JAKARTA(Cakrawalaindonesia.id) – Banjir bandang menerjang dua desa di lereng Gunung Merbabu, Jumat (24/11). Peristiwa itu terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kawasan puncak Gunung Merbabu dalam durasi yang cukup lama. Wilayah yang terdampak meliputi Desa Tajuk dan Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan laporan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Meskipun demikian, banjir yang membawa material lumpur, bebatuan besar serta potongan batang dan ranting pohon ini menyebabkan kerugian materil berupa satu motor warga hanyut, saluran air di empat dusun Desa Tajuk rusak, dan tiga akses jalan penghubung antar desa terputus.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Semarang Alexander Gunawan dalam keterangan resmi yang disampaikan pada program Teropong Bencana BNPB, Rabu (29/11), menjelaskan bahwa tim gabungan hingga saat ini masih berupaya melakukan pembersihan di lokasi dan memperbaiki akses jalan dibantu lintas stakeholder maupun warga setempat.
“Dua akses jalan sudah kami bersihkan dengan eskavator dibantu pihak BBWS Pemali Juana Jawa Tengah. Untuk jalan penghubung dusun Ngaduman ke Gedong sangat parah, kami bekerjasama dengan komunitas Jeep 4×4 untuk menarik batu yang menghalangi jalan”, jelas Alexander.
Sementara itu, kerugian material yang ditimbulkan atas peristiwa itu mencapai kisaran 800 juta rupiah. Angka itu dihimpun sementara oleh tim di lapangan berdasarkan pengamatan secara langsung maupun berkoordinasi dengan lintas stakeholder terkait.
“Hasil asesmen kami terhadap dampak banjir, baik rusaknya pipa pralon maupun pondasi jalan yang tergerus, total kerugian mencapai delapan ratus juta rupiah” jelas Alexander.
Dampak Karhutla
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang terjadi merata di kawasan Gunung Merbabu sebenarnya bukan menjadi penyebab utama terjadinya banjir bandang. Alexander mengatakan banjir bandang itu juga dipicu oleh faktor lain seperti hilangnya vegetasi lereng Gunung Merbabu akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada bulan Oktober 2023 di wilayah Kecamatan Getasan.
Hasil asesmen BPBD Kabupaten Semarang dan pihak perhutani, vegetasi berupa pepohonan heterogen hingga semak belukar seluas hampir 500 hektar itu hangus dilalap Si Jago Merah. Hilangnya vegetasi itu kemudian membuat kawasan lereng Gunung Merbabu kehilangan kemampuan untuk menyerap air hujan ke dalam tanah. Akibatnya, saat hujan turun airnya mengalir bebas tanpa terserap dengan baik menuju ke wilayah permukiman penduduk yang berada di kaki gunung.
“Sisa kebakaran hutan kemarin sekitar 500 hektar vegetasi rusak sehingga
ketika terjadi hujan deras di daerah puncak itu tidak ada yang menahan. Maka tanah dan batuan yang ada di situ terbawa arus sampai ke wilayah kami”, ungkap Alexader.
Kejadian banjir bandang di lereng Gunung Merbabu patut menjadi perhatian bersama. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mencatat hingga per 29 November 2023 telah ada 817 kejadian karhutla di seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, karhutla juga terjadi di wilayah gunung maupun dataran tinggi seperti Gunung Ciremai, Gunung Arjuno, Gunung Sumbing, Gunung Bromo, Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Agung, dan Gunung Abang.
Pembelajaran Bersama
Peristiwa banjir bandang di lereng Gunung Merbabu ini hendaknya menjadi pelajaran bersama, khususnya bagi daerah yang sebelumya sering dilanda karhutla di pegunungan maupun perbukitan.
Berkaca pada peristiwa banjir bandang yang juga menjadi dampak jangka panjang kejadian karhutla ini, BPBD Kabupaten Semarang mengajak seluruh unsur forkopimda bersama segenap lapisan masyarakat untuk dapat melakukan upaya mitigasi bencana hidrometeorologi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pasca banjir bandang, BPBD Kabupaten Semarang menggandeng warga masyarakat untuk melakukan langkah nyata seperti normalisasi jalur air dan gorong-gorong untuk menghindari luapan air jika terjadi hujan deras sebagai antisipasi dan mitigasi jangka pendek.
Sementara itu, dalam rencana mitigasi jangka panjang BPBD Kabupaten Semarang mengajak Taman Nasional Gunung Merbabu untuk bersama-sama melakukan perbaikan vegetasi dengan reboisasi wilayah yang rawan bencana dan minim vegetasi.
“Kami sedang mengecek rambu-rambu evakuasi sekaligus mengecek tanaman bambu yang banyak tumbuh di wilayah ini, jika dibutuhkan yang lebih kuat, kami akan menggantinya dengan tanaman kayu yang produktif”, pungkas Alexander.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan peningkatan potensi cuaca ekstrem pada periode 25 November hingga 1 Desember 2023. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai provinsi dengan kejadian karhutla di pegunungan terbanyak berpotensi mengalami hujan sedang-lebat pada 28 November – 1 Desember 2023 mendatang.