SOLO(CIO) – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menghadirkan ruang edukasi berupa workshop kepada para peserta International Wellness Tourism Conference & Festival (IWTCF) 2022 untuk mengenal lebih dekat mengenai jamu tradisional Indonesia, baik dari bahan-bahan yang digunakan hingga khasiat yang terkandung di dalamnya.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/ Baparekraf Rizki Handayani, dalam pernyataannya di Solo, Sabtu (6/8/2022), menjelaskan, perhelatan IWTCF 2022 tidak hanya menyuguhkan konferensi yang menghadirkan lebih dari 30 narasumber dari negara anggota G20, ASEAN, termasuk Indonesia, tapi juga ada exhibition, dan workshop.
“Hal ini agar para peserta mendapatkan lebih banyak pengalaman atau experience dalam satu event. Dan pemberian edukasi bagi peserta melalui workshop ini perlu dilakukan agar tidak hanya masyarakat Indonesia yang memahami lebih dalam tentang produk wellness, tapi juga wisatawan mancanegara. Ini menjadi salah satu cara untuk menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wellness di Indonesia. Jadi, narasi-narasi behind wellness product ini yang kita tonjolkan,” jelas Rizki Handayani.
Workshop bertemakan “Jamu Making” ini diisi pemateri dari Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu), yang berlangsung di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Sabtu (6/8/2022). Pemateri tersebut di antaranya Vice Chairman of Indonesian Herbal and Traditional Medicine Association, Thomas Hartono; serta para anggota GP Jamu yaitu Arief Eka Wardana, Edward Basillianus, Drs. Victor S. Ringoringo, dan Ratu Kusuma Anjani.
Dalam workshop tersebut, anggota GP yang juga Marketing Manager Acaraki, Arief Eka Wardana menjelaskan, jamu sebagai ramuan tradisional yang hadir secara turun-temurun telah dipercaya masyarakat Indonesia sebagai ramuan untuk kesehatan. Istilah jamu sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno yakni ‘jampi’ yang berarti mantra atau doa dan ‘oesodo’ yang berarti kesehatan.
Seiring dengan maraknya coffee shop yang beredar di Indonesia, Arief mengaku terinspirasi untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam jamu ke dalam kehidupan masyarakat dengan menghadirkan jamu dari sudut pandang yang berbeda.
Misalnya kunyit asam bisa dipadukan dengan soda, susu, ataupun yoghurt. Sehingga jamu nantinya tidak hanya bisa dikonsumsi ketika daya tahan tubuh sedang menurun, tapi jamu juga akan menjadi lifestyle masyarakat Indonesia. Selain itu, para petani rempah akan merasakan dampak dari perubahan tren ini.
“Jamu itu ternyata bisa diolah berbagai macam, tidak mengesampingkan nilai-nilai leluhur yang terkandung di dalam jamu, tapi supaya jamu bisa lebih mendekatkan ke masyarakat Indonesia, sehingga nantinya jamu bisa naik kelas,” kata Arief.
“Dan wellness tourism ini bisa kita kembangkan melalui jamu. Karena experience atau pengalaman mereka minum jamu, pengalaman mereka melihat proses bikin jamu, bagaimana kunyitnya diolah dan ditambahkan dengan asam, madu, lemon, ataupun susu menjadi hal menarik untuk wisata kebugaran,” lanjut Arief.
Kualitas jamu jadi hal utama yang harus diperhatikan. Mulai dari pemilihan pupuk, drainase air untuk menyiram tanaman, proses penanaman, hingga proses panen harus dilakukan secara optimal agar menghasilkan jamu yang berkualitas.
Anggota GP Jamu lainnya yang juga berperan sebagai Director of Business Development and Innovation Mustika Ratu, Kusuma Anjani menjelaskan, jamu tidak hanya dapat diolah sebaga minuman herbal. Dengan mengoptimalkan bahan-bahan exotic herbal yang ada, membuat jamu tidak hanya baik untuk kesehatan dari dalam, tapi juga untuk kesehatan dari luar.
“Contohnya kosmetik yang saya pakai mengandung extract biji daun kelor yang dikenal dengan superfood dan tentu manfaatnya sangat banyak, seperti anti aging, sehingga menggunakan make up juga bisa mendapatkan skincare benefit,” kata perempuan yang akrab disapa Ajeng.
Sementara, Putri Indonesia Lingkungan 2022, Cindy May McGuire menceritakan pengalamannya sewaktu kecil ketika mencoba jamu. Ia mengaku dahulu dirinya sangat pemilih terhadap makanan maupun minuman. Namun, semenjak ia mengetahui khasiat yang terkandung di dalam jamu, apalagi jamu ini menggunakan bahan-bahan alami, ia mulai tertarik dan mencoba berbagai jamu.
“Jamu pertama yang saya coba adalah kunyit asem dan aku sangat menyukai ini. Apalagi ketika saya mengalami menstruasi, kunyit asem sangat membantu meredakan nyeri. Maka dari itu, saya sangat-sangat percaya bahwa jamu mempunyai fungsi selain sebagai minuman yang diminum sejak nenek moyang kita, itu juga bisa sebagai fitofarmaka, obat-obatan yang berfungsi sangat baik untuk tubuh,” kata Cindy.
Pada kesempatan itu, hadir pula Chef Rahmat, salah seorang chef yang membantu Mustika Ratu menciptakan herbal drink. Dalam workshop ini Chef Rahmat mendemonstrasikan bagaimana kita bisa menggunakan jamu tidak hanya untuk minuman berkhasiat dan kosmetik tetapi juga untuk wellness. Para peserta pun tampak antusiasme melihat demonstrasi yang dilakukan Chef Rahmat.
“Untuk membuat smoothies mango kunyit asem, bahan-bahan yang diperlukan ada pisang, nanas, dan jahe, lalu blender semua bahan tanpa adanya air, sehingga rasanya akan lebih segar dan lebih sehat. Kemudian, bisa ditambahkan dengan topping kesukaan masing-masing,” jelas Chef Rahmat.
Selain workshop ‘Jamu Making’, Kemenparekraf juga menghadirkan dua workshop lainnya di waktu yang bersamaan. Yaitu ada workshop ‘Complementary Therapy – a Combination of Medical & Alternative for Mind, Body, and Spirit’ yang diisi oleh Indonesia Medical Tourism Association (AWMI) dan ‘5 Flavor Cornerstones of Indonesia Heritage Food Culture’ yang diisi oleh Food Biodiversity Enterpreneur, Founder of Javara Indigenous Indonesia.(***)