihan Sanitasi Drainase, keenam; Pengolahan Sampah, ketujuh; Pemeriharan Pohon Tanaman, kedelapan; Konservasi Air, kesembilan; Konservasi Energi, kesepuluh; Inovasi Terkait Penerapan PRLH (Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan Hidup), kesebelas; Penerapan PRLH di Masyarakat, keduabelas; Jejaring Kerja dan Komunikasi, ketigasbelas; Kampanye Publikasi, keempatbelas; Media Publikasi, kelimabelas; Kader Adiwiyata, keenambelas; Pemantauan dan Evaluasi.

Ini semua dilakukan untuk memberikan pendidikan terbaik untuk generasi bangsa Indonesia.

Secara umum, Sekolah Penggerak terfokus pada pengembangan SDM sekolah, dimulai dari siswa, guru, sampai kepala sekolah. Kualitas siswa diukur melalui pencapaian hasil belajar di atas level yang diharapkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif, dan menyenangkan.

Program sekolah penggerak resmi diluncurkan Kemendikbudristek pada bulan Februari 2021. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menjelaskan Program Sekolah Penggerak merupakan katalis untuk mewujudkan visi reformasi pendidikan Indonesia yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistic melalui Profil Pelajar Pancasila.

Sebagaimana disampaikan Nadiem Makarim di liputan6.com pada 06 September 2021, yang dikutip oleh kolom berita TangerangSatu.co.id. “Program ini dirancang sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinnekaan global,”

Tidak lama kemudian muncul kembali kabar bahwa sekolah hanya boleh menerapkan pembelajaran 50% per kelas. Dikarenakan Covid-19 yang kembali meninggi di Tangerang. Pihak sekolah pun menerima apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi kebaikan bersama. Terutama melindungi anak-anak didik dari Covid-19.

Bagi para siswa pembelajaran tatap muka merupakan hal yang sangat menggembirakan. Karena selama beberapa tahun kemarin ketika wabah Covid-19 melanda para siswa hanya melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Banyak suka dan duka yang mereka alami mulai dari sinyal smartphone yang terkadang macet, pulsa yang habis atau tidak ada, belum lagi yang tidak memiliki smartphone hal ini menjadi cerita tersendiri bagi para siswa dan guru.

Ketika para Siswa dan Guru mendengar pembelajaran tatap muka akan segera dilaksanakan mereka menyambut dengan sangat antusias. Itu terlihat jelas dari raut wajah mereka. Akhirnya mereka dapat bertemu dengan teman-teman secara nyata. Selama ini mereka hanya dapat bercerita melewati sebuah aplikasi zoom atau Google Meet namun sekarang mereka dapat bercerita langsung dihadapan teman mereka sendiri. Walaupun mereka harus tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Tapi pertemuan tersebut menjadi suatu value yang tidak bisa dihargakan. Tidak hanya itu saja para siswa dapat menatap jelas wajah guru-guru mereka. Bahkan ketika penjelasan guru tentang suatu materi pembelajaran dirasa masih kurang dipahami, siswa dapat mempertanyakan langsung. Tidak perlu menunggu waktu lama untuk dapat memahaminya.

Di saat Covid-19 menyerang seluruh dunia. Semua terkejut dengan kejadian itu dan tidak ada yang menyangka jika virus Covid-19 sangat cepat menyebar keseluruh dunia termasuk ke Indonesia. Dan Covid-19 ini sangat banyak melumpuhkan segala aktivitas di luar rumah. Banyak kegiatan dinihilkan dalam rangka menangkal virus tersebut. Hanya kegiatan tertentu yang dibolehkan seperti aktivitas Rumah Sakit, Bank, Pom Bensin. Selebihnya aktivitas lain dinonaktifkan dahulu guna mencegah meluasnya virus Covid-19.

Pada masa pandemi ini salah satu kegiatan yang dilakukan di rumah adalah kegiatan belajar dan mengajar. Sebagaimana yang kita tahu biasanya kegiatan belajar dan mengajar hampir 90% berada di sekolah dan sekarang harus beralih ke rumah. Maka ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para siswa dan guru untuk adaptasi menyesuaikan diri.

Pertama; siswa akan mudah bosan belajar di rumah karena di sekolah mereka dapat berinteraksi dengan teman-teman dan guru. kini mereka harus menghadapi layar laptop sendiri.

Kedua; penjelasan materi yang tidak utuh. Artinya dalam penyampaian materi belajar ke siswa bisa jadi tidak maksimal dengan adanya berbagai kendala seperti sinyal, suara yang tidak jelas. Tentunya, ini butuh proses dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Solusinya guru harus bisa mengirim video materi ke siswa. Jika tidak paham bisa telepon langsung ke guru yang bersangkutan.

Ketiga; guru dituntut untuk kreatif dalam mengajar agar siswa tidak bosan. Ternyata belajar kreatif tidak hanya berada di dalam kelas atau sekolah tapi di rumah pun bisa dilakukan. Seperti mendesain ruangan yang nyaman sesuai dengan selera siswa. Atau dengan melakukan gerakan tertentu yang masih ada hubungannya dengan materi belajar.

Keempat; dukungan dari orang tua yang sepenuhnya. Untuk mencapai hasil yang maksimal sangat dibutuhkan peran aktif orang tua terhadap siswa. Jika pada hari biasa sebelum Covid-19 peran orang tua diserahkan di sekolah. Tapi untuk saat ini kedua-duanya sama penting yaitu kerja sama aktif antara orang tua murid dengan guru. Seperti jika ada materi yang menurut orang tua susah, karena harus menyampaikan ke siswa. Maka disini orang tua tidak perlu malu untuk bertanya kepada guru bersangkutan. Atau para orang tua dapat mencari video belajar tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Kelima; guru ketika berinteraksi dengan siswa tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran tapi ada unsur bertanya tentang bagaimana perasaan mereka pada hari ini. Jika para siswa menceritakan tentang keadaan buruk atau situasi baik pada saat itu, dengarkan mereka dan berilah mereka empati. Hal ini akan membuat mereka nyaman dalam belajar dan tentunya, mereka tidak tegang atau takut.

Tentunya guru masa kini adalah guru yang bukan hanya sekedar mengajar tanpa memperhatikan aspek-aspek psikologi mengajar. Guru masa kini adalah guru yang berusaha memberikan pengajaran dengan melihat berbagai aspek kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa dan siswinya, disertai dengan penguatan agama, teknologi dan seni.

(***)

Penulis : Al Firdaus