Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Eman Mengeluarkan Duit Buat Belanja

(CIO) — Kala lagi belanja barang dagangan, seorang teman yang juga sama belanja kulakan barang dagangan sempat bertanya, “Leh, tiap harikah belanja?”

Saya jawab sembari senyum, “alhamdulillah iya, sesuai kondisi keuangan saja hehehe,”

“Ada uang berapa pun, saya jalan buat kulakan, sebisa mungkin tiap hari. Entah waktu berangkat kulakannya pagi, siang atau sore hari,” tambah saya.

Sembari memandang saya, dia bilang, “Iya ya leh, kita yang modalnya pas-pasan ya harus pintar-pintar mengolah duit. Kalo enggak ya gimana nanti, bisa repot!”

“Sholeh ikut daftar bantuan sosial enggak, yang buat modal usaha terdampak corona itu?” tanya dia.

“Alhamdulillah belum pernah ikutan apa pun, kadang informasinya juga enggak tahu, kadang telat gitu. Tiba-tiba sudah cair saja. Ya sudahlah. Mungkin karena saya kurang serius buat minta bantuan hehehe. Biarlah buat teman-teman yang benar-benar membutuhkan saja, yang kena dampaknya parah,” jawab saya seadanya.

Buru-buru dia menyergah, “Kadang yang dapat bantuan juga, banyak yang uangnya cepat habis enggak karuan. Teman-teman saya banyak yang mengeluh lagi,”

“Bisa jadi uang bantuannya itu buat bayar utang. Kan selama pandemi, kita semua tahu lah bagaimana kondisinya. Jadi ya maklum saja kalau kemudian uangnya cepat habis, boro-boro buat modal usaha, kan gitu,” ucap saya.

Antara bulan Juni dan Juli itu ada pelanggan saya, yang betul-betul terdampak. Dia sekeluarga sakit, entah kena corona atau apa, soalnya mereka enggak mau periksa ke rumah sakit. Katanya takut divonis kena corona. Takut. Jadi ya rawat sendiri di rumah. Uangnya sampai habis buat beli obat-obatan dan makan sehari-hari selama sakit. Pas dia agak baikkan kondisi mental dan badannya, ia siap dagang lagi. Hanya saja untuk belanja ke saya, ia minta utang dulu, karena memang tidak ada pemasukan sama sekali selama sakit.

Saya langsung iyakan. “Tidak apa. Ayo dagang lagi, yang penting semua sehat,”

“Oh iya leh, kalau saya lihat kamu kayaknya enggak punya beban ya kalau menyerahkan duit buat belanja. Saya sendiri kalau belanja tuh mikir panjang. Karena takut keluar banyak duit,” ujarnya pada saya.

“Kadang harus diotak-atik segimana gitu, biar uang enggak semua habis. Tapi ya tetap saja habis,” keluhnya.

“Ya biasa aja sih, sebenarnya sama kayak kamu. Saya juga gitu. Hanya saja saya segera merubah kesadaran saya,” kataku.

Gimana itu maksudnya?” tanya dia enggak paham gitu.

“Maksudnya ya ketika saya hendak belanja kulakan barang dagangan, saya coba siapkan uang secukupnya. Sesuai sama barang yang saya pesan. Dan ketika menyerahkan uang ke kasir saya coba niat kan diri untuk berbagi. Ya niat berbagi ketika menyerahkan uang. Begitu kesadaran yang saya buat. Biar kalau ngeluarin uang tuh enggak eman. Atau enggak kepikiran uang habis. Jadi ya diniatin berbagi, rasa hatinya berbagi. Biar kayak sedekah gitu hehehe,” jelas saya.

“Gitu ya leh,”

“Ini juga saya masih latihan,” kata saya mengakhiri obrolan.

Bapak petugas parkir sudah memanggil. Kasih tahu kalau barang pesanan saya sudah di tempat parkiran.

(***)

Penulis: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako