Oleh: Anab Afifi, Konsultan Komunikasi dan Penulis Buku.
CIO — Setelah berlatih menulis secara terus menerus dalam 30 tahun dan menjadikan aktifitas menulis sebagai sarana mencari penghidupan, saya menemukan jawabannya.
Pertama, kegagalan menulis atau menghasilkan karya tulis, disebabkan karena salah menetapkan tujuan. Kesalahan ini mengakibatkan kekeliruan mendasar dalam menjalani proses menulis.
Kedua, kemampuan menulis dianggap sebagai bakat. Anggapan ini salah. Banyak orang berbakat menulis tetapi pada akhirnya tidak menghasilkan karya dari bakatnya itu.
Ketiga, writing habit yang tidak benar. Mereka selalu menciptakan alasan atau syarat yang sulit mereka penuhi sendiri. Misal, menulis harus nunggu jadi doktor dulu, harus punya banyak waktu luang, harus ngerokok dulu, harus ngelamun di WC dulu, harus mendengarkan musik, harus begadang dan segudang syarat harus ini dan itu. Alasan-alasan itu hanya merusak kemampuan menulis.
Keempat, menuntut kesempurnaan. Padahal, tak ada yang sempurna dalam hidup ini. Begitu juga menulis.
Kelima, takut ditolak. Menulis adalah menyampaikan pikiran dan gagasan. Tidak ada kewajiban Anda harus memuaskan atau menyenangkan semua orang dengan tulisan Anda. Percayalah akan selalu ada orang yang mengapresiasi karya Anda.
Di dunia ini tidak ada penulis berbakat. Tidak ada penulis senior. Tidak ada pula penulis hebat.
Tetapi, dunia selalu menanti Anda penulis terlatih.
Hanya dengan berlatih Anda bisa menundukkan lima faktor yang penyebab laten kegagalan itu. Intinya adalah action dan action.
Apa pun profesi Anda, kemampuan menulis akan menjadi daya ungkit sakti untuk mendongkrak karir Anda di bidang apa pun. Sebab, menulis adalah platform dari semua keahlian.
Sources: opiniindonesia.com