(CIO) — Sore jam tujuh lebih lima belas menit, setelah sholat isya. Saya langsung bergegas dari warung, pamitan sama mama dan papa, pergi pulang ke Dukuhpuntang.
Ada jadwal mengajar. Jam delapan. Saya lebih suka bilangnya sharing sama teman-teman santri. Ya teman-teman santri, saya manggilnya. Supaya lebih enakan aja. Berasa muda. Remaja lagi hahaha..
Di kelas, salah seorang santri bertanya, “kak, perlu diambilkan absensi kah?”
Saya tersenyum sambil berucap, “ohh, terima kasih de, biar saja. Tidak usah ada absensi. Kita santai aja, kalian siap-siap aja, kita belajar bareng,”
Memang saya jarang ke kantor sekretariat, untuk mengambil absensi. Selama mengajar saya belum pernah duduk di kantor. Saya biasa langsung ke kelas. Paling saya minta petugas piket untuk memanggil santri level 3, 4 dan 5 melalui pengeras suara, untuk segera ke kelas. Level itu adalah santri anak SMA dan Mahasiswa (Kuliah). Mahasiswa banyak yang terpilih dan berkesempatan untuk belajar di pondok. Mereka kuliah di IAIN Cirebon dan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) al-Islah Bobos.
Saya lebih senang, kalo santri-santri itu masuk ke kelas memang karena untuk belajar. Bukan malah karena takut sama absensi. Maka saya tiadakan absensi. Jaman now lah gitu, hahaha. Bukan menyepelekan absensi. Tapi memang saya inginnya karena kesadaran mereka untuk benar-benar belajar.
Kelas ini memang di maksud untuk memberikan pembekalan atau setidaknya pengetahuan dasar kewirausahaan versi saya hahahaha. Iyalah versi saya Wkwkwkwk..
Ada mahasiswa yang mengangkat tangan dan bertanya, “kak, ini kan kelas kewirausahaan, kenapa ya bahasnya bukan strategi bisnis atau lainnya?”
Ini pertanyaan menarik, hahaaha, level mahasiswa gitu loh hihihi.. kritis dan harus dipuaskan dahaga keingin-tahuannya. Saya senang banget.
“Oh iya, ini sengaja saya tidak membahas tentang itu, saya lebih memilih menyiapkan mental kualitas kejiwaan teman-teman dulu sebelum nanti masuk ke dunia usaha yang seperti kawah candradimuka. Mental kalian harus kuat,” jawab saya bak seorang coach bisnis hahahaa..
Sekali lagi ini sengaja saya lakuin. Karena di lapangan banyak teman-teman saya yang stres dan bingung dalam menjalankan usaha. Banyak yang mengeluh, sedih. Karena ya itu persiapan mentalnya belum terbangun, plus malas belajar enggak suka ngebaca situasi, langsung mau bisnis. Di tengah jalan ternyata kondisinya tidak sesuai harapan. Jadi ya tiap hari ngeluh.
Dan terus-menerus yang dipikirkannya adalah usahanya belum juga mendapatkan hasil. Akhirnya timbul pikiran negatif. Dan yang paling bahaya adalah menyalahkan keadaan dan gusti Allah. Hal kayak gitu yang enggak mau terjadi sama teman-teman santri dikemudian hari.
Saya ingin teman-teman santri secara mental sudah terbangun dulu sebelum mereka siap berperan di masyarakat. Biar enggak gampang sakit hatian kalo usahanya ditiru, enggak mudah marah kalau pesaing lebih laris, enggak mudah mengeluh kalau sepi pelanggan. Itu maksud saya.
Saya coba mensharingkan, membagi pengalaman dagang yang sudah saya jalani selama sembilan tahun sembilan bulan ini. Bentar lagi ulang tahun ke 10. Dan akan saya buat beberapa sesi kelas. Agar lebih keren lah hehehe.
Sehingga pengalaman selama itu bisa jadi bahan pembelajaran bagi mereka, dan mereka bisa jalan tanpa harus mengalami kondisi yang kurang dari yang pernah saya alami. Belajar dari kesalahan saya tanpa mengikuti kesalahan itu. Dan ambil yang membuat mereka maju. Itu saja. Enggak ada maksud minterin.. nggak ada!!
Yang ada adalah rasa terima kasih ke mereka yang mau menerima saya sebagai teman belajar bareng.
(***)
Oleh: Ahmad Sholeh, Pedagang Sembako