SEMARANG(Cakrawalaindonesia.id) – Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di langit Semarang-Laut Jawa guna mengurangi intensitas curah hujan yang menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya bencana banjir seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus dan sekitarnya pada awal hingga pertengahan Februari 2024. Operasi TMC tersebut dilaksanakan atas arahan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., saat meninjau lokasi terdampak banjir Demak pada Senin (12/2), melalui koordinasi dengan BRIN, BMKG dan lintas instansi terkait.
Adapun pelaksanaan operasi TMC tersebut mulai dilakukan pada hari ini Kamis (15/2) menggunakan pesawat cessna 208 caravan bernomor lambung PK-SNM dari Lanud Ahmad Yani di Semarang.
Pada operasi TMC perdana di Semarang ini telah dilakukan penyemaian Natrium Clorida (NaCl) sebanyak 2 ton dengan 2 kali sortie selama kurang lebih 2 jam penerbangan. Pada sortie yang pertama, sebanyak 1 ton NaCl disemai di langit Ambarawa, Kendal dan Batang dari atas ketinggian 11 ribu kaki. Kemudian sortie yang kedua kembali disemai 1 ton NaCl di wilayah Magelang, wilayah pesisir Kendal dan Batang dari atas ketinggian 12 ribu kaki.
Area penyemaian tersebut dipilih karena berada di wilayah hulu yang dinilai tidak rawan longsor dan banjir, menurut kajian dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jawa Tengah. Secara umum, keadaan cuaca di wilayah Jawa Tengah terpantau berawan dan hujan ringan hingga sedang. Pertumbuhan awan Cumulus Concestus juga mulai terdeteksi pada siang hari.
Adapun prediksi curah hujan harian di lima wilayah yang meliputi Demak, Blora, Sragen, Salatiga dan Banjarnegara diprediksi terjadi hujan dengan intensitas 7,1 – 9,8 mm per hari.
Dua Target Utama TMC
Direktur Sumber Daya Darurat, Kedeputian Penanganan Darurat BNPB Agus Riyanto yang memimpin jalannya TMC ini mengatakan bahwa operasi TMC ini merupakan bentuk ikhtisar bersama dalam rangka mengurangi potensi dampak risiko bencana hidrometeorologi basah yang dipicu oleh faktor cuaca.
Pada operasi ini, Agus menjelaskan ada dua fokus utama yang menjadi target pelaksanaan TMC. Pertama adalah bagaimana agar debit sungai dari wilayah hulu yang berhilir di Demak tidak kembali naik pada saat proses penutupan tanggul yang jebol. Sebab, jika debit sungai kembali naik maka upaya penutupan tanggul jebol penyebab banjir di Demak akan terkendala dan dikhawatirkan banjir semakin lama tertangani.
“Demak ini di hilir. Hulunya ada dari Blora, Grobogan dan Salatiga. Jadi TMC ini kita lakukan dengan fokus utama bagaimana kita memantau percepatan penutupan tanggul yang jebol dengan mengupayakan wilayah hulu agar tidak hujan,” jelas Agus.
“TMC ini juga dilakukan sekaligus untuk deretribusi hujan di daerah yang dipastikan tidak akan mengalir di hilir. Puncak curah hujan di jawa tengah tekonsentrasi di bulan Februari. Walaupun progres tanggul ini mulai finishing, namun kita tetap antisipasi untuk di hulu. Pointnya tanggul kokoh dan mulai surut,” tambah Agus.
Kemudian fokus yang kedua menurut Agus adalah bagaimana agar wilayah pengungsian warga terdampak tidak tergenangi banjir dan dapat meringankan beban mereka. Adapun hingga hari ini masih ada 25.518 jiwa yang mengungsi di berbagai titik mulai gedung-gedung pemerintahan maupun tenda mandiri di sepanjang tanggul yang mana lokasinya masih dikelilingi oleh genangan banjir.
“Kita juga membantu mengkondusifkan di area pengungsian dari genangan. Membantu mengurangi agar tidak ada hujan agar tidak ada genangan. Sampai hari ini pengungsi ada yang tinggal di tanggul maupun gedung serbaguna yang dikelilingi genangan air,” jelas Agus.
Sesuai rencana, operasi TMC ini akan dilakukan selama tiga hari sampai tanggal 19 Februari 2024 mendatang. Namun tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang apabila memang masih dibutuhkan sesuai hasil evaluasi oleh tim yang tergabung dalam operasi TMC ini.
“Rencana awal akan kita lakukan sampai tanggal 18 Februari 2024. Namun nanti kita lihat hasil evaluasi. Jika memang masih dibutuhkan kita akan lanjut sampai waktu yang belum ditentukan,” jelas Agus.
Pendampingan Posko Darurat dan Media Center
Selain operasi TMC, BNPB juga mengirimkan sejumlah personel khusus untuk mendampingi Pemerintah Kabupaten Demak dalam rangka percepatan penanganan darurat bencana banjir hingga masa pemulihan dan rehabilitasi serta rekonstruksi nanti.
Tim BNPB telah diberangkatkan sejak tanggal 12 Februari 2024 dan rencananya akan ditugaskan sampai awal Maret mendatang dengan sistem estafet. Adapun personel BNPB tersebut mulai dari tim Kedeputian Bidang Penanganan Darurat, Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Kedeputian Bidang Sistem dan Strategi, Kedeputian Bidang Pencegahan, Kedeputian Bidang Logistik dan Peralatan, Pusat Pengendali dan Operasi, Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan.
Pada hari ini, tim BNPB tersebut telah melakukan pendampingan pembentukan posko terpadu darurat bencana dan media center yang dipusatkan di kantor bupati Demak. Pembentukan posko tersebut dilakukan guna memusatkan koordinasi antar lintas KL pusat maupun daerah termasuk pendampingan media massa dalam diseminasi informasi.
“Aktivasi posko ini penting. Kita inisiasi pembentukan posko terpadu darurat bencana bersama Pemkab Demak. Hari ini setelah dibentuk tadi langsung diadakan rapat dan sudah mulai tertata pola koordinasinya,” jelas Agus Riyanto.
Banjir Demak Mulai Surut, Namun Makin Meluas
Berdasarkan hasil kaji cepat yang dilakukan BPBD Kabupaten Demak, kondisi banjir yang merendam sebagian besar wilayah dengan julukan “Kota Wali” itu sudah berangsur surut. Hal itu disampaikan oleh Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak M. Agus Nugroho Luhur Pambudi dalam Program Teropong Bencana yang disiarkan LIVE melalui YouTube BNPB pada hari ini.
Menurut Agus, beberapa ruas jalan utama sudah mulai dapat dilalui kendaraan roda 2 maupun 4 dengan kecepatan terbatas. Kendati mulai surut, namun cakupan wilayah terdampak banjir justru semakin meluas.
“Untuk sore hari ini air memang sudah mulai surut. Tetapi genangan meluas menjadi tiga kecamatan saat ini, dari awalnya hanya dua kecamatan,” jelas Agus.
Kondisi surutnya genangan banjir di Demak ini menurut Agus adalah bagian dari hasil jerih payah tim gabungan, khususnya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Jeratunseluna yang mulai berhasil menambal tanggul-tanggul jebol setelah kehilangan kemampuan menahan debit air akibat curah hujan yang tinggi.
“Air surut ini memang keberhasilan dari teman-teman BBWS Jeratunseluna untuk menambal tanggul yang jebol,” jelas Agus.
Hingga sore ini, wilayah yang masih terdampak banjir menurut Agus meliputi 12 desa di Kecamatan Karanganyar, 7 desa di Kecamatan Gajah dan 6 desa di Kecamatan Mijen. Untuk total pengungsi ada sebanyak 25.518 jiwa.
“Jumlah pengungsi 25.518 jiwa dengan jumlah desa kurang lebih 25 desa di tiga kecamatan,” tandas Agus.