JAKARTA(Cakrawalaindonesia.id) – Mendukung Hari Perempuan Sedunia yang pada 8 Maret, kelompok musik Usman and The Blackstones merilis single baru berjudul “Perempuan Gembala.”
Lagu ini menceritakan masalah perempuan gembala kerbau Masyarakat Adat Sasak yang tergusur oleh proyek pembangunan di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini adalah tradisi yang berlangsung turun temurun. Setiap hari, mereka menggembala kerbau melalui jalur pantai arah Barat dan Timur hingga danau-danau sekitar, yang menjadi tempat para kerbau menikmatinya sebagai kubangan. Kini tradisi itu terganggu karena proyek Mandalika.
Proses pengerjaan lagu berlangsung selama setahun. Usman merasa durasi waktu terasa lama karena pilihan corak musik mengalami perombakan beberapa kali.
“Semula kami memilih genre musik rock dan blues seperti karya-karya sebelumnya. Tapi rasa kesedihan mereka mendorong kami lalu mencoba corak musik yang berbeda.”
Yang pasti, menurut Usman, lagu ini adalah solidaritas untuk perjuangan masyarakat adat Sasak di pulau indah Lombok.
Selain bisa didengarkan lewat layanan streaming musik seperti Spotify dan Apple Music, Usman and The Blackstones juga merilis video lirik lagu “Perempuan Gembala” di kanal YouTube UsmanHAM_ID. Video menampilkan sosok-sosok perempuan penggembala kerbau yang secara visual dibantu Artificial Intelligence (AI) oleh Fiqie Nur Anbiya. Lagu ini juga diberi artwork yang melukiskan sosok gembala yang menatap sirkuit balapan Mandalika.
“Semoga dengan lagu ini Pemerintah tergerak memberikan akses pemulihan yang efektif bagi para korban, termasuk penggembala kerbau yang hak-haknya terlanggar” kata Usman.
Latar belakang
Setahun lalu, awal Maret 2023, para ahli PBB menyatakan prihatin atas peningkatan militerisasi dan pelanggaran hak asasi di sekitar Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Mereka mengkhawatirkan tindakan aparat yang mengusir dan menekan Masyarakat Adat Sasak untuk menyerahkan tanahnya untuk Proyek Mandalika, mencakup taman, resor, hotel dan lintasan balap motor bertaraf internasional.
Proyek ini dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia Tourism and Development Corporation (ITDC), sebagian besar didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Para ahli PBB meminta Indonesia dan AIIB untuk mematuhi standar HAM, sesuai Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia serta Prinsip dan Pedoman Dasar Penggusuran dan Pengungsi Berbasis Pembangunan.
Selain itu, para ahli PBB mendesak semua perusahaan swasta yang terlibat untuk mau peduli hak asasi manusia, antara lain VINCI Construction Grands Projets, Accor, Dorna Sports dan EBD Paragon, serta negara asal mereka yaitu Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat.