(Cakrawalaindonesia.id) — Di tengah teriknya Stadion Si Jalak Harupat, Minggu pekan lalu, seorang bocah tambun berjalan menggenggam tangan ibunya. Mereka berada di tengah kerumunan para penonton pada laga final Piala Presiden 2025 yang berlangsung pada 13 Juli.
Sesampainya di sana, kedua tangan kecilnya segera mengambil sebuah baki makanan bekas pelanggan—penuh dengan sisa-sisa plastik, gelas minuman, dan bungkusan kotor. Langkahnya mantap meski sandal jepitnya sudah mulai aus, dan bajunya—jersey Inter Milan yang kebesaran—bercampur keringat dan debu.
Dengan lincah, ia menawarkan dagangan mie buatan Ibunya disela kerumunan, melintasi jejak-jejak kaki para penonton yang sibuk mengejar euforia pertandingan. Wajahnya tenang, tak ada raut kesal, tak ada keluhan keluar dari bibirnya. Seolah semua itu adalah bagian dari hidup yang ia pahami meski baru berusia delapan tahun.
Sidqi Wandi Dermawan, namanya memang tidak setenar Rayyan Arkha Dikka, anak penari Pacu Jalur asal Riau atau Prince Poetiray, pengisi suara karakter Don di film Jumbo. Sidqi hanyalah anak dari keluarga sederhana di Kampung Ciputri, Cimindi, Cimahi–sebuah lingkungan padat–yang nyaris tak memberi ruang bagi anak-anak untuk bermimpi besar. Namun dari caranya bekerja mengatur baki, anak ini sedang menjaga lebih dari sekadar kebersihan. Ia sedang menjaga harapan keluarganya.
Sore itu, kawasan Soreang didatangi 15 ribu penonton dari berbagai daerah untuk menyaksikan final Piala Presiden 2025 di Stadion Si Jalak Harupat antara Oxford United melawan Port FC.
“Tentu kalau Persib masuk final, ini akan lebih ramai lagi. Tapikan kita tidak bisa atur skor, ini adalah fair play,” ujar Ketua Penyelenggara Maruarar Sirait soal pertandingan final.
Di tengah berjualan, Sidqi pun pamit kepada ibu untuk bergegas menyaksikan partai pamungkas antara Oxford United melawan Port FC. Dengan menenteng bekal makanan dan jas hujan, Sidqi masuk melalui gerbang selatan. Sambil tersenyum kecil, Sidqi ikut mengantri untuk masuk ke dalam stadion.
“Sayang, Ciro Alves dan Ole Romeny tidak ada,” sesalnya.
Di mata Sidqi, keduanya adalah pahlawan. Ciro Alves adalah pencetak 30 gol untuk Persib Bandung yang turut membawa tim menjuarai Liga 1 musim 2024/2025. Sementara, Ole Romeny bukan hanya seorang striker, tapi simbol harapan. Dalam setiap selebrasi gol Romeny, Sidqi melihat dirinya — anak kecil dari Cimahi yang mungkin suatu hari bisa merumput di stadion besar, mengenakan sepatu asli, bukan sandal sobek, dan mencetak gol bukan untuk uang, tapi untuk negeri.
“Aku ingin menjadi seperti mereka,” tutur Sidqi. “Cepat pulih, Ole.”
Hujan pun mengguyur Kabupaten Bandung di tengah kemarau basah. Meski begitu, laga antara Oxford United dan Port FC tetap berjalan panas. Kedua tim dengan para pemain terbaiknya menampilkan permainan atraktif. Di luar dugaan, Port FC mampu mengalahkan Oxford United dengan skor 2-1 meski tampil dengan 10 orang pemain.
Usai pertandingan, pelatih Oxford United Gary Rowett memberi ucapan selamat bagi klub asal Thailand tersebut. Menurutnya, kemenangan itu sekaligus membuktikan tim Asia Tenggara itu mampu bersaing dengan tim level dunia besutannya.
“Selamat untuk Port FC. Pertahanan mereka sangat baik,” jelas Gary.
Lebih dari itu, pelatih berusia 51 tahun ini juga mengaku senang bertanding di Indonesia. Selain mengasah kemampuan pemain di pramusim, Gary juga mengapresiasi antusias penonton di stadion.
“Secara keseluruhan, anda bisa melihat anak-anak di Indonesia berselebrasi dengan pemain. Lalu, penonton di turnamen ini selama dua pekan. Ini adalah pengalaman yang berharga dari aspek kami. Para fans juga sangat brilian. Jadi, banyak hal positif yang kami bawa pulang,” tukasnya.
Hiburan telah usai, Sidqi pun turun dari tribun dan kembali ke tenda UMKM untuk membereskan dagangan keluarganya. Bersama ayahnya, montir sebuah pabrik tahu, Sidqi menenteng peralatan masak untuk dibawa kembali ke Cimahi menggunakan sepeda motor.
Hasil jualan hari itu terhitung banyak untuk keluarga Sidqi. Tanpa dipungut biaya sewa, sebanyak 110 pelaku usaha kecil menengah mengaku mengalami peningkatan omset penjualan dan mengantongi pendapatan bersih hingga ratusan rupiah per hari.
“Alhamdulillah, jualan saya laku banyak. Sebagian saya sisihkan untuk beli baju sekolah anak saya,” ujar Naning Nurdiati, ibunda Sidqi.
Sidqi kembali ke mimpinya untuk menjadi pesepakbola di masa depan. Di tengah hiruk pikuk regulasi 11 pemain asing di musim 2025-2026 jalan untuk menuju mimpi tidak selalu tenang. Meski begitu, Sidqi bertekad di dalam hati untuk terus berlatih agar bisa bersaing masuk tim inti. Sang ayah juga berjanji akan memberikan sepatu sepak bola baru baginya.
“Besok sepulang sekolah, aku ingin latihan lagi. Aku ingin masuk Persib Bandung,” pungkas Sidqi penuh harap.(Octo)