JAKARTA(Cakrawalaindonesia.id) – Rasa cintanya kepada sepakbola sejak kecil menuntun Eko Fadly (30) masuk dan menyelami bisnis jersey. Meskipun cita-citanya menjadi pemain sepakbola telah pupus, setidaknya Eko masih “merumput” lewat bisnis jersey. Dari meraba-meraba, kini Eko bisa meraup cuan dan bahkan memberdayakan warga lokal lewat bisnis jerseynya.
“Sayang takdir mengatakan lain,” ujar Eko yang cita-citanya gagal menjadi pemain sepakbola.
Bagi Eko, jersey adalah salah satu hal penting dalam industri olahraga. Dari sanalah, pria berdarah Minang itu mulai mempelajari bisnis itu sejak tahun 2013. Beruntung, ia punya kesempatan untuk memperdalam dunia jersey dengan seorang sahabatnya yang juga pemilik salah satu brand apparel lokal untuk bekerjasama.
“Akhirnya Tuhan memberi saya jalan untuk bisa membangun tempat produksi dan brand sendiri pada tahun 2023,” kata sarjana lulusan Teknik Informatika di Universitas Bhayangkara tersebut.
Sikap Eko teguh untuk mendirikan dan mengembangkan bisnis jersey dengan nama brand Calma. Ia bahkan berani keluar dari pekerjaannya dan ingin lebih mendalami bisnis jersey.
“Pimpinan saya ketika itu mendukung keputusan untuk resign dan memulai bisnis. Ia pun memberikan saran agar belajar management bisnis dan pola produksi, saya memulai bisnis dari nol,” kata Eko.
Jatuh bangun berpeluh keringat dirasakan Eko. Awal usahanya, tim produksi Calma hanya ada empat orang. Eko pun harus turun tangan ke ranah produksi hampir 15 jam setiap harinya.
“Hingga saat ini produksi sudah berjalan, dan saya sudah memiliki kurang lebih 30 tim produksi hari ini,” ujar pria yang tumbuh besar di Bekasi, Jawa Barat itu.
Tenang, Berkembang, dan Akhirnya Dipakai PSKC Cimahi dan Serpong FC
Tak ada riset khusus soal nama Calma. Nama Calma “lahir” saat Eko menonton video di kanal Youtube. Calma muncul secara spontanitas dan ditambah perlunya nama brand lantaran tawaran kerjasama di depan mata Eko.
“Momentnya pada saat sedang menonton Youtube, ada konten yang menyebut-nyebut kata “CALM”. Calma merupakan serapan dari kata Calm dalam Bahasa Spanyol yang artinya tenang. Ternyata saat saya cek di HAKI, Calma sendiri masih bisa didaftarkan. Saya semakin yakin dan mantap untuk menggunakan nama Calma sebagai brand,” tambah Eko.
Calma berfilosofi sebagai bentuk ketenangan. Dari ketenangan, Eko dan timnya bisa terus belajar, berproses, dan berkembang tanpa harus terburu-buru.
Bagi Eko, produk tak bisa dipaksakan sesuai keinginan dan selera pribadi. Sekali lagi, Eko mengedepankan dan menjunjung tinggi kepuasan pelanggan.
“Bahkan di workshop produksi, saya menuliskan kata-kata ‘Kepuasaan costumer adalah rezeki berkah untuk kita, kekecewaan costumer merupakan awal petaka untuk kita’. Tujuannya adalah untuk memotivasi teman-teman,” ujar pria yang juga meraih gelar master bidang manajemen di Universitas Bhayangkara.
Target pemasaran Calma, lanjut Eko, tentu masyarakat Indonesia. Apalagi, tren jersey kini didukung dengan meningkatnya literasi masyarakat akan kesehatan dan pentingnya aktivitas olahraga.
Eko dan tim Calma semakin termotivasi ingin menghadirkan produk yang dapat secara langsung menemani aktivitas olahraga masyarakat Indonesia.
“Sebelum memutuskan membangun brand sendiri, saya belajar banyak dari para senior pelaku industry atau brand apparel. Saya menyimpulkan, komitmen terhadap pelayanan maupun kualitas produk merupakan hal yang sangat penting. Hal ini yang menjadi acuan Calma Indonesia saat ini,” tambah Eko.
Komitmen terhadap kepuasan pelanggan terhadap produk jersey buatan Calma pun berbuah manis. Calma mendapat kesempatan untuk merambah bisnis jerseynya ke sejumlah para petinggi dan pemilik klub sepakbola profesional.
“Dari pitching, lalu berujung order dan menjadi partner. Kami presentasikan ide-ide kami kepada para petinggi dan pemilik klub. Khusus Serpong City, produk kami langsung direview oleh club advisor Nabil Husein, dan beliau menyetujui kami sebagai partner apparel. Begitu juga dengan PSKC Cimahi, kami langsung present kepada Presiden Klub Rendra Sudjoeno, dan beliau juga senang,” ujar Eko.
Untuk menjaga kualitas produk pesanan jersey untuk tim profesional seperti PSKC Cimahi dan Serpong FC, Eko pun turun tangan langsung. Eko mengarahkan desain dan konsep kepada tim desain.
Dari desain yang telah ditentukan dan disetujui untuk produksi, jersey Calma akhirnya bisa dipakai oleh para pemain PKSC Cimahi dan Serpong FC.
Berdayakan Lokal
Semua proses produksi di Calma, Eko memberdayakan warga di sekitar area workshop. Eko ingin warga di sekitar tempat usahanya turut berkarya dan tak hanya menjadi penonton.
Calma di bawah naungan PT Calma Sportindo Indonesia memiliki unit usaha yang berfokus kepada produksi. Ada beberapa divisi di unit produksi seperti divisi desain dan layout.
Eko kini memimpin 30 orang karyawan dari berbagai divisi di PT Calma Sportindo Indonesia yaitu Costumer Service, Keep Shopper, Digital Marketing, Product Development, Desain and Layout, Printing, Transfer Paper, Cutting, Konveksi, dan Packing. Store semata wayang Calma ada di Jalan Johar No 6, Koja, Jakarta Utara.
“Workshop kami di Bintara Jaya 8, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Kami memiliki tiga tempat untuk produksi, konveksi dan gudang. Kami mengerjakan proses dari pemilihan bahan hingga packaging kemasan,” tutur Eko.
Untuk bahan baku pun, Eko memprioritaskan berasal dari Indonesia. Ia hanya terkendala bahan baku tinta untuk proses printing. Eko terpaksa mengimpor dari Amerika Serikat dan Korea yang sudah bersertifikat OEKO-TEX untuk mendukung proses produksinya.
OEKO-TEX merupakan sistem pengujian dan sertifikasi dengan standar global dan independen untuk produk-produk tekstil seperti bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi di semua tingkat pemrosesan. Sertifikat Oeko-Tex pada produk bahan baku menjadi bukti bahwa produk yang dihasilkan telah aman bagi kesehatan dan lingkungan pemakai.
“Karena saya sudah riset, belum ada produsen lokal yang produksi tinta printing tekstil. Saya berharap ke depan sudah ada produsen tinta printing tekstil lokal yang memiliki standar yang baik dan tentunya bersertifikat OEKO-TEX. Kehadiran kami, tentunya kami harapkan juga diterima oleh lingkungan dan alam,” tambah pria yang hobi mendaki gunung itu.
Dari total karyawan dan tempat produksi, Eko mampu menghasilkan 5.000 jersey per bulannya. Angka itu ia sebut masih jauh dari targetnya lantaran kapasitas produksi dan harga bahan baku yang fluktuatif bahkan semakin tinggi.
Impian Menembus Pasar Ekspor dan Diversifikasi Produk
Menembus pasar ekspor secara reguler dan jangka panjang adalah impian setiap pengusaha tak terkecuali Eko. Eko selalu berusaha memberikan kualitas produk terbaik dan komitmen penuh terhadap pelayanan. Dari komitmen itu, Eko ingin membawa jenama Calma mendunia.
“Cita-cita ekspor itu tentu sudah ada, Insya Allah pada tahun ketiga, target kami ekpansi ke pasar Asia khususnya Asia Tenggara,” ujar Eko.
Produk jersey PKSC Cimahi yang digawangi Calma sebenarnya sudah menembus pasar Eropa meskipun masih bersifat momentum. Keunikan jersey PKSC Cimahi membuatnya bisa dipasarkan di marketplace khusus jersey, Vintage Football Shirts dan Classic Football Shirts.
“CFS ini merupakan store atau toko jersey terbesar di Inggris raya. Mereka menyampaikan ke kami bahwa brand Calma menjadi brand kelima asal Indonesia yang dipajang di toko mereka,” tambah Eko.
Pemesanan jersey PKSC buatan Calma dipesan satuan oleh para kolektor. Eko menambahkan, Calma pernah mengirimkan jersey PKSC ke Italia, Spanyol, Jerman, dan Brazil.
Kini, Eko masih menerapkan strategi promosi dengan jejaring e-commerce dan aktivitas belanja offline dengan bekerja sama dengan tim-tim liga Indonesia. Seiring penjualan, Eko juga terus termotivasi untuk lebih berkembang demi mimpinya.
“Kami tidak klaim menghasilkan produk dengan kualitas sama atau lebih baik dengan brand internasional, setidaknya tidak terlalu buruk dibanding kualitas produk mereka. Namun, masyarakat bisa mendapatkan harga 60-70 persen lebih murah dibanding brand-brand besar tersebut,” tambah Eko.
Selain itu, ke depannya Calma ingin berfokus untuk pengembangan produk-produk fesyen olahraga lainnya. Kini, hasil inovasi Calma terwujud melalui tracktop, trackpant, shortpant, yang turut diproduksi bersama sportsock.
“Ke depan kami memiliki keinginan untuk bisa produksi sampai footwear,” pungkas Eko.