JAKARTA(Cakrawalaindonesia.id) – BNPB terus mengawal resiliensi berkelanjutan yang digaungkan sejak disampaikan Presiden Joko Widodo pada gelaran Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 pada Mei 2022 silam. Salah satunya dengan menginisiasi penyusunan draf awal peta jalan teknologi dan inovasi dalam industrialisasi kebencanaan.
BNPB melalui Deputi Bidang Sistem dan Strategi menyelenggarakan kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan pelibatan berbagai pihak yang bergerak di bidang kebencanaan. Dari hasil diskusi yang berlangsung di Jakarta pada Kamis (21/12), beberapa hasil menyebutkan bahwa teknologi dan inovasi dapat dimanfaatkan untuk memantau potensi bencana, mengembangkan sistem peringatan dini, dan meningkatkan kapasitas mitigasi bencana.
Pada konteks inovasi, ini dapat mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efektif dan efisien dalam menghadapi bencana.
Dua hal tersebut tentunya akan mendukung industrialisasi kebencanaan sehingga ini meningkatkan produksi barang dan jasa yang diperlukan untuk penanganan bencana, seperti alat berat, obat-obatan dan makanan.
Hasil dari FGD, ini nantinya akan memberikan masukan terhadap peta jalan (roadmap) kepada pemerintah, akademisi dan pelaku industri dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk mendukung industrialisasi kebencanaan.
Pada pembukaan acara, Deputi bidang Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati menyampaikan, isu teknologi sangat relevan dengan kebencanaan. Salah satu tujuannya yaitu mendukung industrialisasi kebencanaan yang berkontribusi dalam mewujudkan resiliensi berkelanjutan. Menurutnya para pakar teknologi dan akademis memiliki kapasitas dalam pemanfaatan teknologi dan inovasi di bidang kebencanaan.
“Dalam catatan kebencanaan, kita selalu membahas tentang teknologi, serta perubahan iklim yang selalu menjadi perhatian global,” tambah Raditya di Jakarta, Kamis (21/12).
Di samping itu, Raditya juga mengajak para pakar teknologi agar ikut terlibat mengawal kebijakan dalam hal kebencanaan.
Sementara itu, Dr. Agus Wibowo selaku Direktur Sistem Penanggulangan Bencana BNPB mengatakan artificial intelligence (AI) dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam upaya penanggulangan bencana.
“Pengurangan risiko bencana dan penguatan ketahanan terhadap dampak bencana dapat dibantu dengan teknologi termasuk teknologi AI,” ujarnya.
Sedangkan Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Dr. Udrekh menyambut baik hasil FGD. Menurutnya, berinvestasi dalam infrastruktur yang berketahanan dan kesiapsiagaan darurat akan menyelamatkan nyawa sekaligus mencegah kerusakan, biaya pemulihan dan kemunduran pembangunan.
“Ditambah lagi, Indonesia dapat tumbuh menjadi eksportir solusi yang disesuaikan dengan konteks seiring dengan berkembangnya inovasi,” ujar Udrekh.
FGD ini dihadiri banyak pakar dan ahli serta mitra terkait lain dalam bidang terkait teknologi. Para pakar dan ahli tersebut berasal dari lintas instansi dan organisai, seperti BMKG, BRIN, KORIKA dan CTIS.
Para peserta FGD menilai pemanfaatan dan pengembangan teknologi dan inovasi sangat penting dalam industrialisasi kebencanaan. Hal tersebut tidak terlepas dari konteks Indonesia sebagai negara yang memiliki pulau sekaligus rawan bencana. Hal tersebut menjadi bagian dalam upaya pengurangan risiko bencana serta perwujudan resiliensi berkelanjutan.