Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako
Hari ini, seorang ibu menggerutu di tempat agen distributor. Uang hasil usahanya senilai seratus ribu dalam bentuk uang kertas ternyata palsu.
“Sudah capek-capek dagang sehari semalam ternyata hasil yang didapat uang palsu,” gerutunya.
“Nggak adil banget sih, orang tuh tega banget nipu pedagang kecil kayak saya ini,” kesalnya.
“Ibu dapat uang palsunya kapan itu?” tanya saya.
“Kayaknya sih semalam mas. Soalnya pagi pas mau belanja, saya coba cek uang dagang tadi malam. Saya lihat ada uang yang beda,” jawabnya.
“Ibu sudah ke tempat kasir, belum? Biar bisa dicek sama mbaknya pake alat deteksi uang palsu itu?”
“Sudah mas, hasilnya positif uang palsu,” ucapnya sambil memegang uang palsu itu.
“Kulakan saya hari ini, seadanya uang ajalah mas. Berkurang seratus ribu sih, ya sebagian belanjaannya dikurangi, sebagian laginya nggak bisa kebeli. Nggak apalah. Gimana lagi kan?” ucapnya.
“Iya ya bu, tega banget ya penjahat itu memalsukan uang,” ujarku.
“Bisa jadi orang yang beli ke saya pakai uang palsu juga itu dapat dari orang lain. Mungkin saja ya,” kata ibu itu.
“Iya sih, tapi ya tega banget kalau uang palsunya kemudian dipakai buat beli di warung. Kan sama saja merugikan orang, harusnya jangan dipakai buat transaksi jual beli, kalau memang itu benar uang palsu,” ucap saya.
“Iya sengaja juga sih kali ya. Dia dapat uang palsu terus bales belanja ke warung yang lain pakai uang palsu yang ia dapat. Mas, juga pernahkah dapat uang palsu?” tanya dia.
“Ya pernah. Alhamdulillah nggak saya bawa buat dibelanjai. Tahu kalau itu uang palsu langsung saya simpen, saya jauhkan dari uang asli. Biar nggak kecampur,” terangku.
“Lah terus uangnya buat apa?” tanya dia lagi.
“Disobek dan dibakar. Supaya uang palsu tidak terus beredar dan merugikan orang banyak. Harus segera saya sobek dan bakar. Biar nggak berpindah tangan,” jelasku.
“Harusnya begitu. Jangan dipakai ya. Memang sih kebanyakan orang kalau dapat uang palsu pasti nggak mau terima, terus akhirnya dibelanjai lagi. Alasannya nggak mau rugi,” kata dia.
“Saya sih nggak mau kalah –nyerah — sama uang, hehehe. Alhamdulillah sampai hari ini saya baik-baik saya kok bu. Awalnya aja sedih hehehe, tapi kemudian dagang lancar lagi. Hahaha” ucapku.
(***)