Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here
Close Ads Here

Cerpen: “Kamsia China”

Oleh: Agus Sutawijaya.

Sore kemarin, sepulang dari konsul dan Swab PCR di Rumah Sakit Awal Bross Panam, saya mampir sebentar di Masjid SPBU Batas Kota. Selain Shalat Ashar, sekalian isi BBM, setelahnya saya juga berniat buat istirahat sejenak sekedar meredakan sakit kepala saat panas matahari lagi lucu-lucunya.

Perjalanan Bangkinang-Pekanbaru pulang pergi saya tempuh dengan sepeda motor memang terasa sangat menyiksa, apalagi dengan kondisi kepala yang luar biasa sakit dan matahari yang bersinar jenaka. Perjalanan semakin menantang karena Pekanbaru tampaknya mulai diselimuti kabut asap. Salah satu event wisata tahunan “Negeri Diselimuti Kabut” . Uuuhhhh, aku ga suka Gelay…

Setelah shalat sambil istirahat saya ngobrol bareng “kakak” pedagang peci dan berbagai macam pernik di teras masjid. Pandangan mata saya tertarik pada sebuah benda kecil, berkaki tiga, gemuk pendek dengan warna merah menyala, diantara tumpukan alat terapi yang terbuat dari kayu.

“Apa ini kak ?” Saya bertanya.

“Oh itu alat pijat kepala bang, enak kali bang…” selanjutnya saya tak lagi peduli dengan promosi sang kakak yang dengan cekatan mempraktekan pijatan lembut dari si alat ajaib. Jujur…. Enak banget….

Lima menit dipijat saya langsung membayar dan mencoba sendiri. Alat kecil ini memberi sensasi luar biasa. Getarannya memberi pijatan lembut di kulit kepala dan meredakan sedikit sakit kepala saya. Sampai di rumah, saya pun asyik dengan mainan baru ini. Sambil rebahan, tangan asyik menggerakkan mainan kecil yang seketika jadi kesayangan.

Iseng saya perhatikan benda kecil merah yang selintas mirip makhluk ruang angkasa ini, dan, tercetak di “selangkangan” nya Made in China. Dan saya pun tersenyum sambil berucap lirih “Kamsia China”

(***)

Ditulis di kamar sambil rebahan

Kamsia adalah istilah bahasa Hokkien yang berarti terima kasih.

Penulis: Agus SutawijayaEditor: M Syari Faidar