(CIO) — Masalah utang ini, saya sering banget dapat curhatan dari teman-teman sesama pelaku usaha. Barangkali bisa saya tuliskan dilain kesempatan hehee.
Memang kami yang hidup sehari-hari di dunia niaga tidak lepas dari utang. Ada aja sebab yang menjadikan kami ini sering utang. Umumnya sih karena kurang modal usaha hehehe.
Utang kami selaku usaha mikro ya seringnya utang barang. Kita ambil dulu dari supplier. Supplier tentu saja ngasih barang itu nggak sembarang. Baru boleh kalau memang orangnya benar-benar amanah. Bisa dipercaya dan pelanggan setia.
Pembayarannya biasanya di tempo dalam jangka waktu tertentu, semisal satu minggu atau dua mingguan. Kalau barang sudah laku kejual, baru dibayar pelunasannya.
Nah masalahnya kalau bantuan beras rastra buat warga miskin datang dari pemerintah, alias cair. Maka saya meminta ke supplier tambahan waktu buat ngelunasin utang berasnya. Meminta keringanan. Supplier sangat memahami, biasanya mereka bilang, karena tahu betul, “sabar ya mas, raskin sudah datang (cair),” bilangnya.
Saya sendiri paling tiga harian. Langsung bayar ngelunasin. Kalau uang sudah ada.
Itu utang dalam bentuk beras. Alhamdulillah berjalan baik dan sudah tidak punya utang sampai hari ini.
Saya sebenarnya tidak berani utang. Nunggu hasil usaha dagang hari berikutnya, baru belanja. Tapi kalau sangat mendesak ya paling nelpon supplier minta dikirim beras. Dua atau tiga hari baru bayar. Karena supplier beras sendirilah yang bilang, “Leh, kalo nggak ada uang buat belanja beras. Boleh ambil dulu. Bayarnya kalo beras sudah kejual aja,” kira-kira demikian kata supplier beras tempat biasa saya kulakan.
Alhamdulillah selama berdagang ini selalu dikasih dan dimudahkan sama gusti Allah. Supplier tempat saya kulakan barang dagangan semua baik. Itu setelah saya membuang para supplier atau sales yang nggak beres hehehe.
Kita juga harus berani bersih-bersih dalam bisnis. Bersih bukan hanya dari diri kita saja. Tapi juga bersih-bersih dalam memilih rekanan.
Biar saling menguntungkan. Win-win solution tah gitu bahasa orang sekolahnya. Agar perdagangan kita berkah. Nggak hanya maunya menang sendiri, untung sendiri.
Banyak juga loh yang maunya menang sendiri. Ya nggak usah ditiru. Buang saja.
Kita nyari keberkahan aja. Berbisnis yang ngebuat hati tenang.
(***)
Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako