(CIO) — Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Azhar Basyir UIN Raden Mas Said Surakarta menyelenggarakan kegiatan bedah buku, yang diikuti oleh 23 peserta, Sabtu (21/08). Narasumber pembedah merupakan penulis dari novel “Pencarianku”, Alfi Bi-Ka.
Kegiatan tersebut diselenggarakan guna meningkatkan literasi di kalangan anak muda saat ini. Apalagi di era pandemik ini harus mengasah kemampuan individu masing-masing dalam rangka berkarya. Terutama bagi kalangan anak muda. Banyak hal yang dapat mereka lakukan. Salah satunya, memperkuat dengan keilmuan sastra fengan tujuan berkontribusi terhadap umat.
Mas Alfi Bi-Ka dalam pembukaan mengatakan, “Bahwa kegiatan ini perlu apresiasi karena ditaja di tengah pandemik, yang mana kegiatan terbatas tapi IMM Azhar Basyir masih bersemangat mengadakan kegiatan yang positif untuk teman-teman IMM, dan itu tidak mudah. Semoga semangat keilmuan ini tidak padam di kalangan IMM.” paparnya.
Ia melanjutkan, ”Bahwa novel pencarianku ditulis berdasarkan kisah nyata yang sudah diolah melalui proses kreatif. Hal ini dilakukan untuk membuat novel agar mudah diterima di kalangan pembaca. Proses pembuatan novel ini cukup lama hampir setahun. Dengan latar daerah Sumatera Selatan, Batam dan Jakarta. Novel ini berkisah tentang seorang pencarian teman bernama Majadi yang tiba-tiba menghilang di daerahnya.” ulasnya.
Penulis begitu semangat menjelaskan novel tersebut baik dari nama mengapa diberi nama Kurdi, mengapa harus Pulau Bulang yang jauh di daerah Kepulauan Riau. Novel yang ditulis Alfi Bi-Ka adalah novel finalis 50 besar event menulis yang diadakan sebuah penerbit mayor SunsetRoad tahun 2021.
Ini menceritakan bagaimana kegigihan dan ketulusan seseorang dalam sebuah pertemanan. Pertemanan yang dibangun puluhan tahun yang lalu. Masing-masing dari mereka sudah menjadi orang-orang sukses salah satunya Kepala Polisi, Pengusaha dan Pengajar.
Mas Alfi mengisahkan, seorang penulis harus bersahabat dengan kegagalan. Kegagalan jangan dijadikan musuh. Mengapa harus seperti itu. Karena jika kita membuka pikiran bahwa kegagalan adalah teman maka kemungkinan besar kita akan banyak belajar dari kegagalan dan itu merupakan ilmu yang sangat mahal. Tapi sebaliknya jika menganggap kegagalan adalah musuh maka yang timbul dalam pikiran bahwa kita tidak ingin belajar untuk memperbaiki. Yang akhirnya kita tidak sukses.
Penulis juga menjawab beberapa pertanyaan dari audiens seperti, ”Tentang berapa lama membuat novel?”
Ia menjawab, ”Sekitar 3 bulan. Tapi ide yang ditanam hampir setahun.” Sambil tersenyum.
Pertanyaan dari Imawan lain, “Apakah banyak coret-coretan ketika membuat novel tersebut?”
Dijawab, “Tentu banyak sekali. Apalagi setika menulis kita akan membaca ulang tulisan kita sendiri. Ada salah harus kita hapus atau coret.” terangnya.
Penutup dari penulis harapannya bahwa kader IMM Azhar Basyir dapat membuat sebuah tulisan kecil yang dijadikan jejak sejarah untuk adik-adik nanti ketika mereka sudah tidak di IMM lagi.
Menurut IMMawati Yuliana selaku Sekretaris IMM Azhar Basyir Solo, “Tujuan kita biar tahu tips nulis itu seperti apa. Kemudian agar semangat nulis itu harus gimana. Soalnya masih banyak kader IMM Azhar Basyir yang belum mau menulis. Makanya mengundang Kak Firdaus supaya semangat menulis juga,” ucapnya dipesan WhatsApp.(***/Al)